07 - Kesabaran Tiada Batas

339 106 360
                                    

Biar nggak mudah kecewa, jangan lagi berharap.” – Moza Dinar Rahayu

***

Tangisan kencang yang begitu sedih itu menguar keras di depan toilet siswi. Bahkan, Moza pun kewalahan menghentikan tangisan Caca yang belum juga mereda karena soal Adam dan Yuriko yang berduaan di kelas mereka.

Beberapa siswi yang ingin masuk ke toilet pun terpaksa harus Moza usir demi menenangkan temannya yang sedang patah hati di dalam satu bilik kamar mandi tersebut.

“Ca.. Udah dong. Ayo ke kelas, bentar lagi udah mau masuk. Nanti lagi nangisnya,” kata Moza sambil mengetuk pintu kamar mandi di bilik paling ujung.

“Nggak mau!! Gue mau nangis dulu di sini, Mozaaaa.. Caca lagi patah hati, ” balas Caca sambil sesenggukan dengan raut wajah yang masih terlihat menggemaskan di dalam kamar mandi.

Moza mengembuskan napas kasar. Sudah dari tadi Caca belum juga ingin keluar dari kamar mandi. Caca menangis tersedu-sedu bagai gadis kecil berumur 5 tahun. Dia begitu cengeng dan tidak mudah dibujuk, persis seperti gadis kecil yang sedang merajuk.

Moza mengambil napas dalam-dalam. Ia membuka mulutnya, dia ingin memanggil Caca agar keluar dari kamar mandi. Namun, tiba-tiba ada seorang siswi yang lebih dulu memanggil dirinya karena ada sebuah panggilan dari sang wali kelas.

“Ca.. Gue ke kantor dulu, ya. Bu Susan manggil gue. Nggak apa-apa, kan?” Moza meminta izin untuk pergi ke kantor.

Dia menunggu balasan Caca dari dalam kamar mandi, Caca malah terus menyuarakan tangisan kencangnya di dalam sana. Bahkan sepertinya, Caca tidak mendengar ucapan Moza tadi. Akhirnya Moza pergi dari kamar mandi, dan meninggalkan Caca sendirian di kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, lambat laun tangisan Caca mereda. Dia bukan berhenti menangis, tapi isak tangisnya tidak lagi terdengar sekeras tadi.

Caca menundukkan kepala sambil sesenggukan. Dia ingin membuka kunci pintu tersebut dan menemui Moza di luar.

Namun, saat jari jemarinya hampir membuka kunci itu. Perutnya tiba-tiba terasa sakit dan membuat gadis itu merasa mules di dalam sana. Dia kembali mengunci pintu seraya menahan rasa sakit yang berasal dari perutnya.

“Mozaaaa.. Emangnya kalau cemburu bisa bikin mules juga, ya?”

“Caca kok jadi mules banget gara-gara liat Adam sama Yuriko?!”

“Caca nggak suka kalau Adam nerima ajakan Yuriko, Za!! Caca cemburu!! Caca mulessss..”

Caca merintih sambil berteriak kencang di dalam kamar mandi. Gadis itu sama sekali tidak tahu bahwa teman baiknya tidak ada lagi  di depan pintu untuk menunggu Caca keluar dari sana.

Namun, dari depan toilet siswi ada seorang pria jangkung dengan wajah berparas tampan menawan, dengan refleks menghentikan langkahnya saat mendengar suara kencang dan tangisan Caca secara bersamaan dari dalam kamar mandi.

“Za.. Moza.. Lo masih di luar, kan?” kata Caca memastikan.

Mendengar suara Caca yang begitu nyaring, dengan cepat pria itu menjauh dari area toilet siswi. Pria itu tersenyum samar saat berjalan pergi dari toilet siswi.

Perlu diakui, senyum itu muncul secara refleks ketika mendengar segala macam suara yang berasal dari mulut Caca.

Tangisannya, cerewetnya, berisiknya. Semuanya terdengar sangat menggemaskan jika Caca yang menyuarakannya. Dan pertanyaannya, siapakah pria itu?

Awas Nanti Jatuh Cinta (SDH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang