1. Cara main

3.6K 424 110
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


...

"Gimana? Asik kan? Sekali-kali tuh kalian kudu berbaur sama alam." Ucap Haelen atau kerap disapa El seraya memejamkan matanya. Menghirup dalam-dalam udara di alam bebas.

"Vibenya kaya di bukit belakang sekolahnya Nobita nggak sih. Bisa liat pemukiman dibawah sana."

Haelen mengangguk menyetujui pendapat yang Jena berikan. Perlahan Haelen menyandarkan kepalanya ke bahu Robin yang duduk di sebelah kirinya.

Sedangkan di sebelah kanan Haelen ada Jena, lalu disebelah Jena adalah Joan.

"Bi, disini kalo malem indah banget loh. Apalagi pas cuacanya lagi bagus." Haelen mengetahui dengan baik karena dirinya selaku pemimpin Mapala di kampus, sering mengajak anggotanya ketempat ini sambil bahas kegiatan.

Joan melirik sekilas kearah Haelen dan Robin. Berdesis ngeri. Sudah biasa menyaksikan keuwuan pasangan itu.

"Tapi katanya beberapa tahun lagi tempat ini mau dibangun pabrik makanan gitu. Kayanya tempat ini bakal ilang."

Jena terkekeh mendengar ucapan Robin. Ucapan yang tanpa disadari telah menghancurkan angan-angan yang telah Haelen ukir di kepalanya.

Perlahan tangan kanan Robin yang melingkar di pinggang Haelen terulur meraih jemari Jena. Digenggamnya dengan lembut jemari itu dibelakang tubuh Haelen.

"Bales yang manis kek, Njing! Lo nggak tau dia lagi ngode mau ngajak lo kesini berdua apa?" Tutur Joan.

Jena bergerak lebih mendekat kearah Haelen. Tangan kanannya yang menganggur menarik Joan lebih dekat, kemudian meraih lengan Joan untuk dirangkulnya. Lalu menjatuhkan kepalanya di bahu pria itu.

Mencegah sebisa mungkin agar Joan, maupun Haelen tak menyadari apa yang dilakulannya dengan Robin.

"Kamu ngode, El?" Goda Robin. Jemarinya masih asik mengusap punggung tangan Jena dibelakang sana.

Haelen merengut. Ternyata Robin-nya masih nggak bisa menebak kode-kode yang dia berikan.

Tanpa sadar, jemari yang semula mengenggam jemari Jena bergerak merangkaul Haelen. "Gemes banget pacar gue Ya Tuhan!" Seru Robin gemas.

Jena tersenyum kecewa ketika Robin melepas genggamannya begitu saja.

"Ay, aku gemesin juga gak?" Jena nggak mau kalah dari pasangan uwu tadi. Bibirnya dimonyong-monyongin pengen digemesin Joan.

"Ngeselin iya." Sahut Joan nggak ada manis-manisnya. Jena pun kesal dibuatnya.

Sesaat pandangan Jena dan Robin bertemu. Menyiratkan perasaan sulit diartikan, yang disebut..

..cemburu.




cemburu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Bi? Kamu dengerin aku nggak sih?!"

Dengan gelagapan Robin segera menyimpan ponselnya. Beralih menatap pacarnya dengan tatapan lembut, lengkap dengan senyuman termanisnya. "Maaf, lagi bahas acara cover dance minggu depan sama anak-anak. Kamu ngomong apa tadi?"

"Nggak papa. Cuma ngomongin acara bareng anak Mapala bulan depan kok." Sahut Haelen enggan menceritakan untuk kedua kalinya.

"Acara cover dancenya dimana emangnya?"

"Di Bandung. Hehehe. Cuma dua hari kok."

"Jena juga ikutan event itu?" Tanya Haelen dengan raut wajah tampak sedikit gelisah. Entahlah, perasaannya rasanya agak nggak enak aja denger Robin akan berada di Bandung selama dua hari itu.

"Iya. Tim kita udah daftar."

"Berarti kalian nggak bisa nonton Joan di turnamen Kejuaraan Atletiknya dong. Acaranya juga minggu depan."

Robin terkekeh, "Kehadiran kita nggak ngaruh sama hasil akhir pertandingannya Joan kali, Yang. Dia pasti bisa bawa pulang medali emasnya."

Haelen mengangguk setuju, meski dalam lubuk hatinya dia sedikit kecewa. "Jadi, aku nonton sendiri nih?"

"Nggak juga nggak apa, Yang."

"Tapi nanti Joan bisa kecewa kalo pas dia liat tribun penonton, dia nggak nemuin temen-temennya."

"Iyaudah nonton nggak apa. Tapi duduknya jangan deket cowok, ya.." ucap Robin seraya mengusak pucuk kepala Haelen.

Ponsel Robin diatas meja beberapa kali bergetar. Pria itu membalik ponselnya sesaat. Membaca pop up pesan yang muncul di layar ponselnya dengan cepat.

Jena
💬 Lama banget
💬 Jadi jalan nggak?
💬 Kalo nggak jadi, gue mau jalan sama Joan.

"Udah selesai makannya?" Tanya Robin senatural mungkin.

"Udah kok. Langsung pulang aja yuk. Langitnya dah mulai mendung gitu diluar."

Robin bersorak dalam hati. Entah kenapa, akhir-akhir ini Haelen jadi penurut. Atau memang dari awal cewek itu memang selalu penurut sama Robin.

"Kamu abis ini ada acara?"

"Enggak. Palingan cuma di rumah, tidur." Sahutnya sembari sambil mengirim balasan singkat ke Jena tanpa sepengetahuan Haelen.

Robin
Otw. 💬

 💬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Eh, gimana nih part perdananya ?

A S U ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang