Karena lama tidak up... mohon untuk membaca Chapter sebelumnya. Terimakasih^^
^^
3 jam waktu yang diberikan Zefanya untuknya menjaga kedua buah hatinya serasa 3 tahun bagi Aidan.
Ini jauh lebih melelahkan dari berkeliling Asia, ini bahkan jauh merepotkan daripada mengelilingi Erofa
Aidan frustasi !!
Ia lebih memilih terkurung didalam ruangan dengan 20 tumpukan dokumen atau tersesat dihutan belantaraSetidaknya ia bisa berteriak !!
Setidaknya ia bisa mengumpat !!
Setidaknya ia bisa marah !!
Bahkan menghancurkan segalanya !!Tapi...
Bagaimana ia bisa berteriak, mengumpat bahkan marah. Melihat bagaimana dua pasang bola mata polos milik Alexis dan Clara malah membuat nyalinya ciut seketika. Bukan karena takut, tapi tidak tega...
Bayangkan...
Sefrustasi apa Aidan sekarang !!Ia jadi ingin menangis dan merindukan Zefanya
3 jam apanya... bahkan jika Zefanya memintanya menjaga anaknya hanya dalam waktu 1 jam saja ia bersumpah akan mengerahkan semua orang untuk menggantikannya. Jika anaknya mengeluh, Aidan bahkan tak akan segan-segan memenggal mereka.
"Apa kalian tidak mengantuk ?" Wajah nelangsa Aidan sangat kentara sekarang, tubuhnya ia sandarkan kesofa miliknya dengan pasrah. Bahkan jas miliknya entah berada dimana setelah terkena tumpahan susu Alexis tadi, kemejanya sudah kusut dengan dasi yang bahkan Aidan tak ingat dimana ia meletakannya.
"Bruhhh..." bahkan jawaban Alexis dengan sorotan mata miliknya membuat Aidan ingin sekali merengek.
"Hah... ibu kalian lama sekali !!" Aidan melirik jam tangan miliknya, masih ada satu jam tersisa dan Aidan sudah sangat tersiksa.
30 puluh menit pertama Clara membuat gambar diseluruh kertas yang tertangkap indera penglihatannya, bahkan kertas-kertas tersebut sekarang sudah berhamburan menutupi setengah ruangan kerja Aidan setelah meja kerja miliknya dirasa sang bocah kecil tak cukup menampung kertas gambarnya.
Menit selanjutnya...
Alexis yang menangis tak keras membuat Aidan mau tak mau menenangkannya bahkan membuat ia mencopot jas dan dasinya dan hanya menyisakan kemejanya saja yang entah sudah berbentuk seperti apa karena sang putra memberontakDimenit selanjutnya, mereka berdua bermain dengan spidol warna yang diberikan Baby ketika wanita tersebut berpamitan tadi, dan kalian bisa menebak apa yang terjadi. Kertas berserakan tadi kini penuh warna-warni, bahkan Aidan hampir ingin menangis ketika wajah Alexis pun penuh dengan coretan spidol berwarna yang ditorehkan sang kakak. Balita tersebut hanya memekik senang, tapi ketika Aidan menghampirinya untuk membersihkan wajahnya ia justru mendapatkan satu lemparan botol kosong dari balita gembul tersebut.
Daripada menangis, lebih baik Aidan menyerah saja. Membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan.
Dan setelahnya... Aidan tak perduli lagi apa yang akan terjadi diruangan kerjanya sekarang, bahkan suara benda jatuh dan lain-lain sudah tak Aidan perdulikan. Ia hanya mengawasi saja, jangan sampai anaknya...
Bruk...
Huah....Celaka...
Aidan bergegas bangun tatkala melihat Clara terjatuh dari meja yang ia duduki sejak tadi, bukan meja kerja Aidan melainkan meja yang selalu Aidan gunakan ketika ia berbincang dengan tamu diruangannya. Tidak terlalu tinggi tapi cukup membuat kepala Clara benjol
Gadis kecil tersebut sontak menangis keras karena sakit dan mungkin pening yang dirasakannya, Aidan jadi bingung harus bagaimana terlebih lagi...
"Ssstt... Alexis jangan menangis !!" Pekik Aidan melihat bagaiman balita yang sedang duduk dibawahnya sudah melengkungkan bibirnya dan bersiap dengan tangisan pecahnya
"Sakit... Daddy... huhuhu hiks" Clara masih saja menangis dengan keluhannya membuat Aidan tak tega melihatnya
Aidan bingung harus bagaimana, ia pun menggendong tubuh Alexis ditangan satunya dan akhirnya kedua tangisan anaknya pecah. Clara terisak tangis karena sakit, sedangkan Alexis menangis karena mungkin terkejut mendengar sang kakak menangis
Aidan hanya menatap wajah-wajah putra putrinya pasrah, memindlink Zefanya untuk segera pulang jika tak ingin melihat ia dan putra-putranya terjun dari lantai atas.
Aidan tak tau lagi harus bagaimana, ia hanya duduk dilantai terpaku dengan tangisan kedua anaknya.
Sampai akhirnya... pintu ruangannya terbuka, Aidan bahkan melengkungkan bibirnya melihat Zefanya yang bergegas menggendong Alexis untuk menenangkannya.
William yang memang mendapatkan panggilan tadi juga tampaknya berada dibelakang Zefanya dan menyaksikan segalanya
Menyaksikan sosok Aidan yang terkenal tak bisa dikalahkan, ternyata dikalahkan oleh balita 1 tahun dan bocah 4 tahun
Tawa William serasa ingin pecah, tapi... ia salut kepada Aidan sekarang. Bagaiman pria tersebut jauh lebih bisa mengendalikan semuanya, ia tampak sabar bahkan mengendalikan sisi monsternya hanya agar tak menyakiti atau membuat takut kedua buah hatinya
Ya...
Lihatlah...
Sekejam, sekeras, semenakutkan apapun orangtua akan kalah dengan tangisan putranya"Aku bisa gila..." gerutu Aidan tanpa merubah posisinya.
^^
3jam End...
Tunggu cerita keseharian selanjutnya ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominic Family (Oneshoot)
Manusia SerigalaKisah keseharian Mommy Zefanya & Daddy Aidan. Yang kangen keluarga Dominic mana suaranya ?