01 🌻 Siapa yang Bersalawat pada Baginda?

1K 142 45
                                    

Sebelum kami kirim permintaan, namun telah Engkau berikan segala apa yang kami inginkan. Dan kepada kami Engkau tunjukkan makna pembendaharaan kebaikan dalam setiap penjuru keluasan.

Matsnawi 1347

.
.

Selamat membaca
dan menyelami lautan cinta 🌻

.
.
.


Halo ... aku tak tahu kenapa kalian bisa menemukan draft ini. Aku menulisnya setelah melakukan perjalanan cukup panjang untuk mencari sebuah jawaban. Dan ketika telah terjawab semua pertanyaan, aku memutuskan untuk menuangkannya di sini. Sejujurnya, ini hanya catatan agar aku tak pernah melupakan, tetapi sepertinya catatan ini tak terlalu aman, karena semua orang bebas mengakses melalui link yang tersebar. Itu saja untuk muqaddimah-nya. Sebelumnya maaf kalau tulisanku berantakan karena aku bukan Naguib Mahfoez.

Dari aku;

Qais Maulana Ats-Tsaqafi.

⭐⭐

Lelehan lilin mulai berjatuhan di atas kertas ketika aku semakin tenggelam pada malam yang panjang. Di atas meja, lilin menyala menerangi gelap kamar dengan sengaja.

Aku menatap api yang mulai melemah, ku bayangkan bahwa dunia yang sekarang mampu menampungku adalah lilin itu, sedangkan masa adalah api yang terang. Entah kapan waktunya, pada akhirnya Tuhan membuktikan rukun iman kelima. Bahwa saat itu dunia telah terkikis dan hancur berantakan oleh kedatangan makhluk-makhluk yang pernah digambarkan.

Aku meletakkan kepala di atas meja, mendekatkan wajah pada satu-satunya sumber cahaya. Telunjuk tangan kananku memainkan lelehan lilin yang terasa panas, lalu bibirku mengembang tipis, tersenyum. Sekarang pukul 01.30. Aku masih memiliki waktu satu jam bercumbu dengan malam, sebelum nanti menyerahkan jiwa pada sepertiga malam. Setiap malam, aku memang tak pernah benar-benar tertidur karena selalu mengingat seseorang yang kutinggalkan.

Ra, sudah berapa lama kita tak saling sapa? Kadang-kadang kita memang harus menciptakan jarak agar rindu ada gunanya. Rasanya entah sudah berapa lama kita pernah sapa selepas sua sewindu yang telah berjalan cukup lama. Al-Fatihah untuk hati kita. Aku tak benar-benar mampu untuk melepaskan semuanya.

Kuangkat kepalaku. Aku berdiri dan mulai berjalan ke arah jendela menatap taburan gemintang di atas sana. Bulan pertengahan Shafar pun terlihat bulat menyala sempurna. Aku menghirup udara malam, lalu melompat ke arah loteng dan mulai duduk di sana.

Demi langit yang terhampar luas tanpa penyangga, demi udara yang dihirup tanpa syarat yang ada dan demi pepohonan yang tumbuh hanya untuk menyembah-Nya, maka, Ra, rindu mana lagi yang lebih mendamaikan selain rindu pada Dzat yang telah menciptakanmu. Menciptakan bibirmu untuk tersenyum kepadaku kala itu.

Kedua mataku mengerjap ketika mendapati sesuatu yang terbang ke arahku. Aku berdiri untuk memastikan. Balon biru berisi helium tampak melayang-layang di awang-awang, aku memperhatikan hingga balon itu mengarah ke sini. Di bagian bawah tali terikat sebuah amplop putih kecil. Sebenarnya, siapa yang menerbangkan balon ini dan untuk siapa surat di dalamnya tertuju? Apakah sang pengirim melakukannya secara acak, barangsiapa menemukan maka seseorang itu bebas membukanya?

Aku melepas ikatan tali itu, lalu mencoba mencari nama atau apa pun di bagian amplop tersebut, tetapi kosong. Aku mencoba memperhatikan ke bawah sana, tentu aku tak dapat melihat apa-apa kecuali halaman rumah tetangga dan jalan setapak depan rumah yang sepi.

Kubuka amplop itu, di dalamnya ada kertas jingga terlipat. Aku menariknya lalu mulai membaca isi di dalamnya.

Aku ingin bertemu kamu dan mereka, tapi kata guruku perbanyaklah salawat. Apakah aku bisa menemukanmu di antara bait-bait allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad? Atau bagaimana maksudnya? Aku tak paham maksud beliau, tapi aku tetap melakukannya.

[8] Majelis RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang