Changbin membuka mata perlahan-lahan setelah sepersekian detik lalu tubuhnyadi tarik sedemikian keras. Memicu degupan hingga bunyi 'blam' menetralkan deru nafas.
Puluhan zombi yang berbondong-bondong mengejarnya terjatuh dari balkon sebab mereka yang tak mampu mengontrol saraf, memberi keuntungan bagi Hyunjin pun teman-teman agar menghampiri Changbin tampak diseret ke dalam salah satu bilik kamar.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu menyadarkannya, mengembalikan nyawa Changbin yang sempat mengambang dalam rasa tegang. Dengan pelan, seorang yang menariknya tadi coba buka pintu, dapati 4 anak Adam dengan peluh di mana-mana.
"Nama saya Brian, sudah sembunyi disini sejak 6 bulan."
Lantas, disanalah keenamnya berakhir, saling duduk melingkar di ruang tamu apartemen milik Brian—atau mungkin apartemen yang lelaki itu ditemukan—membuat si pria dewasa terpaksa mengikhlaskan seluruh persediaan makanan kandas untuk mengganjal perut yang lebih muda.
"Terima kasih." Changbin berucap tulus sembari mengingat kejadian yang sungguh tak ingin lelaki pendek tersebut ulang meskipun dia dihidupkan lagi.
"Bukan masalah."
Butuh sekitar setengah jam guna membahas rencana matang, membagi tugas bersama Brian yang kini turut ambil bagian.
"Kalian beristirahatlah, malam ini kita kerjakan sesuai rencana Changbin. Aku pasti membantu agar sampai di atap, persediaan senjata di apart ini juga lumayan untuk melewati 4 lantai lagi." Brian berpetuah dan dihadiahi anggukan oleh lima orang bersamanya.
"Jeongin?" Hyunjin memberanikan diri guna terlebih dahulu menegur si bungsu. Perasaanya tak enak ketika bocah itu yang kian diam saat Hyunjin tahu bahwa Jeongin merupakan anak yang ceria.
Perlahan, sang lelaki Hwang meletakkan samurainya, mendudukkan diri di samping Jeongin tatkala para teman terlebih dahulu bubar beberapa waktu lalu.
Dia menghela nafas, "Maafin gue. Lo berhak marah karena gue gak becus ngejaga Seungmin."
"Dia mati karena dia goblok, gue gak marah sama lo." Sarkas si muda.
"Tapi bukan kebenaran juga kalau lo marah sama diri sendiri."
Ayolah, Hwang Hyunjin itu lebih dewasa, dia hidup 730 hari lebih lama dari Jeongin. Jelas sang lelaki mengerti bagaimana pola pikir milik bocah di sampingnya, anak yang berada di masa keingintahuan besar, masa kebebasan, saat dimana musti Jeongin sibuk mencari jati dirinya, justru terenggut oleh keadaan yang demi Tuhan tak pernah diterka-terka.
"Jeongin?"
Tanpa menyahut, yang lebih muda menatap sang lawan bicara.
"Kalau lo gak keberatan, meskipun gak bakal bisa menukar Seungmin selamanya, gue bakal jadi abang lo. Bukan ngegantiin Seungmin, tapi berusaha lebih baik dari dia, gue bakal ngelindungin lo, ngejagain lo, dan sebisa mungkin memberi apa pun yang lo mau selama gue mampu."
"Lo gak perlu semerasa bersalah itu sampai nggak mentingin diri sendiri."
"Gue beneran sayang sama lo, sejak pertama kalian gabung dikelompok, gue kayak menemukan adik-adik baru. Tanpa alasan lain, gue pengen jadi abang lo."
Remaja Yang tak menjawab. Sementara Hyunjin memasang senyum sebab menganggap bahwa Jeongin telah setuju. Dia memeluk sepihak tubuh kekar lelaki muda di sebelahnya.
"Sebagai bukti persaudaraan kita, samurai ini buat lo." Lantas menyodorkan pedang panjang berwarna hijau kepada Jeongin, menghadirkan dengus terkejut dari si bocah yang menuntut jawaban. "Ini milik baba, peninggalan keluarga kami. Sebelum makhluk itu sempat ngebantai keluarga gue, gue berhasil lari bareng Yeji sambil bawa satu-satunya benda berharga peninggalan baba. Tapi gue bodoh banget karena gak bisa ngelindungin adek gue itu, dan bikin gue janji pada diri sendiri bahwa gak bakal kehilangan lagi. Tapi gue tetep bodoh karena ngebiarin Seungmin, Christ, bahkan Felix mati tanpa bisa ngelakuin apa-apa."
Jeongin tidak apatis kok, dia tahu bahwa Hyunjin tertelan oleh rasa bersalah sepihak dalam hatinya. Mungkin, mungkin juga kenapa lelaki ini tampak selalu berusaha adalah karena Hyunjin ingin bermanfaat, dia akan melakukan apa pun yang dibisa agar senantiasa mampu menjaga segala kepuanyaanya. Mungkin itu juga mengapa si bibir tebal terlampau protektif terhadap samurai yang tak lebih dari sepotong besi tajam. Karena Hyunjin adalah type yang akan menghargai semua yang dia punya dalam hidupnya.
"Terima kasih." Putus si muda dan berbalik memeluk yang lebih tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Game Of Life
Misteri / Thrillerft. Stray Kids "Masih ada yang hidup selain kita, Min?" • • • "Kenapa lo nggak nolongin Minho, bangsat?!" • • • "Apa pun yang terjadi, jangan noleh kebelakang pokoknya!" "Jeong--" "Lari aja!" • • • Sebab semua tengah sama-sama berputus...