Pada malam sabtu mall tetap sangat ramai. Vira bersama Sally berjalan di depan, meninggalkan Veen berjalan sendirian. Ia mengawasi sosok Sally dari belakang, menyimpan semua terbitan senyum manis dari gadis tersebut di dalam memorinya.
Ponselnya berdering, ada panggilan video call masuk. Veen menyentuh ikon dan munculah wajah pemuda sebaya dengan dirinya, wajah pemuda tersebut nampak begitu putih pucat.
"Lo di mall ngapain? Biasanya juga lebih suka di kamar."
Raut wajah Veen melembut, tidak meninggalkan sisa lapisan dingin sedikitpun dalam parasnya, "Nemenin Sally sama Mama belanja. Sekalian keluar bareng."
"Bisa atur kamera belakang? Gue mau lihat Sally."
"Boleh," jawab Veen. Ia mengganti setelan menjadi rekam melalui kamera belakang. Kakinya menambah sedikit laju langkah, mendekat dan mengejar senyum indah Sally.
Pemuda di seberang tersenyum, wajah tampannya tidak kalah jika di bandingkan dengan Veen. Matanya penuh kasih sayang menatap Sally di layar ponselnya. "Dia semakin cantik dan manis dari terakhir kali. Lo udah tepatin janji lo?"
"Hm," Veen mengangguk, menghembuskan nafas dan menyambung perkataan, "Gue udah tepatin janji, mulai sekarang Sally aman di tangan gue. Lo tenang aja, gak usah khawatir tentang apapun."
"Cuman khawatir liat berita tadi pagi, Sally sekarang lepas dari keluarganya. Dia pasti kesulitan, tapi terlalu sungkan untuk bercerita. Tolong jadi tempat curhat buat dia sebelum gue bisa dateng ke Sally lagi."
"Lo bisa percaya sama gue."
Pemuda di seberang pamit, memutus sambungan. Setelahnya wajah Veen tidak begitu menyenangkan, dua netranya menatap Sally dari balik kaca toko boneka.
Sekeras apapun Sally mencoba menjadi kuat di luar, dari dalam, dia masih gadis di usia matang yang pasti sangat memerlukan kasih sayang keluarga sebagai dukungan.
Lagi, Veen tersenyum pahit. Mengagumi dalam diam seperti ini terlalu menyakitkan, dia bisa melihat Sally. Namun dia tidak bisa memilikinya, masih ada Aruna juga. Veen tidak bisa menyakiti gadis sebaik Aruna.
Pemuda yang melakukan video call dengan dirinya adalah orang yang berhak atas Sally. Dan dia sudah berjanji pada pemuda itu, Veen berjanji mulai sekarang akan selalu menjaga Sally sepenuh hati. Menghiburnya di saat sedih, dan memberinya tempat bersandar ketika lelah.
Veen harus melakukan tugas ini sampai orang itu kembali. Ketika masanya tiba, dia tidak bisa lagi berada di dekat Sally.
Masalahnya satu, apa dia bisa menahan kepedihan di dalam hati melihat gadis pujaan hati bersama pemuda lain?
Jawabannya, Veen tidak mampu.
Apalagi, Veen juga tidak bisa menolak keinginan dari orang itu. Semua keinginannya seperti kewajiban bagi Veen. Harus di penuhi!
Sally sangat acuh terhadap Veen, tidak menoleh padanya sekalipun. Vira mendesah kecil di dalam hati, dua anak remaja ini tidak mau akur juga?
Dia sudah kehabisan ide. Vira mengajak anak-anak keluar hanya untuk mendekatkan mereka, tapi Veen dan Sally tidak peka satu sama lain. Justru saling menjauh dan menjaga jarak.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Taetzu] Wanna Be Me | Selesai ✔
Fiksi PenggemarFanfiction Challenge With Metanoia -Wanna Be Me- Tekanan akan tuntutan selalu menjadi yang sempurna membuat Sally tersiksa. Menjadi karakter lain di depan banyak pasang mata yang siap menuding dirinya, mencari segala celah untuk membuat berita hanga...