Part 11 -Berulah lagi

133 14 94
                                    

           "Pilihannya hanya satu,
          aku yang melakukannya
       atau kau yang melakukannya?"

-Gino Aditama

                         

                             


                                ***



"Untuk apa kita kesini?" tanya Alana, saat ini mereka tengah terdiam di taman yang tak jauh dari rumah Alana.

"Merasakan angin malam...." jawab Satya sembari memejamkan matanya, Alana memandang Satya dengan senyuman tak luntur.

"Apa kau sanggup tetap bersamaku?" tanya Satya tanpa menoleh, sengaja––agar suasananya tidak terlalu serius.

"Aku sanggup, asalkan kau tetap mencintaiku..." jawab Alana.

Satya memejamkan matanya, mengingat percakapannya dulu dengan Alana.

"Dia sudah melakukan apapun untukku, tetapi kenapa aku selalu membuatnya menderita?" Satya menatap dirinya di cermin, dirinya merasa tidak pantas dimiliki siapa-siapa, asal-usulnya saja, darimana dia? Dan sekarang, ketika hidupnya mulai berwarna, ada saja seseorang yang ingin menghilangkan warna itu.

"Arghh..." Satya melempar botol kaca kesembarang arah, melampiasakan semua emosinya yang terpendam selama berhari-hari.

"Aku harus bagaimana? Disatu sisi jika aku tidak melakukan ini, maka Alana akan dalam bahaya tetapi jika aku lakukan ini maka Alana akan membenciku, bagaimana? Aku harus bagaimana? Kenapa keluargaku sendiri ingin sekali menghancurkan kebahagiaanku?" Satya bermonolog di depan cermin.

"Ayah... Ibu, andai kalian masih ada disini, mungkin semua ini tidak akan terjadi dihidupku..."

Satya menyimpan sebuah buku catatan berwarna kuning di meja dekat cermin, lalu pergi begitu saja dengan tatapan kosongnya.

Flashback

"Oke, sudah hampir seminggu aku memberimu waktu, jadi bagaimana?" tanya Gino meminta agar Satya segera memilih, memilih dirinya yang membalas dendam atau Satya yang melakukannya.

"Jika aku melakukannya, aku bisa saja membuat Alana berada di rumah pelac--"

"Apa?!" Satya terlihat tidak terima, bahkan siap memukul Gino.

"Atau aku bisa membun--"

"Cukup!"

"Oke pilih, kau hanya tinggal mengatakan bahwa kau tidak pernah mencintai Alana, apa susahnya? Tapi jika aku yang bertindak, Alana akan dalam bahaya, apa kau mau itu?"

"Pilihannya hanya satu, aku yang melakukannya atau kau yang melakukannya?"

Flashback off

                            

                               ***




"Saat mati lampu kemarin, Satya dikira pencuri! Dia bahkan sampai dipukul." Alana bercerita sambil tertawa, membayangkan betapa lucunya wajah Satya saat dikira pencuri.

"Kenapa bisa?" tanya Senja heran.

"Kan waktu mati lampu, Satya mau periksa listriknya nah aku lupa, pas aku lagi ambil air sambil denger musik, aku lihat pintu tidak terkunci lalu aku kunci, terus Satya tiba-tiba naik pake tangga di luar, basah-basahan terus di pukulin lagi, kasian banget." Alana lagi-lagi tertawa, walau dalam kalimatnya dia mengatakan kasihan tetapi tetap saja dia tertawa.

SANA 2 [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang