Ekstra Part

387 16 129
                                    

2 Tahun kemudian...

Alana melangkah menuju rumahnya dengan ekspresi bahagia––seperti yang selalu ia tampakkan setiap harinya, perempuan itu membawa beberapa buku di tangannya habis dari perpustakaan yang tak jauh dari rumahnya, makanya Alana memilih berjalan kaki saja.

Rasanya memang menyenangkan ketika sore hari seperti ini berjalan-jalan sambil menikmati udara segar.

Alana menghentikan langkahnya ketika melihat beberapa anak laki-laki yang tengah bermain bola di lapangan yang cukup luas itu.

Alana tersenyum damai,

Andai...

Andai Arkan masih tinggal bersamanya pasti sekarang anak itu sedang bermain bola dengan teman-temannya namun sekarang Alana berpikir positif, Arkan juga pasti sekarang bahagia bersama orangtua kandungannya.

"Bunda..." panggil Naina dari belakang perempuan itu, membuat perempuan itu menoleh dan mendapati anak-anaknya bersama dengan Satya yang tengah menghampiri mereka––entah mereka dari mana, namun yang Alana ketahui mereka katanya tidak ingin pergi kemana-mana saat di ajak ke perpustakaan.

"Habis dari mana?" tanya Alana lembut.

"Tadi kami ingin menyusul bunda tapi bunda tidak ada disana makanya kami pulang lagi." jelas Naina.

"Ya sudah kita pulang ya." ajak Satya karena hari sudah mulai malam.

Mereka berjalan ber empat––Alaya yang masih kecil pun merengek ingin berjalan dari pada di gendong ayahnya sebab Naina berjalan dengan riangnya.

"Bunda ayah... Aku merindukan kak Arkan, dia sedang apa yah?" tanya Naina memecahkan keheningan.

"Telepon saja," balas Satya memberikan ide, "tapi jika kak Arkan sedang sibuk atau apa––sudahi telepon nya ya? Takutnya ganggu kak Arkan." tambahnya memberitahu.

"Baik," Naina langsung menghubungi Arkan dan membuat mereka menghentikan langkahnya dan terduduk di kursi yang disediakan disana.

"Hallo kak Arkan."

"Hai Naina Yeh Jaawani Hai Deewani!" Sahut Arkan riang sambil menggoda adiknya yang sering menelepon nya itu.

"Ih kakak... Kakak tahu tidak itu artinya apa?" kesal Naina.

"Tidak tahu..."

"Itu artinya pemuda ini gila, apakah kakak pikir aku gila? Dan apakah aku ini pemuda?"

"Oh maaf kakak tidak tahu artinya apa..." Terdengar suara cekikikan Arkan di telepon.

"Dasar kakak ini."

"Oh iya, bunda sama ayah ada?"

"Ada, mereka sedang ya biasa..."

"Biasa tuh apa?"

"Ya biasa, diam-diam datar-datar, sibuk-sibuk..."

"Loh kenapa? Sedang marahan?"

"Iya," Naina berbisik ketika mengatakan itu, "bunda sama ayah sedang marahan..."

"Kenapa marahan?"

"Kan ayah itu lagi buat acara di tempat kerjanya tapi bunda lupa datang... Kakak tahu sendiri kan jika bunda pelupa, jadi ayah marah lalu bunda pun ikut marah.".

"Yah, seharusnya kau selalu mengingatkan bunda."

"Aku pun lupa."

"Sama saja!"

"Jadi harus bagaimana kak? Mereka tidak saling tersenyum bahkan tak mau saling menatap."

"Aku punya ide."









SANA 2 [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang