Dead End

466 48 44
                                    

"Senpai"

"Diluc senpai!"

 Suara itu menggema di lorong kampus.

Diluc membereskan buku bukunya, dan segera menghampiri ke sumber suara. 

"Apa?" Diluc bertanya pada sang pemilik suara tersebut, Jean. 

"Ayo pulang" - Jean

Diluc mengangguk mengiyakan. 

Mereka berjalan menyusuri lorong dengan keheningan, hingga sampai pada gerbang depan. 

Jean menadahkan tangannya ke depan, dan setitik air jatuh menggenang di telapak tangannya. "Ah, hujan"

Diluc terdiam.

"Kamu bawa payung?" tanya Jean

"Tidak" jawab Diluc datar.

Langit di atas mulai gelap, dan rintikan hujan kian menggila disertai angin dan petir yang terus menyambar.

Jean menggenggam tangan Diluc, kemudian menariknya "Ayo ke kelas saja." 

Diluc hanya mengagguk, ia mengikuti kemana Jean berjalan. 

Sampai di kelas, mereka duduk di sana. Dengan keheningan dan suara hujan yang menemani.

Diluc memandang jendela yang basah. Sedikit bernostalgia, ia teringat dahulu ketika ia mulai membenci Kaeya. 

"DILUC!" Suara yang tak asing di telinga, baju dan rambut yang basah, membuyarkan lamunan Diluc.

"Kaeya? Ada apa?" tanya Jean panik, melihat raut wajah Kaeya yang terlihat ketakutan.

Diluc menghampiri Kaeya dan melemparkan jaketnya. "Pakai itu dulu." 

Kaeya tersenyum kecil, kemudian memakai jaket yang dilemparkan Diluc padanya. 

"Ada apa?" tanya Diluc

Kaeya merogoh sakunya, kemudian mengeluarkan sebuah kaleng, dimana isinya adalah sebuah kertas. Sebuah surat.

"Apa itu?" tanya Jean yang ikut memerhatikan.

Kaeya memandang Diluc dengan serius. 

Diluc segera membaca isi surat tersebut. Ia terkejut dengan apa yang tertulis dalam secarik kertas itu.

(30.00.00)

"Jam?" Jean yang melihat tulisan di surat tersebut bertanya kebingungan.

Diluc membalik lembar surat tersebut dan menemukan sebuah peta. 

Kemudian, secara tiba-tiba seseorang memanggil Kaeya.

"Kaeya" Suara khas itu muncul dari ambang pintu. Di sana berdiri Albedo, memasang raut muka yang serius.

"Albedo? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Kaeya.

"Kau menemukan surat itu?" tanya Albedo sembari memasuki kelas. "Surat itu, aku punya satu lembar lagi" Albedo meletakkan selembar kertas lagi di atas meja, surat itu berisi tulisan, namun tinta nya luntur terkena hujan, dan sekarang susah untuk dibaca.

Jean terdiam melihat dua lembar surat yang mencurigakan tersebut.

"Apa.. apaan ini?" tanya Jean

"Sesuai yang ada di peta dan surat ini. Kita diberi waktu 30 jam untuk segera menyelamatkan seseorang yang disekap di gedung yang ditunjuk peta ini." jelas Albedo, sembari menunjuk peta.

"Meski tinta nya luntur, aku sudah meneliti isi dari surat ini. Disini dijelaskan, ada seseorang yang sedang disekap. Aku tidak yakin, bisa jadi yang menyekapnya adalah Treasure Horder, atau lebih parahnya.. Fatui. Dan seseorang yang disekap ini seperti bom waktu, jika kalian datang terlambat untuk menyelamatkannya, maka ia akan dibunuh dan dijadikan wadah untuk bangkitnya Decarabian. Ah, masih ada surat terakhir, di surat terakhir itu kau akan tau siapa yang disekap di sana" jelas Albedo. 

Genshin School Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang