"praayyyy,,,!"
"Makanya jadi anak tuh diem!!! Dari tadi gak mau diem. Tuh kan piringnya pecah gara-gara kamu senggol." Ina memukul anaknya yang baru berumur 2,5 tahun. Bocah kecil yang belum tahu apa-apa akhirnya menangis.Aku bergegas keluar dari kamar menuju ke sumber kegaduhan. Aku segera membuang pecahan piring yang berserakan. Ku lihat Andi, keponakanku tengah menangis. Teh Ina, Ibu Andi yang juga adalah kakak iparku meninggalkan anaknya menangis sendiri dengan pecahan piring yang masih berantakan.
"Cup,, cup,, cup,, sayaang." Aku mencoba menghentikan tangisan Andi dengan mencoba menggendongnya. Namun tangisannya semakin menjadi.
Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku paling nyerah kalo berurusan dengan anak-anak."Sudah Ra! Biarkan anak itu nangis sendirian! Jadi anak susah diatur!" Tiba-tiba teh Ina datang lalu mengambil alih Andi dari gendonganku.
"Namanya juga anak kecil teh. Belum ngerti apa-apa. Lagian itu piring juga bukan sengaja dia lempar kan?" Ucapku menggerutu sambil berjalan kembali ke kamarku.