Bagian 11

63 10 1
                                    

"Mereka sensitif sama suara. Jadi perhatiin langkah kalian. Cuma ada beberapa di gerbang depan, mungkin di atas juga sama."

Changbin mengintrupsi, menjaga kelompok agar tetap aman di belakangnya hingga mereka sampai pada rooftop gedung. Kini, kelima pemuda beda usia tersebut telah sampai di depan gerbang tujuan, berusaha agar tetap bertahan hingga atap yang diimpikan.

Lantai satu aman. Hanya perlu beberapa tebasan Hyunjin dengan samurainya yang tak begitu menimbulkan suara ricuh.

"Ssttt." Sampai Changbin beri intrupsi saat mereka menginjak lantai dua. Gugat yang dibelakang agar terlebih dulu diam sampai ia pastikan keadaan cukup aman. "Sini." Melambai jari, teman-teman lain menuruti. Berjinjit-jinjit injak lantai. Mengurangi penggunaan tenaga dan lewati lantai dua dengan tenang tanpa suara.

Semua baik, dengan Changbin selalu pasang diri jadi tameng bak pemimpim. Sampai mereka berada tepat di lantai lima. Tanpa terduga bahwa semakin banyak mahkluk menjijikkan itu berkeliaran disana, memenuhi seluruh lorong hingga tak tersisa ruang.

"Gue bakal jadi pancingan, kalian lari nyelametin diri." Yang paling pendek buka suara.

"Lo gila?!" Hyunjin jelas marah terhadapnya. Ide ngawur Changbin sungguh tak ternalar. "Kita harus hidup sama-sama. Lo ikut kita. Kalau perlu kita bantai satu-satu."

"Kalau ngomong itu pakek otak!" Bukannya senang, yang lebih tua justru marah, "Kalau lo ngandelin otot, tuh makhluk yang dari bawah malah ikut naik semua."

"T-tapi—"

"Gue lincah, bisa nyela. Sekarang tugas lo bawa mereka bertiga buat lari atau cari tempat sembunyi. Cepet, 30 menit gue pastiin udah balik."

Mau tidak mau Hyunjin hanya bisa menyetujui dan menuruti perintah Changbin. Membawa Jeongin, Peter, pun Minho guna menemukan jalan keluar.

Sementara si pendek mulai kalang kabut setelah berteriak kencang hasilkan gema memekakkan. Menarik perhatian segenap zombi yang dengan lekas mengejarnya kesetanan.

Sial, Changbin tidak pernah berpikir dalam hayatnya bahwa mungkin suatu hari dia akan menjadi pancingan zombi dikala dulu kehidupan masa lalu bahkan terlampau melimpah ruah.

Changbin si manja, yang melulu sembunyi dibalik jabatan ayahnya. Namun, jika kini dia bertemu lagi dengan orang-orang yang dulu selalu memandangnya sebelah mata, Changbin dapat dengan bangga berkata bahwa dia bukan lagi sama. Dia telah terlahir sebagai Changbin sang bijaksana, si pelindung bagi teman-temannya.

Sampai dipenghujung kemampuan, lelaki bermaga Seo tersebut sekadar mampu diam, menutup mata siap merasakan terjangan makhluk yang tak main-main jumlahnya. Changbin tidak papa, toh dia mati setelah bertahun-tahun berusaha.

"Aku akan menyusul ayah dan ibu,"

Demikian.

[4] Game Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang