Tiga belas: I'll Remember You

1.6K 210 66
                                    

Erwin membuka mata, merasa hampa. Dia sungguh-sungguh mati rasa. Seharusnya dia bangun dan pergi keluar untuk merayakan keberhasilannya dengan rasa sukacita. Namun, dia tidak melakukannya.

Lalu Erwin merasakan sebuah tatapan mengarah pada dirinya. Seketika matanya beralih untuk menemui tatapan itu. (Y/N).

"Hai." Wanita itu tersenyum.

Kehidupan seakan kembali menyala di dalam dirinya. "Kita sudah sampai?"

"Belum. Tidurlah."

"Sayang," Lirih pria yang rapuh itu.

"Aku di sini."

"Kemarilah." Erwin merentangkan tangannya, memohon agar wanita itu memeluknya.

"Semua sudah berakhir, Erwin." (Y/N) menyambut pelukannya dengan hangat. Disisirnya rambut pria itu dengan jemarinya yang lembut. "Semua sudah baik-baik saja."

Sentuhan itu memberikannya kehangatan seperti mentari. Kemudian, ia merasakan air matanya jatuh. "Syukurlah."

Kalau saja hari itu mereka tidak terpental ke tanah dan terpisah dari para rekannya, hari ini tidak akan pernah tiba. Hari dimana mereka bisa bernapas dengan lega. Tanpa beban. Tanpa memusingkan hari esok.

Levi dan Mikasa menyusul masuk, penampilan mereka nampak kacau— Tidak seorang pun yang tidak kacau setelah semua terjadi.

"Bagaimana keadaan kalian?"

"Kami baik-baik saja."

"Kalian bagaimana, Levi, Mikasa?"

"Aku dan Mikasa akan meninggalkan Paradis." Kata Levi sambil tersenyum, lalu ia menunduk. "Kalian juga.. Ikutlah."

Erwin menatap (Y/N), lalu mereka mengangguk. "Kita akan pulang ke Paradis."

"Sudah kuduga." Pria cebol itu tertawa kecil.

"Kalau begitu, mungkin ini pertemuan terakhir kita." Mikasa menepuk pundak (Y/N), dan dengan cepat wanita itu memeluknya erat-erat.

"Mikasa, maaf."

"Tidak. Aku harusnya berterima kasih padamu, (Y/N)." Gadis itu tercengir, dan pemandangan itu sangat melegakan, karena sudah lama (Y/N) tidak melihat ekspresi seperti itu dari wajahnya.

"Mikaaa, mampirlah sesekali ke Paradis."

"Ya, pasti. Kayaknya aku akan merindukanmu, (Y/N)."

"Ya ampun, aku juga!"

"Dasar perempuan." Levi mengangkat bahunya, lalu duduk di sisi Erwin. "Nah. Sampai jumpa, Buntung."

"Sampai jumpa, Levi."

"Kau juga buntung, Cebol. Lihat jarimu!" Gertak (Y/N), tak terima.

"Yah, tapi lenganku masih ada dua."

"Matamu hanya satu, tuh." Sahut Erwin dari tempat tidurnya, terkikik.

"Bisa bercanda juga kau, huh?" Levi memutar bola matanya. Senyumannya masih disana meski tawanya memudar, lalu ia menepukkan kepalan tangannya di dada kanan Erwin, tepat di atas jantungnya.

"Terima kasih, Levi."

"Tidak, Erwin." Levi menggeleng. "Terima kasih atas segalanya— Kalian berdua, terima kasih."

"Terima kasih, Komandan Erwin, (Y/N)." Mikasa ikut, memberi penghormatan terakhir pada Erwin sebelum melangkah keluar.

"Cebol.."

"Jangan lupakan aku, Babi."

"Aku akan mengingatmu."

Levi hanya menatap (Y/N) dengan singkat, mengangguk dan tersenyum, kemudian keluar dari ruangan itu. Dia berjuang keras agar terlihat kuat dan baik-baik saja, tapi begitu pintu menutup, dan langkahnya semakin jauh, Levi tertunduk.

"Kapten?"

"Ternyata aku masih sangat.." Dia berbisik dan menangis.

Mencintainya.

I'll Remember You: Beginning of the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang