4 : rooftop

9 1 0
                                    

🌼
.
🌼
.
🌼

Jam menunjukkan pukul 22.30 malam, July dan James ada di rooftop menikmati langit malam. Hanya ocehan July yang mengisi heningnya langit malam penuh bintang di sini.

Sementara James yang tak mengerti sama sekali dengan perkataannya hanya bisa menatap July, menahan kekaguman nya pada gadis sekarat yang sangat ceria ini, terlalu ceria bahkan.
Dia terlihat sangat menawan dengan segala keanehan nya..

"Aku belakangan ini suka sekali membaca guinness book of record, ternyata dunia begitu aneh"
"Apa kau tau, ada seseorang bernama Charlotte Lee yang mengoleksi 5.600 bebek karet. wow... Berapa banyak yang dia bawa ketika mandi?"

"Oh ya, ada juga seorang wanita bernama Joyce Samuels. Dia meniup balon permen karet terbesar di dunia, 28 cm. Kau tau apa yang spesial? Dia meniup nya melalui lubang hidung... Hahaha" tawa July yang membuat James pun jadi ikut tertawa

"Oh ya ada lagi--" ucapan July terhenti
"Ada apa?" Tanya july
"Hah?" Binggung james
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa Ada sesuatu di wajahku?"
"Tidak.. tidak ada.. tak ada apa apa"
"Lalu kenapa? Ohh.. Kau bosan ya? Obrolan ku tidak seru?" Tanya July penasaran

"Tidak, bukan itu.. obrolan mu menarik" elak James, mana mungkin dia akan mengaku kalau dia terpesona dengan July. Egonya terlalu tinggi untuk mengakui itu

"Ah... Dari tadi aku yang terus bicara ya, baiklah sekarang giliran mu" senyum July
"Aku? Tapi aku tak ada cerita menyenangkan" jawab James
"Tidak perlu menyenangkan, ceritakan saja sesuatu tentang diri mu" bujuk July
"Tak ada yang menarik dari ku" James memalingkan wajahnya

"Kalau begitu aku akan bertanya. Kau setuju?"
James mengangguk
"Baiklah, hmm... Tunggu sebentar" July berfikir
"Apa alasan mu pindah ke rumah sakit ini?"
"Ya... Katanya ini rumah sakit yang bagus" jawab James datar.
"Sungguh? Hanya karena itu.." tanya July lagi

James mengangguk menanggapi nya.

"Benar benar tidak menarik... Baiklah, pertanyaan selanjutnya. Apa makanan favorit mu?"
"Apa saja asal bukan makanan rumah sakit"
"Kenapa? Menurut ku masakan nyonya Susan enak"
"Se enak apapun makanan, jika kau makan saat kau sedang sekarat maka rasanya akan tetap tidak enak"

"Waww... Kau benar benar perusak suasana yang handal" sindir July
"Yes.. I am" James tersanjung
"Baiklah pertanyaan selanjutnya. Apa yang biasanya kau lakukan saat kau sedang bosan?"
"Tidur"

July menghela nafas kesal.

"Well.... Ini yang terakhir. Sejak kapan kau menderita leukimia?"
"Mmm... Sekitar 2 tahun, sejak aku berumur 15 tahun"
"Bagaimana kau mengetahui nya?"
"Bukan kah kau bilang itu pertanyaan terakhir?

"Yah.. Waktu itu aku sering merasa kelelahan dan mimisan. Ibu ku curiga kalau aku juga mengidap leukimia seperti ayah dan kakak perempuan ku. Dia lalu membawa ku kedokter, dan ternyata benar.. aku mengidap leukimia" jawab James santai

"Apa kau takut?" Tanya july
"Lumayan"
"Tenang lah, tak usa khawatir. Dokter Lucy adalah dokter spesialis kanker terbaik. Sudah punya donor sumsum tulang belakang nya?"
"Sedang menunggu, Hey... Dari mana kau tau itu?" Tanya James

"Yaa.. aku punya seorang teman yang juga mengidap leukimia"
"Bagaimana keadaan nya sekarang?"
"Dia... baik. Dia sudah sembuh"
"Untung lah"

July memandang James.

"Bagaimana dengan mu?"
"Aku?"
"Ya, kau bilang kau mengidap kanker jantung kan. Bagaimana perkembangan kondisi mu?"
"Ya... Cukup bagus. Aku merasa lebih baik"
"Apa kau sudah dapat donor jantung?"

"Kanker jantung tidak bisa di operasi bung, hehe" tawa hambar July
"Kenapa tidak?"
"Resiko nya terlalu besar, dan kanker ku juga sudah menyebar"
"Bagaimana dengan kemoterapi?"
"Kemoterapi dan obat hanya membuat ku bertahan lebih lama, Tapi tak bisa menyembuhkan ku"

James menatap July iba, dan July termenung untuk beberapa saat.

"aku seharusnya tak mengatakan ini karena kita tidak boleh membandingkan penyakit satu sama lain. tapi, ketika mengenal mu, aku terkadang berfikir ahh.. Andai saja penyakit ku itu leukimia seperti mu. setidaknya aku punya harapan sembuh dengan donor sumsum tulang belakang"

"Jadi?" Tanya james
"Ya.. aku hanya bisa bertahan dengan obat dan kemoterapi, dan aku bisa mati kapan saja. Maksud ku, ini serius. Hidup sampai sekarang saja adalah keajaiban untuk ku, karena itu  setiap detik Sangat berharga"

"Apa benar benar tak ada cara July?"
"Well, jika ibu peri mau memberi sedikit keajaiban nya padaku, maka aku mungkin akan bertahan untuk 2 atau 3 tahun lagi, dan jika aku kurang beruntung, maka aku bisa saja mati besok, haha..."

James tidak ikut tertawa, dia hanya menatap July dalam.

"Tapi jika saja dia mau memberi lebih banyak keajaiban, mungkin suatu hari dokter akan datang padaku dengan senyuman dan memberi tau kalau aku bisa sembuh,

lalu aku bisa jadi gadis normal, hidup dengan normal, bisa berlari, dan bermain di taman bermain seperti anak lainnya. And who know,
mungkin aku akan bertemu dengan seorang pria tampan yang sembuh dari penyakit leukimia nya, lalu kami menikah dan hidup bahagia selamanya" goda july

(tersenyum memandang James)

"Ini terdengar bodoh untuk ku tapi, untuk pertama kalinya aku harap ibu peri itu nyata" (senyum James)

Jam tangan July menunjuk pukul 00.10

"Upss.. sepertinya kita  terlalu seru mengobrol. Sudah waktunya Cinderella untuk pulang. Ayo ku antar" ucap July

James tersenyum tipis dan bangkit dari duduknya. Mereka keluar dari tenda dan turun menuju kamar.
Tidak lupa July mengucapkan selamat malam pada James, yang hanya di balas dengan anggukan.

July masuk ke kamarnya, menarik selimut, dan terlelap.
Sedangkan di kamar sebelah, James hanya menatap kosong ke arah langit langit. Senyum July memenuhi kepalanya, membuatnya tanpa sadar tersenyum.

"Selamat malam. July"

.
.
.
.
.
.

"Keajaiban itu nyata. Seperti aku dan kau"

"Ibu peri, kumohon jadilah nyata. Gadis itu membutuhkan mu,
begitu juga aku"

🌼100% July 🌼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang