Bagian 10

85 10 1
                                    

Minho mendapat tempat persembunyian, sebuah bangunan kosong yang dirasa aman. Lelaki itu memilih sudut ruang, meringkuk dengan kelebat bayang Felix sedang meronta berusaha lepas dari cengkraman makhluk menjijikkan.

Rasa bersalah menyeruak dalam hati, membuat Minho yang tanpa sadar justru menitikan air dari pelupuk meratapi. Relungnya sakit mengingat perilaku pengecut yang entah bagaimana melulu hadir disetiap rasa panik. Meskipun tetap, keinginan guna terus hidup jauh banyak mendominasi.

"Sampah kayak lo yang harusnya mati lebih dulu, bukan bocah cantik itu." Seorang terkikik memuakkan, mengejutkan Minho hingga membuat lelaki tersebut toleh kanan kiri guna menemukan objek yang dengan seenaknya justru memaki. "Gue di sini."

Adalah Peter. Dia terduduk santai di atas almari. Memainkan pistolnya dengan seringai remeh. Siul yang sesekali keluar dari bilah, menyenandungkan lagu ceria teramat kontras akan situasinya.

"Lo tahu, berarti lo lihat?"

"Semuanya gue lihat. Dan jangan ngira gue egois karena nggak ngebantu. Sebab itu lebih pantes lo lontarin buat diri sendiri." Peter melompat turun, menghampiri Minho yang juga angkuh menatapnya. "Lebih baik lo yang dikoyak zombi sampai hancur. Karena lo gak berguna." Imbuh lelaki Han.

"Pun, kalau gue bener jadi zombi, lo orang pertama yang gue makan." Minho membantah, semakin mengangkat wajah berlaku sombong.

"Mau lo gigit sepuluh atau seratus kali pun gue tetep akan hidup." Yang lebih tua berkerut dahi heran, "Lo tahu kenapa?" Peter kembali memberi jeda, "Sebab gue imun. Gak akan bisa jadi zombi karena gue obat dari wabah ini. HAHAHA!"

Tawa terkuar sarkas. Terhatur dari ranum Peter bersama tubuh yang berputar-putar merasa senang tatkala melihat wajah panik seorang yang dia anggap sampah justru mljadi hiburan, pula Minho yang terpaku bingung akan info yang baru ia dengar.

Jadi maksudnya, jika dia memiliki darah milik Peter, dia akan selamat, begitu?

Jadi maksudnya, jika dia memiliki darah milik Peter, dia akan selamat, begitu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Changbin mendapat mobil baru dengan sedikit sisa bensin. Tak masalah, tujuan utamanya sekarang adalah terlebih dulu keluar dari tempat ini.

Jeongin dan Hyunjin telah turut di dalamnya, menatap belakang sesekali kalau-kalau masih banyak zombi mengikuti. Bersyukur hanya sebagian kecil, dua atau tiga tembakan sudah bisa membinasakan makhluk-makhluk itu.

"Itu Minho!" Sergah Changbin melihat sang teman yang kalang kabut masuk sebuah ruangan. Membuat si pendek menancap gas mobilnya secara penuh hingga terhenti di depan tempat yang beberapa saat lalu Minho singgahi.

Tin! Tin!

Mereka tak memiliki banyak waktu, membuat Changbin sebatas menyalakan klakson memberi kode alih-alih turun dan menghampiri Minho. Beruntung bahwa lelaki tersebut paham, Minho lekas keluar dengan Peter.

Syukur bocah itu juga masih selamat, pikir Changbin.

"Mana Christ sama Felix?" tuntutnya kala dua rekan telah masuk dan mengambil posisi masing-masing. Menampakkan Peter yang duduk bersama Changbin di bagian depan, selagi Minho berdempet dengan sisa makhluk di kursi belakang.

"Tanya aja ke pecundang itu." Sarkas Peter meninggalkan senyuman.

"Mereka digigit zombi?" Hyunjin berteriak menimpali dari kap belakang.

"Cuma Felix, dan Christ bunuh diri."

"Kenapa nggak lo tolong?"

"Dibilang tanya, Minho."

Changbin paham, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk baku hantam. Kemudian, tak menunggu segala hal lain datang, si pendek segera membawa mereka ke tempat tujuan.

[4] Game Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang