Sejak setengah jam yang lalu, Veera sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun, matanya terus menatap ke layar kaca sesekali melirik ponselnya menunggu notifikasi dari seseorang.
Ting.
Terdengar detingan dari ponselnya, Veera buru-buru mengambil ponselnya dan segera membaca pesannya.
Sara
Kau jangan dulu kesini, bang Satya masih sama...Deg!
Jantungnya berdetak kencang, matanya mulai berkaca-kaca lagi. Se-benci itukah Satya padanya?
Sara
Ada fakta baru...Dan bang Satya sangat membenci fakta itu...
Veera
Fakta apa?Sara
Soal siapa yang membunuh orangtua bang SatyaVeera
Siapa? Jika orangtuanya kak Satya
Itu berarti orangtua ku jugaSara
Susah Veera ngetiknya...Tapi jangan sakit hati ya?
Orang yang memberikan racun pada minuman orangtua bang Satya itu adalah ibumu...
Deg!
Veera langsung mematikan ponselnya dan menaruhnya di tas lalu pergi begitu saja dari tempat itu.
***
Saat ini Satya tengah mencari-cari sesuatu barang di mall bersama Sara untuk memberikan hadiah ulangtahun kepada Alana yang tinggal menghitung hari.
Kebetulan juga, Fahmi sedang berada di rumah sakit membuat dirinya harus pergi dari sana dan meminta Sara untuk mengantarnya mencari barang karena baginya itu sangat sulit, mungkin jika membawa Sara akan lebih mudah tetapi ternyata sama saja, Sara malah asik mencari barang untuk dirinya sendiri.
"Ini bonekanya lucu sekali... Aku mau ya bang? Gratis ya? Kali-kali kan." ujar Sara memelas, entah sudah berapa barang yang Sara minta tetapi Satya hanya mengangguk-ngangguk saja sebagai jawaban.
"Sebagai hadiah pernikahan saja, bang Satya kan belum memberikan hadiah apa-apa untukku." katanya lagi seperti orang merajuk.
"Iya iya, pilih saja sesuai keinginan mu, aku mau keluar dulu." Satya hendak pergi tetapi Sara mencegahnya.
"Gila ya? Nanti siapa yang bayar?" Sara hanya takut, Satya pergi dan melupakan bayarannya.
"Ya sudah, cepat belanjanya dan dengar... Untuk hadiah Alana, aku tahu apa jadi tidak perlu beli disini. Kau saja belanja."
Sara mengangguk antusias.
***
"Bang aku turun disini saja ya, aku mau ke rumah temanku dulu dan kau jangan dulu kerumah sakit karena masih ada ayah disana." ujar Sara sebelum keluar dari mobilnya Satya.
Satya mengangguk paham sebagai jawaban nya.
"Kau pulang jam berapa? Mau abang jemput?" tanya Satya memastikan, pasalnya Arga sudah kembali ke Desa karena ada beberapa perkerjaan yang tidak boleh di tinggalkan, apalagi Satya yang tidak boleh pulang dulu oleh Alana.
"Iya nanti aku telepon abang saja,"
Satya mengangguk lagi. "Baiklah abang pulang yah..."
Satya pun memilih melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, pria itu masih kepikiran dengan Veera.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANA 2 [Lengkap]
General Fiction[SANA seri 2] Sebelum bertemu Alana--Satya adalah seorang pria dingin, kasar dan tidak peduli dengan apapun yang ada di lingkungannya. Hidupnya seperti hampa, tidak ada keluarga, dirinya jarang tersenyum. Orang-orang berpikir Satya adalah pria sombo...