3. Beberapa Lamaran

5.6K 525 8
                                    

'Karena ini bukan tentang siapa yang cepat tapi siapa yang tepat.'

Abi untuk Angel

~Thierogiara

***

Siang ini Fatih akan ke pesantren untuk mengajar kelas sore atau untuk sekedar memastikan keadaan di sana. Abinya telah menyerahkan kuasa ke tangan Fatih maka dari itu Fatih harus lebih bertanggung jawab atas amanah yang ia emban. Fatih sudah rapi dengan gamis putihnya, dia berjalan turun ke bawah untuk pamitan dengan umi abi.

Fatih baru turun siang ini, sejak pagi ia hanya berusaha mengenyahkan pikiran bahwa muntah bubur ayam adalah dua hal yang berbeda. Masalahnya dia sangat suka makan bubur ayam, jangan sampai dia trauma sekarang, dia harus memiliki banyak waktu untuk menikmati makanan itu.

"Mau kerja?" tanya Yumna.

"Iya Mi," jawab Fatih kembali mematut dirinya di depan cermin yang ada di ruang keluarga.

"Padahal kamu kelihatan kurang sehat, kalau emang nggak enak badan nggak usah kerja aja Tih." Yumna mengingatkan. Tadi pagi Fatih masuk kamar dan tak turun lagi, wajahnya juga seperti orang menahan sesuatu, ya mungkin saja dia sedang sakit.

"Fatih nggak apa-apa kok Mi," kata Fatih.

Dia lantas mengambil tangan sang umi kemudian mencium punggung tangan itu, setelah itu Fatih beralih ke abinya.

"Soal beasiswa itu kamu aja yang urus ya, soalnya Abi kurang percaya sama yang lain." Arifin berpesan pada Fatih.

Fatih mengangguk. "Udah Fatih urus, tinggal milih siswa yang lulus aja Bi," jelas Fatih.

Arifin mengangguk, lagipula ia memang sangat percaya dengan Fatih makanya membiarkan anak itu yang banyak mengurus pesantren sekarang. Pesantren milik Arifin adalah pesantren baru yang pengerjaannya baru selesai lima tahun lalu, mulanya Arifin ingin langsung memberikannya pada Fatih namun Fatih menolak dan hanya mau menjadi guru saja. Kini mereka mengadakan program beasiswa agar menarik minat belajar anak-anak juga orang tua. Mereka hanya ingin alumni dari pesantren Al-Fatih adalah orang-orang yang memang berprestasi.

"Aku berangkat kerja dulu, Assalamualaikum."

Fatih lantas berjalan menuju garasi kemudian memanaskan motor, bukan hanya dirinya sebenarnya, Andaru—adik iparnya—juga memiliki tanggung jawab di pesantren, namun kini Andaru sedang fokus dengan sebuah bisnis, jadi hanya Fatih yang memiliki waktu luang untuk lebih memperhatikan pesantren.

Fatih memakai sarung tangannya karena hari ini dia naik motor dan matahari cukup terik, walau dia laki-laki tetap saja, kesehatan kulitnya adalah kebaikan untuknya.

Setelah memakai peci kemudian helm, ia langsung tancap gas. Entahlah Fatih selalu lebih suka naik motor, mungkin karena jarak tempuhnya juga dekat dan sayang mobilnya jika harus panas-panasan.

Fatih menghentikan motornya karena sebuah mobil akan keluar dari pekarangan rumah. Yang nyetir seorang cewek dan dia adalah sosok yang tadi pagi Fatih gendong. Fatih berdeham kemudian membuang pandang dari gadis itu, kikuk sekali rasanya dan kenapa pula ia habis mabuk sudah menyetir kembali?

Setelah mobil benar-benar keluar dari halaman rumah dan sudah dalam posisi lurus menepi di pinggir jalan Fatih melanjutkan perjalanannya.

Sementara Vee di dalam mobil tertegun.

"Pantes nggak sih kalau gue pengen punya suami kayak begitu?" tanyanya.

Valery dan Stefany yang ada di dalam mobil tersebut saling pandang, masalahnya mas-mas barusan adalah yang tadi pagi membantu mereka menggotong Vee.

Abi untuk AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang