Rasakan sensasinya

6 1 0
                                    

|Masih dalam tempat yang sama|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Masih dalam tempat yang sama|

Kau ini benar-benar menjengkelkan. Tidak, atau seharusnya kau yang berkata begitu, 'kan?

Hiruk pikuk siang ini tak menyenangkan sama sekali. Semai resam kusimpan di dalam ruang tanda tanya."Kau itu kemana, sih?!"

Ucapan plontos kosongku kaudengarkan baik-baik, yah?

Kalau begitu aku akan memimpin bulu mata hingga turun ke bawah, kutarik hela nafas hingga sengaja dihembuskan kasar. "Aku tak terima kalau begini!"

Maksudku, aku memang akan melupakanmu. Aku yakin dan itu pasti. Mengemas semua rasa yang bertebaran, aku akan melakukannya. Sungguh.

Tapi tidak untuk hari ini. Tidak untuk secepat ini. Korneamu masih ingin kutilik meski hanya sekali. Vokal ramah suaramu masih ingin kudengar berkali-kali.

Benar-benar anak penurut kau ini!
Padahal aku tahu aksara yang kususun ini tak pernah terbaca olehmu. Tapi kau seolah mengamini dan melakukan apa yang kutuliskan.

Konyol. Aku rasa ini sangat konyol.

Wanita penyanjung tujuh laki-laki sipit ini masih berharap kau memenuhi batu hitamnya.

Langkas mentari di atas kepala bahkan tak pernah merajuk meski aku mengomelinya setiap hari.

Sangat berbeda denganmu yang selalu kutunggu-tunggu meski kau tak pernah tandangi tempatmu.

Baiklah-baiklah, cukup basa-basinya. "Hey, boy. Are you oke?"

Ini terlalu absah untuk sebuah pengabulan. Terlalu buru-buru mengambil keputusan. Dan jawaban yang maraknya didengar adalah, "Tak apa, aku menerima semua itu."

Setelahnya aku berniat untuk merajuk pada diri sendiri. Perasaan seperti ini pasti efek samping sebab aku merasa benar-benar galau. Semacam ini rasanya merana, yah?

Senyuman hangat di depan gerbang sekolah tak kudapatkan sekarang. Sapaan segar sarapan pagi tak masuk rungu lagi sekarang.

Kita benar-benar akan berpisah, Ta.
Sebegitu tak inginnya, yah, dirimu menemui teman-teman kelasmu.

Sebegitu tak berminatnya, kah, dirimu pada sekolah itu. Sebegitu tak pedulinya dirimu pada jabatanmu?
Aku mengerti, aku akan sok paham dengan semua keputusanmu.

Apa sigaret itu masih sering kunjungi bilah bibirmu? Apa cairan kafein itu masih kau tenggak setiap hari?
Kuharap kau tak mengkonsumsi itu berlebihan, yah.

Terakhir kali kita bertemu badanmu serasa makin tulang saja. Setidaknya, perhatikan dirimu sesekali, Ta.

Dua kali harapanku musnah saat kau mengecewakan banyak orang. Bukan diriku, tapi anggotamu. Bukan untukku, tapi pendidik yang menanggungjawabimu.

Aku hanya membanyang-banyangkan kita akan bertemu waktu itu. Berharap kau setidaknya melangkahkan kakimu dan berinteraksi dengan teman-teman sekelas kita.

Kaukan baik. Kau juga pasti penuh di jejali pelajaran agama. Pengertianmu pasti lebih tinggi dari orang-orang tingkatanku.

Aku sungguh mengidolakanmu untuk itu. Selayaknya fans yang mengagumi 'peran utamanya' kau akan selalu menambah pilar pemisah sebagai tamparan kesadaranku agar tetap waras.

Baik. Tetaplah seperti ini kalau begitu. Meski berat memikul batu rindu di atas pundak. Meski bodoh sebab merasa sakit sepihak. Tapi ini harus tak masalah. Sebab kau tahu? Kurasa, aku ini orang pelit. Tak suka berbagi.


Thirddxs

DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang