“Baik, aku menerima fakta ini.” | Sally Abaigeal Amaranggana.
7 tahun kemudian...."Masuk ke ruang ganti cepetan!"
"Gak mau!"
"Mama, masuk aja. Mama nanti pasti cantik pakai baju itu."
Pria muda bersama satu anak perempuan berkuncir kuda memaksa wanita cantik di depan mereka untuk masuk ke dalam ruang ganti. Memaksa wanita tersebut untuk mencoba baju dari butik.
"Sally, turutin aja kata Veer. Tau sendiri dia keras kepala anaknya," celetuk Vira yang baru saja datang setelah selesai berbicara ringan dengan beberapa langganan.
Ia mengulurkan tangan membawa tubuh kecil ke dalam gendongannya, "Mau makan siang sama Nenek?"
"Maauuu!"
Veer kembali memutar tubuh Sally, berkata kesal karena sangat susah untuk membujuk wanita satu ini, "Cepetan! Masuk ke dalem terus coba gaunnya!"
"Iya, iya, dasar pemaksa!" Sally mencebikan bibirnya kesal. Dengan enggan masuk ke dalam ruang ganti, membawa gaun putih panjang menjuntai sampai kaki ke dalam pelukannya.
"Pakai yang bener baru keluar!" Seru Veer dari luar.
"Iya! Bawel banget! Kamu ikutin adek sama Mama, jangan biarin dia makan es krim! Takutnya sakit kayak kemarin!" Balas Sally sekaligus memberi tugas agar Veer mengikuti anak perempuan kesayangan mereka berdua.
Tidak mendapatkan jawaban dari Veer, bahunya mengedik acuh. Mungkin pria itu sudah pergi menyusul Vira ke restoran terdekat langganan mereka.
Setelah melakukan operasi transplantasi tulang sum-sum, Veer bisa kembali pulih total selama dua tahun di Singapura. Pada satu tahun terakhir, Sally ikut ke Singapura untuk menjaga Veer, sekaligus menemaninya di sana.
Vira dan David sama-sama tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka. Menyetujui untuk membawa Sally ke Singapura sesuai keinginan putra bungsu bukan pilihan buruk.
Dan untuk Veen. Dia tidak pernah membalas semua pesan dan telefon dari Sally, hingga kini. Jadi secara otomatis Sally tidak tahu bagaimana kondisi Veen saat ini.
Dulu pernah sekali Sally melihat Vira melakukan video call dengan Veen, saat hendak ikut menyapa. Video call di matikan sepihak. Membuat rasa bersalah semakin bersarang lebih lebat di dalam hatinya.
Di depan cermin, Sally berdiri tegak, menatap bayangan tubuh ramping tinggi terbalut gaun putih cantik tanpa lengan. Rambut panjang hampir sepinggang di biarkan tergerai, mata kirinya masih sama seperti sebelumnya, terbalut kapas putih. Sekarang mata kirinya sudah tidak menimbulkan rasa sakit yang terlalu kejam.
Gestur tubuhnya nampak indah dari segi manapun, bibir ranumnya mengukir senyum. Berkat bantuan Veer, dia sudah tidak lagi mengalami ketakutan melihat bayangan diri sendiri di dalam cermin. Membuat ia leluasa untuk melihat wajahnya sendiri terpantul di dalam kaca.
Suara dari luar bilik ganti mengalihkan kebahagiaan dunia Sally, berjalan menuju tirai, jemarinya menyingkap sedikit.
Menemukan Veer berdiri sambil bermain ponsel.
"Veer, kok jaket sama kaos kamu ganti?" Tanya Sally merasa bingung.
Kedua tangannya menjepit kain gaun, mengangkatnya sedikit supaya tidak menyapu lantai. Mulai melangkah menuju pria tersebut. Senyum masih terpatri indah di bibirnya.
"Gimana? Bagus nggak?" Badannya berputar di depan Veer.
"Kok diem?" Dia berhenti berputar. Terpaksa ia memegang lengan Veer, Sally bertanya heran, "Kamu kenapa ngelamun?"
![](https://img.wattpad.com/cover/260588278-288-k532034.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Taetzu] Wanna Be Me | Selesai ✔
FanfictionFanfiction Challenge With Metanoia -Wanna Be Me- Tekanan akan tuntutan selalu menjadi yang sempurna membuat Sally tersiksa. Menjadi karakter lain di depan banyak pasang mata yang siap menuding dirinya, mencari segala celah untuk membuat berita hanga...