[9] Marah

1.9K 299 16
                                    

Bugh!

"BANGSAT!!"

Bugh!

Brak!

Trak!

"Arghh!!"

Suara berdebum yang asalnya dari belakang sekolah itu menghiasi gang kecil di sana. Ini bukan area sekolah memang tapi masih berada di sekitar sekolah, bahkan tepat di belakangnya.

Pukulan dilayangkan tanpa belas kasih, wajah penuh luka lebam dan darah kering tak dipedulikan. Seragam putih yang harusnya bersih tak bernoda sekarang kotor karena debu juga tetesan darah. Penampilan mereka jauh dari kata baik, tak puas dengan bogeman mentah, ditambah pula dengan tendangan keras.

"SINI LO ANJING!! CUPU!!"

"Cih, lo yang cupu. Kalo kalah ngaku aja lah nyet, gak usah sok keras bales dendam segala."

"BRENGSEK LO!!"

"Bajingan anak mami."

Trak!

Brak!

Blam!

Tubuh yang lebih tinggi ditendang hingga menghantam rongsokan tempat sampah tua yang langsung jatuh menggelinding. Nafas memburu terdengar bersahutan, yang satu dikuasai emosi yang satunya lagi mencoba tak hilang kendali.

Gawat kalau dia hilang kendali. Bukan masalah dihukum atau dituntut, dia hanya takut kalau Mamah nya kembali menangis karena anak nya lagi-lagi membuat seseorang masuk rumah sakit.

Dia tidak akan tega.

"Bro, udah lah, selesai aja kita. Gua gak mau ribut mulu."

"Cupu ya Panglima Tempur Taranta sekarang!"

"Bodo amat lah. Gua selesai."

Ia bangkit dari posisinya dan berjalan menjauh, hendak menyelesaikan baku hantam nya dengan murid sekolah sebelah. Cukup segini saja. Jika dia terluka terlalu parah, ada seseorang yang juga menanggung sakitnya. Sungchan tidak mau dia merasa sakit karena kebiasaan nya.

"Gua tau Shotaro. Pacar lo kan?"

Tap

Langkahnya berhenti. Mendengar nama Shotaro di sebut mengurungkan niatnya untuk pergi, seperti nya ada yang perlu mereka selesaikan di sini.

"Selera lo emang gak bisa diragukan sih. Gimana kalo gue cicip—"

"Jaga mulut lo." Tangannya terkepal, menahan diri agar tidak terpancing dan berakibat fatal.

"HAHAHA!! Sekarang gua tau kelemahan lo. Oh, gimana kalo gua sama temen-temen gua juga nyobain Beomgyu, dia—"

BUGH!!

TRAKK!!

BRAKK!!

BUM!!

Pukulannya terlalu membabi buta, tendangan tak urung dia lepaskan. Sungguh emosi nya langsung terpancing begitu si tengik ini menyebut nama kedua dan mengucapkan niatnya.

Kenapa senang sekali cari mati? Tidak sayang nyawa ya?

"Sekali lagi lo nyebut mereka pake mulut kotor lo, gua pastiin lo gak bisa ngomong lagi."

"Ohok! H-haa.. gue sekarang t-tau k-kelem-mahan lo. Hahaha."

"Bacot."

BUGH!!

"WOY SUNGCHAN!!"

.
.
.

"Ya Tuhan, Sungchan!"

Panglima Tempur《Sungtaro》✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang