Tidak, tidak, tidak mungkin! Ini adalah kalimat yang terus Kenan fikirkan didalam kepalanya. Dia terus menolak kenyataan bahwa Alvin sudah benar-benar pergi untuk selamanya. Sambil memejamkan mata dengan membawa foto adiknya dalam bingkai besar itu, Kenan berdiri diacara pemakaman adiknya sendiri.
Kedua mata itu terus terpejam dengan isak tangis yang tidak juga reda. Kepiluan yang dirasakan Kenan pun bisa dirasakan juga oleh semua orang yang hadir dan turut berbelasungkawa.
Adnan yang terus memeluk Kenan tapi itu pun tidak bisa merubah apapun. Semuanya sakit, semuanya kecewa, semuanya tidak percaya waktu bisa sangat singkat dan sangat kejam seperti sekarang.
Masih dengan menunduk dalam, Kenan membuka sedikit kedua kelopak mata untuk menatap kembali senyuman manis Alvin meskipun dalam foto yang sedang dia bawa. Bukannya lebih baik, dada Kenan justru lebih sesak dari sebelumnya. Tangisan yang sudah lebih baik berubah menjadi sesunggukan yang terdengar menyakitkan.
Dosa apa yang sudah aku lakukan Tuhan? Apa? Sampai kau harus merenggut kebahagiaanku satu-satunya. Tuhan, aku mohon kembalikan adikku, batin Kenan yang masih berdoa dan berharap ini bukanlah nyata.
Aku masih sangat berharap untuk segera bangun dari mimpi ini. Kembalikan Alvin, Tuhan. Kembalikan dia padaku.
Tiba-tiba tubuh Kenan limbung namun kesadarannya masih bisa dipertahankan. Kenan hanya bisa bersandar dan menyembunyikan pandangan saat peti berisikan tubuh Alvin akhirnya diletakan ditempat yang seharusnya. Kenan masih menangis, rasanya air mata itu tidak pernah kering sampai kapanpun. Kenan sudah sangat lelah tapi tubuh dan hatinya terus memaksanya agar tetap merasakan kesakitan akan momen ini. Mana ada seorang kakak yang tega melihat adiknya dikubur meskipun memang seharusnya begitu.
Setelah semua acara mengerikan itu selesai yang dilakukan Kenan hanyalah duduk terdiam dipinggir kasur dan melihat satu-satu foto kebersamaannya dan Alvin sejak mereka kecil. Rasanya aneh, Kenan merasa sangat berat untuk menginjakan kaki dirumahnya sendiri. Hampir semua sudut ada foto mereka berdua lalu dimana kiranya Kenan bisa bernafas dengan benar jika terus seperti ini keadaannya?
Adnan, sebagai ayah juga tidak ingin kehilangan putranya lagi. Dia memberikan Kenan perlindungan yang extra. Kenan dijauhkan oleh benda yang berbahaya dan tidak diperbolehkan untuk memendam lukanya. Kenan harus menceritakan itu kepada ayahnya atau Dokter Satria yang saat ini juga sedang menjadwalkan terapi untuk Kenan.
Senyuman miring Kenan terbentuk dari salah satu sudut bibirnya. Dia diperlakukan seperti orang yang sudah gila. Hah! Tapi mungkin memang benar kalau aku sudah gila, batin Kenan.
Kenan tidak bisa melakukan apapun. Dia sangat lelah, teramat sangat lelah. Kenan membaringkan tubuhnya sambil memeluk foto Alvin dan dirinya. Kenan biarkan jas hitam itu melekat dalam tubuhnya. Kenan biarkan air mata itu menetes tanpa diminta. Kenan biarkan isakan itu menemani tidur siangnya yang teramat menyakitkan.
Hari pertama tanpa saudara kembarku.
Aku sangat sulit menemukan oksigen.
Aku sangat kewalahan padahal aku hanya butuh berdiri.
Aku sangat sedih hingga lupa arti bahagia yang sesungguhnya.
-Kenan•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey // END
Fanfiction"Sampai bertemu lagi, Alvin. Kakak sangat merindukanmu" batin Kenan yang sampai saat ini masih menjerit dan terluka karena kepergian adiknya.