"Sekuat apapun aku mencoba membentengi rasa ini, hatiku tetap berharap untuk bisa memilikimu seorang diri." | Veen Darendra Mahardika.
Hari ini adalah hari Jum'at, hari terakhir masuk sekolah dalam satu minggu karena Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Anak-anak SMA Cakrawala Nusantara bersemangat untuk pulang ketika bel pulang sekolah berbunyi.Dan hari ini adalah hari sulit bagi Sally untuk pertama kalinya setelah sekolah 2 tahun, tadi saat di toilet, dia di lempari telur busuk oleh anak-anak keluarga kaya. Ia tidak bisa melawan, karena di belakang gadis-gadis tolol tersebut ada nama keluarga ternama.
Sedangkan dia sudah tidak ada pendukung, banyak media massa yang meliput perpecahan keluarga Amaranggana dengan Sally telah memutuskan hubungan lebih dulu.
Banyak yang menjudge Sally anak buruk, tentu pendapat ini lahir dari orang-orang yang memang tidak menyukai Sally. Meski anak-anak keluarga kaya menghindari dirinya, berbisik diam-diam di belakang punggungnya, Sally tetap tidak perduli.
Apakah dia akan menjadi miskin hanya karena bisikan buruk orang lain?
Tidak bukan? Sally cukup acuh. Jika kau selalu termenung dalam kata-kata buruk orang lain terhadap dirimu, maka kapan dirimu akan merasa bahagia?
Hidup ini adalah hidup kita sendiri. Mereka berbisik di punggung kita bukanlah masalah besar, karena kita juga tidak bisa mengendalikan kebencian manusia. Setiap orang memiliki mulut, dan mulut lebih sering berkata buruk terhadap orang lain daripada berkata baik untuk orang lain.
Sungguh, sangat tidak berguna hidup bila hanya digunakan untuk berusaha membuat semua mulut melontarkan pujian kepadamu, tidak berfikir saat dirimu jatuh dalam keadaan buruk. Mulut yang dulunya berucap baik akan berucap buruk, sangat buruk sampai hatimu terluka cukup lama oleh sebuah kata.
Ini bukan dugaan, tapi ini adalah kenyataan di dalam masyarakat.
Dewa berjalan di belakang Sally, memberikan tatapan tajam bagi siapapun yang berani berbisik-bisik mengenai Sally.
Mereka mungkin berani mencela Sally, namun untuk Dewa Ajiwangsa, mereka harus berfikir puluhan kali sebelum benar-benar yakin ingin kehilangan kenyamanan hidup di sekolah.
"Dewa, lo ngapain di belakang gue terus, sih?" Sally berhenti berjalan, berbalik menatap Dewa di belakangnya. Sedari tadi mengekorinya tanpa henti.
Dewa mengangkat bahu tidak tahu, "Kebiasaan dari dulu."
Sally memutar matanya jengah, "Jalan di deket gue, percuma lo pelototin mereka semua. Mulut mereka nggak akan bisa berhenti permanen setelah lo tatep kayak gitu."
"Gue nggak suka mereka bisik-bisik tentang lo, Sal."
"Gue tau," Sally menghela. Sedikit tidak nyaman terhadap perilaku penuh perhatian dari Dewa.
Dia sudah tau Dewa mencintainya, hanya saja saat ini kesenjangan di antara keduanya terlalu kentara. Keluarga Ajiwangsa pasti sudah tidak akan menerima Sally sebagai calon menantu.
"Ayo pulang." Ajak Veen, muncul entah dari mana dan sudah berdiri di samping Dewa. Menyaut tanpa sopan santun.
Dewa menatap tidak suka, sudah bagus Veen selalu acuh pada Sally. Kenapa si tengil ini sekarang mengajak Sally pulang bersama?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Taetzu] Wanna Be Me | Selesai ✔
FanfictionFanfiction Challenge With Metanoia -Wanna Be Me- Tekanan akan tuntutan selalu menjadi yang sempurna membuat Sally tersiksa. Menjadi karakter lain di depan banyak pasang mata yang siap menuding dirinya, mencari segala celah untuk membuat berita hanga...