Biasanya akan ada candaan dan sapaan dari Kenan untuk seorang dokter yang sudah biasa bertemu dengannya ini. Kenan bahkan sudah menganggap Dokter Satria seperti kakaknya sendiri. Tapi untuk situasi seperti ini, Kenan bahkan tidak tau apa yang harus dia lakukan. Fikirannya stagnan semenjak dia kehilangan.
"Ken, tidak ada kalimat yang bisa aku ucapkan untukmu. Tapi percayalah semua orang ada untukmu" kata pertama yang diucapkan oleh Dokter Satria sebagai seorang teman sekaligus orang yang juga ikut merasakan kesedihan Kenan.
"Semua orang tidak bisa mengucapkan apapun karena memang kematian Alvin sangat mendadak" suara Kenan yang serak dan seakan bisa menghilang kapan saja itu terdengar sangat memilukan.
"Kau sudah makan sesuatu hari ini?", Kenan mengangguk.
"Kau harus tetap menjaga dirimu" , tidak ada balasan apapun dari Kenan. Dokter Satria juga diam namun dia memperhatikan setiap gerak gerik Kenan. Mulai dari jemarinya yang masih gemetar, rambut yang sangat berantakan, wajah yang terus menunduk, bahu yang lebih turun dari biasanya, gaya pakaian yang tidak biasanya, kedua kaki yang terihat lemah.
"Kau tau, Ken? Aku yakin semua orang pernah merasakan kehilangan yang teramat sangat seperti yang kau rasakan saat ini. Tapi hidup harus terus berjalan" ucap Dokter Satria kemudian.
Kenan sedikit mengangkat kepalanya yang membuat Dokter Satria terkejut. Kedua kelopak mata itu sangat merah dan berkantung, dia tidak bisa lagi memperkirakan betapa berantakannya Kenan saat ini.
"Ada yang mengatakan anak kembar itu memiliki nasib yang sama. Jika salah satu sakit maka yang lainnya juga ikut sakit. Jika salah satu mati, maka tidak menunggu lama yang lainny juga akan mati" Kenan mengucapkan kalimat ini dengan nada bicara yang tanpa basa-basi dan juga tanpa rasa berat seakan mati memang tujuannya.
Dokter Satria tersenyum namun hatinya sangat tercubit, "Jika kau terus mempertahankan pemikiran itu, aku bisa membawamu ke terapi yang lebih tidak kau sukai lagi"
Kenan menggerakan bibirnya sebentar dan menunduk dalam lagi. "Aku hanya jujur. Itulah yang ada dikepalaku saat ini" katanya. Tapi Kenan belum memberikan Dokter Satria kesempatan untuk bicara, "Yang lucu dari semua ini adalah aku masih bisa mengingat perjuangan Alvin untuk membuatku sembuh kemarin. Aku masih ingat janjiku pada Alvin. Masih ada keyakinan untuk tidak melukai diriku sendiri demi Alvin, hanya demi Alvin. Tapi kemana orang yang sedang aku sebut namanya sekarang? Kemana Alvin pergi? Kenapa Tuhan tega memisahkan kami?"
Dokter Satria bisa melihat satu dua lalu deras sudah air mata Kenan yang membasahi pipinya. Tanpa isakan yang memilukan Kenan mengadu pada Dokter Satria tentang apa yang ia rasakan saat ini.
"Aku tidak mungkin jujur pada ayah karena kami masih dalam luka yang sama. Aku juga tau hidupku akan terus berjalan dengan atau tanpa Alvin. Tapi bisakah aku sebentar saja menangisi semua ini? Setidaknya berteriak atau mengamuk hingga aku tidak akan pernah mengutuk Tuhan lagi?"
"Ken..."
"Semua orang memintaku untuk kuat dan harus tegar. Untuk siapa? Bahkan saat ini aku masih sangat takut untuk menatap matahari. Tadi malam aku masih bisa merasakan rengkuhan Alvin, aku juga masih bisa merasakan dia ada disini. Alvin masih disini tapi kenapa aku tidak bisa memeluknya lagi?"
"Kenan..."
"Alvin..." Kenan yang tadinya menunduk dalam berubah menjadi meringkuk sambil meremat dadanya yang sangat sakit. Tanpa menunggu apapun, Dokter Satria memeluk Kenan dan membiarkan pemuda itu menangis dibahunya. "Kau tidak perlu kuat, Ken. Seiring berjalannya waktu, kau pasti bisa menemukan alasan mengapa Tuhan memisahkan kalian berdua" bisik Dokter Satria pada Kenan yang masih bisa Kenan dengarkan ditengah isak tangisnya.
Sampai disini, kita patut bersyukur karena Kenan tidak memiliki tendensi untuk menyakiti dirinya atau orang lain. Sampai hari ini, Kenan hanya belum bisa menerima keadaan dan menyalahkan semua yang ada dalam hidupnya. Bagaimanapun caranya, Kenan tidak boleh dibiarkan terlalu jauh dengan riwayat depresinya. Itu bisa membahayakan Kenan.
Hari ketiga tanpa Alvin.
Aku masih sama, tidak berubah.
Terjebak pada waktu.
Terdiam karena keadaan.
Sesak tak berujung ini sangat melelahkan
-Kenan
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey // END
Fanfiction"Sampai bertemu lagi, Alvin. Kakak sangat merindukanmu" batin Kenan yang sampai saat ini masih menjerit dan terluka karena kepergian adiknya.