Prolog

4 1 1
                                    

RUANG GELAP, 1854

Api dari sebatang lilin berpendar di meja nakas, menciptakan cahaya dan bayangan di wajah seorang anak lelaki dan gadis muda. Anak lelaki itu membungkuk di atas tempat tidur, menyeka kening gadis itu dengan kain basah, berbicara dengan suara parau untuk menutupi kegelisahannya.

"Aku heran padamu, Grace, sebagai anak tertua dalam keluarga, kau seharusnya lebih bertanggung jawab. Tapi, kau malah menentang perintah Ayah dan kembali dari Italia. Iklim di sana bagus untukmu. Ayah bilang, makin hati kau bertambah kuat dan mulai sembuh total. Bagaimana kau bisa berharap sembuh dalam kabut dan kelembapan London?"

Api lilin memantul di mata gadis itu, yang berbinar di balik air mata yang menggenanginya.

"James, aku tidak bisa jauh dari rumah lagi. Aku memohon untuk kembali. Aku merindukan kabut dan hujan, hijau lembutnya Inggris. Aku bahkan rindu pada asap dan hiruk-pikuk London. Aku juga ingin bertemu denganmu dan Jack, bersama adik-adik mungilku. Kau tumbuh begitu cepat, yang benar-benar mungil saat ini cuma Riordan. Perang akan terjadi. Resimen Jack tak lama lagi akan dikirim ke Timur, ke Krimea. Aku tahu, Ayah bilang aku sudah mulai membaik di Florence, tapi setiap hari saat terbangun, aku merasa kehilangan sesuatu, dan aku takut tidak akam mendapatkannya lagi. Aku takut...."

Batuk-batuk kecil membuat gadis  itu tersentak hingga terduduk tegak di tempat tidur, berusaha untuk bernapas. James mengusap punggung gadis itu kuat-kuat, menopangkan bantal di belakangnya. Ia menyibukkan diri, menyalakan lampu minyak dan menghangatkan cairan di atasnya. Lalu, mengukur tetesannya ke dalam segelas air.

"Jangan bicara, Grace," ia berkata. "Itu akan membuatmu lelah. Ini, minumlah. Ini akan membantumu istirahat. Sekarang, turuti intruksi 'adik mungilmu'. Dia sudah tiga puluh senti lebih tinggi darimu sekarang." James berusaha tersenyum, tetapi usahanya hanya menghasilkan senyum tipis. Grace balas tersenyum dan mengambil gelas berisi air itu, meminumnya untuk menyenangkan hati James.

"Kau merawatku dengan sangat baik, James. Kau dan Jack telah menjadi pemuda tampan dan tegap sekarang dan Riordan kecil yang manis, aku sungguh ingin melihat kalian dewasa, untuk...."

James menyela dengan meletakkan jari di bibir Grace.

"Istirahat, kataku. Jangan bicara, tapi istirahat. Sejak kapan kau jadi bawel? Ayah bilang tidak ada yang salah denganmu. Keletihanmu itu biasa terjadi, saat seseorang gadis beranjak dewasa. Itu kelelahan karena terlalu bersemangat dalam kehidupan sosial. Terlalu banyak menari dalam ruang dansa yang penuh. Menurut ayah, Waltz adalah sumber banyak kejahatan."

"Ayah bahkan bilang yang lebih buruk lagi. Katanya, ini semua gara-gara buku. Dia merasa aku terlalu banyak membaca dan itulah yang menyebabkan demam kelelahan ini. Aku mendapatkan ceramah tentang 'overtimulasi otak perempuan." James dan Grace tertawa berbarengan, tetapi tawa Grace terpotong oleh batuk yang terus-menerus.

'Istirahat' adalah kata yang selalu diucapkan James, tetapi matanya bicara lebih banyak untuk membuat Grace senyaman mungkin.

"Aku meninggalkan bel di sebelah tempat tidur. Aku akan memindahkan lilin ke sebelah sini, di atas meja rias. Istana telah mengatur agar aku bisa tidur di kamar sebelah. Bunyikan loncengnya kalau kau membutuhkanku. Selamat malam. Grace sayang. Tidurlah yang nyenyak. Aku yakin kau akan merasa lebih baik besok pagi."

"Manis sekali harapanmu James, tapi aku ragu itu akan terjadi," gumam Grace. Tetesan cairan yang diberikam oleh James mulai bekerja. Grace memejamkan mata, napasnya lebih teratur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Queen at War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang