Aku memang bukan kakak kandungnya karna memang nyatanya aku bukanlah anak dari kedua orang tuaku. Aku hanya anak yang dibawa sebagai pancingan agar mereka bisa memiliki anak. benar saja, setelah dua tahun mengadopsiku mereka memiliki bayi laki-laki yang tampan dengan lesung pipi yang membuatnya terlihat menggemaskan saat tersenyum. Aku senang memiliki adik yang tampan dan lucu sepertinya, Aku juga senang karena ayah dan ibu tidak mengembalikanku ke panti asuhan.
Aku senang adikku menyayangiku, tapi itu dulu sebelum aku membuat ibu celaka dan meninggal karna menyelamatkanku. Aku memang bodoh karena menyebrang tidak hati-hati sampai tidak menyadari kalau ada mobil yang sedang melaju kencang, dan saat itu tiba-tiba datang menyelamatkank.
Saat itu kami berdua tertabrak bersama, hanya saja aku tidak tau lagi apa yang terjadi karna saat aku bangun ibu sudah tiada dan aku bangun setelah 6 bulan dari kecelakaan maut itu. sejak saat itulah adikku berubah. tidak ada lagi kasih sayang untukku, tidak ada lagi senyum manis yang selalu ia tunjukan padaku, dan tidak ada lagi rengekan manjanya padaku.
Dia membenciku, sangat membenciku. Aku sadar aku salah, tapi aku juga hanya ingin merasakan kasih sayang seperti dulu. apa aku salah? setelah kejadian itu bukan hanya adikku yang berubah, tapi ayah juga berubah. meski tidak terlalu membenciku seperti adikku namjoon. Ayah, namjoon, Seandainya kalian tau kalau aku tidak akan lama lagi hidup bersama kalian,
Apa kalian akan tetap bersikap seperti ini padaku?Seandainya kalian tahu, Setelah enam bulan aku bangun dari koma, aku juga hanya punya waktu 6 bulan untuk hidup. terdengar lucu kan? tapi itu lah kenyataannya, aku bangun hanya untuk menunggu mati.
Helaan napas panjang terdengar berat setelah ia selesai menulis tentang perasaannya. kim seokjin, dialah orang yang baru saja menghela napas tersebut. Pagi hari, seperti biasa keluarga kim sedang menikmati sarapan sebelum melakukan aktifitas. Seokjin dengan buru-buru meletakan buku diarynya ke dalam laci, lalu pergi ke meja makan untuk sarapan.
"Selamat pagi" sapanya yang kemudian duduk di samping namjoon.
Hening, tak ada yang merespon sapaanya dan itu sudah terbiasa. seokjin hanya diam, lalu mengambil nasi tanpa banyak bicara, namun pertanyaan manja sang adik mengalihkan atensinya dengan melirik.
"Ayah, kau akan mengantarkanku lagi hari ini?" Namjoon menatap ayahnya yang sedang makan.
Wonjie tersenyum dan menjawab dengan deheman karena mulutnya sedang mengunyah.
"Kau memang terbaik, ayah." puji namjoon.
"Apapun untuk anak ayah" sahut wonjie setelah menelan makanannya.
Seokjin? dia hanya diam dan berharap sang ayah akan memberinya tumpangan
Atau mengajaknya ikut bersamanya, namun harapan hanya tinggal harapan karena wonjie tidak mengatakan apapun padanya. Ia hanya tersenyum getir seraya mengunyah makanan di mulut dengan air mata tertahan.Setelah sarapan seperti biasa, seokjin akan membereskan dan mencuci piring terlebih dahulu dan berangkat sekolah setelah itu. Ia yang sudah mencuci piring dan di tinggal oleh ayah dan adiknya memutuskan untuk berlari menuju halte bus. karna terburu-buru, seokjin sampai tidak menyadari kalau dirinya baru saja melewati mobil ayah nya yang berhenti karna macet.
Tidak seperti seokjin yang tidak melihat sang ayah, wonjie justru melihat seokjin yang berlari dengan nafas tersengal dan berhenti di halte. Ia bisa melihat bagaimana seokjin menyandar pada tiang dengan nafas memburu karna lelah. Karna tidak tega, ia pun menghampirinya.
"Masuk lah!" Titahnya tanpa basa-basi membuat seokjin reflek melihatnya.
"Tapi.. "
"Kau bisa telat kalau naek bus" sela wonjie dengan suara dingin dan ekspresi datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Jin Hyung ✅
FanfictionSaat terlambat menyadari kesalahan, maka hanya maaf yang akan terucap dalam tangis.