part 4

24 3 0
                                    

Hari terus berlanjut aku dan kedua sahabatku sedang istirahat sambil menunggu bel kami memutuskan ke pinggir lapangan yang terdapat pohon-pohon rindang yang membuat adem suasana. 

"Eh Kiya besok kan sabtu kitakan libur besok gemana kalau kita jalan-jalan?" Tanya Ara

"Iya nih kita kan jarang jalan bertiga mumet gue juga dirumah mulu" seru Azda menyetujui

"Boleh, tapi aku ijin dulu sama ayah"

"Kamu jadi anak  baik yaa? Azda aja engga pernah ijin kalau mau kemana-mana"

Azda yang disebut namanya melotot. Ara, yang bukannya menyebut diri sendiri malah menyebut namanya. "Ra sumpah diem deh" kesalnya
Walaupun yang dia bilang memang benar.

Ara menyengir memamerkan tanda peace. Lalu menoleh  pada Kiya yang tertawa kecil melihat kelakuan mereka.

"Kalau bisa kabari kita yaa nanti sore atau malam? Besok kita pergi jam 11"

"Ke mana?"

Kedatangan ketiga cogan disekolah membuat atensi mereka melihatnya. Arkan sudah berdiri didepan Azkiya dengan sebelah alis terangkat, sedang Rio yang tadi bertanya berdiri didepan Azda, dan Refan yang memilih tidak peduli menduduk kan dirinya dikursi kosong.

"Ngapain nanya-nanya" sungut Azda

"Siapa juga yang nanya ke kamu" Rio mencebik

"Kita mau main" jawab Ara

"Ikut dong"

"Enggak!"

"Dasar cempreng pelit" Rio menyentil dahi Azda membuat gadis itu berteriak. Sontak, Rio melarikan diri begitu dikejar oleh Azda.

"Rio iseng bangat sihh" teriaknya sambil terus megejar Rio tanpa henti, membuat semua yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala karena melihat kebiasan mereka yang engga pernah akur.

"Mulai deh" Ara menggeleng. Lalu beralih melihat Arkan yang terus memperhatikan Azkiya. Disaat seperti ini otaknya mendadak encer. Ara berdiri memilih meninggalkan mereka berdua.

"Ra! Mau kemana?" Tanya Kiya

"Mau kekantin beli minum!" Teriaknya

"Ampun deh" kesalnya. Azkiya mendongak mendapati  Arkan memperhatikannya membuat Azkiya mengalihkan pandangannya dengan kesal.

"Apa lihat-lihat?" Sungut Kiya dengan ketus lalu menggeser duduknya agar bisa memperhatikan ke depan. Namun bukan Arkan namanya yang terus gencar mendekati Azkiya hingga duduk disebelahnya dengan kepala yang dimiringkan.

"Apa?"

"Kamu pakai jilbab gitu engga kepanasan?"

Azkiya melirik hijabnya "udah biasa" jawabnya kembali bergeser. Arkan pun mengikutinya

"Kenapa engga pakai jilbab kaya disekolah lain?"

Azkiya geser lagi "dosa" singkatnya ketus

Arkan tersenyum lebar "bisa jadi istri idaman"

Matanya membulat sempurna "ogah"

"Kamu kok gemesin bangat sih jadi pengen nyubit"

"Satu sentuhan" Kiya melotot "aku teriak" ancamnya waswas. Azkiya begitu menjaga dirinya agar tidak bersentuhan dengan yang bukan mahromnya. Ucapan Arkan membuat ia siap siaga.

Tingkat keusilannya meningkat. Tangannya mendekat membuat Azkiya panik. Kedua sudut bibirnya menahan senyum. "Kalau.."

"ARKAN!" Teriaknya membuat semua mata melihatnya dengan tatapan iri. Wajah Azkiya memerah. Arkan lekas menjauhkan tangannya dengan tawa lepas.

Azkiya HumairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang