Dua: Zackly

2.1K 301 98
                                    

Warning! 16+

Erwin menghembuskan napas panjang setelah pintu kamar tertutup. Kekhawatiran demi kekhawatiran yang ia rasakan membuat pikirannya kacau. Yang Erwin butuhkan saat ini hanyalah kekuatan untuk menghadapi hari esok. Cuma ada satu orang yang bisa memberikan kekuatan itu untuknya, dan dia sedang tertidur pulas di atas ranjang mereka.

"Sayang, aku pulang." Dia membuka jas luarannya dengan terburu-buru. Kemudian memeluk erat perempuan yang sudah seperti separuh dirinya itu dengan sepenuh hati, menegaskan bahwa (Y/N) adalah orang yang sangat berharga baginya.

"Selamat datang," Sapanya separuh sadar. Ia mengangkat pandangan dan mengamati wajah suaminya. "Kau sudah makan? Apakah Heimdall baik-baik saja? Dia sudah makan?"

"Heimdall sudah tidur," Lirih Erwin, mengelus rambut hitam (Y/N) dengan jemarinya. "Aku makan malam di luar dengan Heimdall."

"Cih. Curang."

"Sayang, itu kan salahmu sendiri pakai acara marah-marah dan menakutinya." Ejeknya. "Besok malam, ayo kita makan bertiga."

"Di luar?"

"Di rumah saja. Aku akan membantumu."

"Hehe, aku suka sekali padamu, Erwin."

"Aku yang paling menyukaimu, kau tahu."

"Kita seri." Lirihnya.

"Iya, terserah kau saja, sayangku."

***

Aku melihat dunia yang berada di ujung tebing. Tanpa keseimbangan, akan jatuh. Lebur menjadi puing-puing. Pikiran itu menghancurkan semangat pagi harinya.

"Jadi beritahukan kepadaku, Hanji." Amarah (Y/N) tersulut. "Bagaimana Jenderal Zackly bisa tewas?"

"Itu.. Dugaanku, ada sebuah bom yang terpasang di 'Bangku Khusus' Jenderal Zackly, yang merupakan barang pribadinya." Jelas wanita itu, mencubit batang hidungnya, menunjukkan seberapa frustasi dirinya.

"Para Prajurit bayaran kan sedang di tahan, lalu siapa yang punya kekuatan untuk melakukannya?" Mata (Y/N) menggelap ke arah lukisan sang Jenderal yang sangat dihormatinya. "Sial."

"Bangkunya.." Tambah Armin, melangkah maju ke arah (Y/N). "Dia bilang, dia habis meminta bantuan pada Rekrutan Baru untuk memindahkan bangkunya."

"Rekrutan dari Divisi mana?" Selak Komandan Nile.

"Itu.." Armin melirik (Y/N), seakan meminta pertolongan. "Pasukan Pengintai."

"K-Ketua! komandan Nile! Ini gawat!" Seseorang membanting pintu, membuat siapa pun di ruangan itu tersentak. "Eren Yeager melarikan diri dari Penjara Bawah Tanah!"

"Bicaralah." (Y/N) memicingkan matanya yang berkilat, tajam seperti belati.

"Dia menggunakan kekuatan Titan untuk menciptakan lubang. Dia juga kembali menutup lubang itu agar kami tak dapat melacaknya!"

"Sebenarnya apa yang terjadi disini?" Mikasa berbisik.

"Yeagerist." Geram (Y/N), bangun dan menggemertakkan gigi. "Aku ingin kalian mencari Eren dan para pendukungnya. Hidup atau mati, aku tak peduli. Bawa mereka kemari."

"B-Baik.."

Beberapa Prajurit Polisi Militer menyergap keluar, senapan-senapan berat mereka bersiap siaga di balik punggung seperti sebuah kebanggaan tersendiri.

Wanita itu bangun, raut wajahnya kesal, nyaris meledak. "Omong-omong dimana Erwin? Si tua itu seharusnya ada disini, berpusing-pusing dengan kita."

I'll Remember You: Beginning of the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang