Vira bersama Veen menunggu di ruang tunggu dengan cemas, wajah mereka putih pucat, terlalu khawatir seakan darah telah di kuras habis dari tubuh mereka. Saat ini terpaksa Sally menjalani operasi untuk bagian mata kirinya yang sudah terkoyak tertusuk oleh apa Veen tidak mengetahuinya.
Dari sisi kanan, langkah sepatu menggema. Seorang pria gagah tinggi bersetelan formal berhenti di depan Veen, "Pembicaraan apa yang ingin kamu sampaikan kepada Papa?"
Vira mendongak setelah lama sekali merunduk. Menatap wajah mantan suaminya yang belum lama ini dia temui. Ia berdiri, wajahnya khawatir.
Mendahului Veen untuk angkat bicara, "Kamu juga pasti tahu tentang berita Sally melepas diri dari Amaranggana. Di sekolah tadi dia mengalami pembulian, mata kirinya rusak tertusuk benda tajam, dia harus operasi dan merelakan satu matanya cacat. Mengingat pengaruhku saat ini, kepala sekolah pasti tidak akan mau untuk angkat bicara secara cuma-cuma jika pembully Sally adalah anak dari keluarga ternama. Saat ini keadaan Sally di anggap tidak berarti dalam kalangan atas."
Veen mengangguk, wajah tampannya sangat mirip dengan sang ayah. Semua fitur sama, ekspresi tajam dan dingin mereka terlihat tidak ada bedanya. "Benar, karena itu aku ingin meminta bantuan. Otoritas Papa tidak akan bisa di tolak, untuk pertama kalinya, aku meminta tolong pada Papa."
David Mahardika sedikit melembutkan tatapan matanya, berujar, "Baik, Papa akan mengurus semua ini dan memastikan pembully dari Sally mendapatkan hukuman. Setelah Sally sadar, tanyakan kepadanya siapa saja yang telah melakukan pembullyan dan lapor kepada Papa. Dalam waktu tidak ada satu minggu, semua masalah akan selesai dengan tuntas dan para pelaku akan menerima akibat."
Penuh perhitungan, tegas, dan angkuh adalah ciri dari seorang David Mahardika. Pergerakan bisnisnya menaungi jalur Enterprise, Prusahaan Multinasional yang memiliki banyak cabang usaha terpadu dalam sebuah jaringan terstruktur, Sistem Informasi.
Bisa di katakan, David Mahardika lebih fokus meluaskan bisnis di Eropa daripada di dalam negeri. Mengembangkan perusahaan informasi, dalam penyebutan lebih mudah, tempatnya berisi orang-orang yang bersekolah dalam jurusan IT. Dan sejenisnya.
"Terima kasih, Pa."
"Tidak perlu, kamu putraku. Lain kali, jangan sungkan untuk meminta bantuan lebih. Papa selalu ada untuk kamu dan Mama kamu." Kata David.
Vira menatap mantan suaminya.
"Tentu, Pa."
David pamit untuk pergi, saat ini dia harus segera kembali mengurus design baru kantor induk di luar negeri dan tengah mencari perancang furnitur terbaik untuk mengemban tugas tersebut.
Veen mengenggam tangan Vira, "Ma, Mama masih sayang sama Papa?"
"Sampai kapanpun, Mama hanya menaruh nama Papamu di dalam hati Mama. Di ikuti nama putra tersayang Mama."
Keadaan sudah tidak terlalu tegang. Akan tetapi hanya sementara. Karena lorong sepi tanpa terdengar suara tapakan kaki membawa udara ketegangan di luar ruangan operasi.
Madam Kian sedang menuju ke rumah sakit saat di beritahu oleh Veen mengenai kabar Sally, dia sangat khawatir.
***
3 hari kemudian.
Sudah 3 hari selepas operasi, Sally masih memejamkan mata di ruangan HCU. High Care Unit. Tingkat intensifnya masih berada di bawah ICU satu tingkat. Pasien dalam ruangan ini berarti sedang berada dalam penjagaan penuh terhadap kesehatannya.
Veen baru memberitahu kabar buruk Sally kepada Nanay hari ini, melalui ponsel gadis itu.
Vira dan Madam Kian pamit terlebih dahulu untuk menyiapkan syukuran bersama anak yatim, sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan telah melancarkan operasi Sally.
![](https://img.wattpad.com/cover/260588278-288-k532034.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Taetzu] Wanna Be Me | Selesai ✔
FanfictionFanfiction Challenge With Metanoia -Wanna Be Me- Tekanan akan tuntutan selalu menjadi yang sempurna membuat Sally tersiksa. Menjadi karakter lain di depan banyak pasang mata yang siap menuding dirinya, mencari segala celah untuk membuat berita hanga...