Tentu saja kita semua tidak boleh lupa jika Alvin memiliki kepandaian dalam hal seni dan olahraga. Tidak seperti Kenan yang memiliki kepandaian dalam teori dan hal-hal yang rumit. Semasa hidupnya, Alvin menjadi seseorang yang sangat simple. Alvin menjadi teman setia Kenan saat kakaknya itu sedang mendapatkan keberuntungan dan kesuksesan. Alvin menjadi penyemangat Kenan dan Alvin menjadi alasan hidup Kenan.
Kenan mengangat satu demi satu barang-barang Alvin yang masih ada dikamarnya. Kenan tersenyum sesekali, dia ingat kenangan indah yang sudah mereka lalui bersama. Kenan perhatikan setiap sudut dikamar itu yang ternyata memang tidak berubah sejak dulu. Alvin selalu menaruh foto mereka ditempat dimana Alvin bisa melihatnya setiap saat. Alvin juga memiliki berbagai koleksi lukisan dirinya dan Kenan. Seolah foto bersama saja tidak cukup untuk Alvin.
Tangan Kenan yang masih gemetar meraba sebuah kanvas dengan warna dan lukisan yang hampir belum selesai. Disalah satu sudut, ada juga berbagai kejuaraan yang Alvin raih sejak kecil. Lihat, betapa membanggakan Alvin untuk keluarga. Tapi memang Alvin selalu dibelakang layar. Dialah yang menjadi alasan Kenan bisa sesukses sekarang. Alvin yang selalu mendukung Kenan dan Alvin mengorbankan dirinya untuk tidak terlihat oleh siapapun. Biarlah, yang terpenting bagi Alvin kakaknya selalu bahagia.
Kenan melirik tempat tidur Alvin, disanalah terakhir kali Alvin hidup. Kamar ini juga menjadi tempat Alvin memeluk Kenan untuk terakhir kalinya. Kenan tersenyum sendu lagi. Akan selalu ada ruang kosong dalam hatinya, akan selalu ada rasa sakit dihatinya dan Kenan harus terbiasa hidup dengan itu semua.
Kenan menuruni tangga rumah dan tak sengaja menemukan ayahnya dengan pakaian kerja dan wajah yang teramat lelah. Sejak Alvin meninggal, Adnan memutuskan untuk tinggal bersama Kenan dan mengurus semua bisnisnya dari rumah. Adnan tidak ingin meninggalkan Kenan. Jika dipahami kembali, Adnan juga memiliki rasa sakit yang mungkin lebih mengerikan. Dia kehilangan istrinya, membesarkan kedua putranya sendirian, dan sekarang dia kehilangan salah satu putranya. Tidak, Adnan tidak ingin kehilangan lagi. Dia harus menjaga Kenan lebih baik lagi agar Tuhan tidak mengambilnya juga.
Adnan dengan semua rasa lelahnya duduk disofa, sejenak mengatur nafas setelah beraktifitas seharian yang cukup menguras fikiran dan tenaganya. Segelas kopi tiba-tiba melintas didepannya, Adnan membenarkan posisi duduk dan menatap Kenan dengan terkejut.
"Alvin biasa melakukan ini untukku. Dia memberikan kopi kalau aku pulang terlambat seperti ini" kata Kenan dengan suara yang masih terdengar sedih.
"Jadi, biasanya kau begadang karena minum kopi?"
"Alvin tau pekerjaanku tidak akan selesai. Alvin juga mengingatkan untuk selalu menyempatkan waktu untuk istirahat" jawab Kenan dengan lemas dan wajah yang menunduk.
"Banyak sekali yang ayah lewatkan. Maafkan ayah, Ken"
"Maaf tidak bisa merubah apapun atau mengembalikan Alvin pada kita, Yah" sangat sarkas tapi Adnan juga bisa memaklumi akan jawaban dari putranya ini.
"Ayah memang tidak memiliki waktu untukku atau Alvin tapi kami sangat menyayangi ayah. Jangan terlalu mementingkan uang dan pekerjaan hingga ayah tidak sempat menghabiskan waktu untuk putra ayah sendiri"
Kenan meninggalkan Adnan yang terdiam dengan menatap pilu punggung Kenan yang terlihat rapuh itu. Sadar akan penyesalannya, Adnan menunduk dengan fikiran yang berkecamuk. Waktu kebersamaan dirinya dan si kembar memang tidak banyak. Dia sangat sibuk dengan pekerjaan dan juga bisnis investasinya. Beruntung, Kenan dan Alvin masih bisa memahami itu semua. Tapi jika salah satu sudah pergi seperti ini semuanya tidak akan sama. Bagaimana mungkin mereka berdua bisa berlibur tanpa adanya Alvin?
Adnan hanya bisa berangan-angan tentang waktu yang bisa diputar kembali kemudian dia bisa memeluk Alvin selama mungkin, seerat mungkin, agar Alvin tau bahwa Adnan juga sangat menyayanginya meskipun Adnan terlihat membedakan kasih sayangnya untuk sikembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey // END
Fanfiction"Sampai bertemu lagi, Alvin. Kakak sangat merindukanmu" batin Kenan yang sampai saat ini masih menjerit dan terluka karena kepergian adiknya.