06 - Patah Hati Pertama

362 105 275
                                    

Dari caranya menghindar, aku tahu bahwa bukan aku yang dia incar.” – Amor Cantika

***

Caca memang sering melupakan suatu barang yang baru saja ia pegang. Namun, melupakan Adam adalah hal yang paling mustahil bagi Caca.

Caca memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Dia memejamkan mata sambil mengingat letak keberadaan buku catatan yang berjudul—'Rumus Cinta Pemikat Hati Adam'.

Lama dia mengingat, pesanan mereka sudah berada di atas meja. Dan Caca masih tetap memejamkan matanya untuk mengingat keras memori yang baru saja ia lakukan pada pagi ini.

“Ca, makan dul—”

“Caca, inget!!”

Moza terkesiap ketika Caca membuka kedua matanya sambil bersuara keras setelah berhasil mengingat buku catatan itu. Moza mengelus dadanya, menahan kesabaran memiliki teman seperti Caca yang mudah membuat Moza jantungan!

“Lo ngagetin gue, Cadut!!” ledek Moza memukul lengan Caca sambil berdiri dari bangkuknya. Sementara Caca hanya menyengir di hadapannya.

“Udah inget?” ujar Moza setelah menyeruput lemon tea pesanannya.

Caca pun mengangguk sambil tersenyum. Dan tiba-tiba saja Caca malah menuruni badannya ke kolong meja, gadis itu berjongkok di bawah meja.

Entah apa yang akan Caca lakukan kali ini. Hal itu membuat Moza bingung sambil berbisik ke bawah, melihat Caca yang sedang melakukan sesuatu di bawah kolong meja tersebut.

“Nah, ketemu!” teriak Caca setelah kembali duduk di atas bangku panjang tadi.

Dia memperlihatkan sebuah buku berukuran kecil berwarna pink dengan motif bentuk hati memenuhi sampul buku itu.

“Lo ngapain di kolong?” Moza bersuara pelan ke Caca.

“Gue baru inget, tadi bukunya gue taruh di dalaman celana gue. Makanya gue ambil di kolong. Nggak mungkin, kan, gue ambil di sini.”

Mendengar penjelasan Caca membuat Moza menggelengkan kepala.

Temannya yang satu ini memang unik. Meskipun keduanya baru dekat dalam waktu beberapa minggu sejak hari pertama sekolah di SMA Tirtayasa. Namun, menurut Moza, Caca itu teman yang unik. Manja dan terdengar berisik. Dan juga salah satu teman yang paling pantang menyerah.

“Terus, mau lo lakuin kapan?” Setelah membaca buku catatan itu, Moza bertanya lagi ke Caca.

“Udah dari tadi pagi. Dan lo tau?” balas Caca dengan nada yang dapat membuat Moza penasaran.

“Apa apa?” Moza menghentikan aktivitas makan siangnya sambil menatap gadis berambut pendek di hadapannya.

“Tadi pagi gue diledekin sama Adam,” tutur Caca sembari tersenyum senang sampai-sampai Moza pun ikut tersenyum lebar saat mendengar cerita Caca.

Namun, senyuman keduanya perlahan luntur ketika Caca melanjutkan kalimat yang selanjutnya ia utarakan pada Moza.

“Kabar buruknya, Adam nggak mau ngasih tau hobby-nya ke gue,” sambung Caca dengan raut wajah sedih sambil mengaduk minumannya.

“Sabar, Ca. Pelan-pelan pasti Adam bisa suka sama lo, kok. Asal lonya harus sabar dan nggak mudah nyerah,” balas Moza menenangkan hati Caca.

“Lo percaya, kan, kalau usaha nggak akan pernah mengkhianati hasil?” Moza memberikan kalimat penyemangat ke Caca.

Awas Nanti Jatuh Cinta (SDH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang