4. Alvin Selalu Bersamamu, Ken

1.1K 153 2
                                    

Seseorang yang juga terus merasa bersalah karena kematian Alvin adalah Dokter Bayu yang juga tidak mampu menyelamatkan Alvin saat itu. Tanpa diketahui oleh siapapun dia selalu mengunjungi makam Alvin dipagi hari. Tidak seperti biasanya, pagi ini dia tidak mengunjungi Alvin sendirian. Ada Kenan disana yang sedang menatap nisan adiknya dengan penuh kesedihan. Tubuh Kenan yang lemas itu sesekali terbawa angin pagi yang sangat dingin. Dokter Bayu mendekat pada Kenan dan duduk bersamanya. Pandangan Dokter Bayu yang sendu juga tertuju pada batu nisan yang bertuliskan nama Alvin dengan foto pemuda manis itu yang sedang tersenyum. 

"Semua orang terluka karena kepergiannya, Ken" ucap Bayu sebagai sapaan pertama setelah dia dan Kenan sudah lama tidak bertemu. 

"Beratus-ratus kali, fikiran tentang mati itu juga terus melintas dikepalaku" balas Kenan. 

Bayu tersenyum sendu. "Apa Alvin benar-benar menginginkan kakaknya sehancur ini? Alvin bisa sangat kecewa jika kau masih terus bertahan dalam kesedihanmu, Ken" 

Kenan terdiam. Fikirannya terus menggali kebenaran dari ucapan dokter yang pernah mencoba menyembuhkan adiknya itu. Namun, Kenan tetaplah Kenan yang masih sangat kehilangan Alvin, seorang adik yang selalu bersamanya sejak mereka masih bayi. 

"Kau tidak perlu memasakan dirimu. Yang harus kau ingat adalah kalian itu kembar. Alvin melihat dirinya sendiri didalam dirimu seharusnya juga begitu sebaliknya" 

Kenan mengosong. Dia tidak bisa lagi mendengar apapun yang Dokter itu katakan. Dia hanya diam dan menatap batu nisan adiknya dengan tatapan datar yang tidak pernah berubah. Kenangan demi kenangan indah sejak Kenan dan Alvin kecil perlahan mulai terbayang dikedua matanya. Suara tawa Alvin perlahan mulai bisa ia dengar dan bisa Kenan bayangkan lagi. Lalu, wajah Alvin yang sedang tersenyum manis menjadi hal terakhir yang bisa ia ingat dari semua momen indah itu. Air mata Kenan menetes tanpa suara isaknya, senyuman itu selalu bisa membuatnya lebih baik. 

Kenan menemui Dokter Satria setelah ia mengunjungi Alvin. Kenan pun jujur bahwa dia melakukannya lagi, dia menggores tangannya lagi. Hal itu ia lakukan karena dia belum bisa mengendalikan kesedihannya. Kenan masih belum menerima kenyataan tetapi disaat yang sama dia juga mulai terbiasa dengan rasa sakit kehilangan Alvin. 

"Kenan, ini semua hanya masalah waktu. Kau hanya perlu menemukan semangatmu lagi. Alvin memang tidak ada bersamamu lagi tapi kau tetap menjadi kakaknya sampai kapanpun dan tugasmu adalah selalu menyayangi dan menunjukan padanya bahwa kau adalah kakak terbaik yang pernah dia miliki" ucap Dokter Satria yang lagi-lagi, untuk kesekian kalinya memberikan semangat untuk Kenan. 

"Caranya?" tanya Kenan. 

"Temukan sesuatu yang bisa membahagiakan dirimu sendiri tanpa melupakan keberadaan Alvin. Aku yakin kau bisa memulainya. Mulailah dari hal yang disukai Alvin. Mungkin musik, mungkin olahraga, mungkin seni, kau bisa mengenang Alvin dengan cara yang berbeda. Perjalanan kalian sebagai saudara belum berakhir, Ken. Selain itu, kau masih memiliki seorang ayah yang sangat menyayangimu. Dia dan dirimu baru saja kehilangan Alvin. Akan sangat buruk jika kau juga berencana meninggalkan ayahmu, Ken" 

Kenan saling menggenggam jemarinya yang begitu dingin. Dia tidak tau harus memulai dari mana. Akan sangat sulit untuk memulai bisnis kembali karena Kenan sudah berhari-hari meninggalkannya. Kenan akan sangat kesusahan. Dia harus memulai dari awal. 

Kenan merasa aneh. Ada dorongan kuat dalam tubuhnya yang memaksa Kenan untuk berlari. Ada semangat yang sangat  menyesakan dadanya hingga Kenan ingin mencurahkan itu semua untuk adiknya. Kenan yang selama seminggu lebih ini terjebak dalam kemurungan merasa dia telah menemukan alasan dan juga tujuannya kembali. 

"Satu-satunya yang diinginkan oleh Alvin adalah kebahagiaanmu, Ken. Dia tidak ingin kesembuhan, dia juga tidak ingin melihatmu menderita karena mengurusnya, dia tidak ingin melihat kakak dan ayahnya terus menangisinya. Itulah ketakutan Alvin sebenarnya. Dia memang pergi, Ken. Tapi dia selalu bersamamu. Apa kau sesedih itu sehingga kau tidak bisa merasakan keberadaan saudara kembamu sendiri?" 

Blue and Grey // ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang