5. Perlahan Namun Pasti

910 203 86
                                    


Pagi-pagi Changbin sudah galau. Bibirnya maju sekian centi dengan sok imut, keningnya juga mengkerut tanda dia sedang tidak mood. Semalam acara teleponnya gagal karena Felix tak kunjung menjawab panggilannya, padahal kan dia sudah ngebet ingin dipanggil "Mas Abin" oleh si manis kesayangannya.

Changbin juga merasa sebal dikarenakan pagi ini tidak bisa berangkat bersama Felix karena Minho bilang Felix berangkat bersamanya. Gagal deh menjemput calon pacar di hari pertama. Lalu seperti sebuah keajaiban, tiba-tiba ekspresi Changbin berubah sangat cerah mengalahkan terangnya lampu taman kota. Alasannya? Tentu saja karena matanya menangkap sosok malaikat tanpa sayap mendekat ke arahnya.

"Mas Abin," panggil Felix sambil berlari kecil ke arah bangku taman kampus yang sedang Changbin duduki.

"Pagi Felix! Jangan lari-lari nanti kamu jatuh," ucap Changbin dengan nada yang sangat lembut. Halah.

"Mas Abin, aku mau minta maaf."

Felix duduk di samping Changbin dengan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin. Changbin rasanya jadi tidak fokus, habisnya Felix terlihat sangat manis dengan ekspresi merasa bersalahnya. Dia tidak marah pada Felix kok, sama sekali tidak. Dia kan hanya kecewa karena tidak bisa mengobrol asik dengan gebetannya.

"Kenapa minta maaf?"

"Aku lupa kalau aku belum isi kuota, jadi aku nggak tau kalau semalem mas Abin nelpon aku berkali-kali. Liat ini notifnya baru masuk tadi pagi setelah dikasih hotspot sama mas Ino," ucap Felix sembari menunjukkan layar ponselnya.

Changbin tersenyum gemas. Felix lucu sekali, padahal Changbin tidak minta penjelasan tapi pemuda manis itu dengan inisiatifnya menjelaskan. Changbin kan jadi merasa kalau dia diperhatikan, itu berarti dirinya memiliki kesempatan untuk mendapatkan hati Felix kan?

"Nggak apa-apa kok, kamu nggak perlu minta maaf. Aku cuma khawatir kamu nggak bisa tidur karena ketakutan."

Duh, Changbin manis sekali. Untung disana tidak ada Chan ataupun Minho, kalau dua sahabatnya itu mendengar ucapannya barusan, sudah dipastikan mereka akan mencibir geli. Changbin kan galak, mana cocok bicara manis begitu.

"Aku baik-baik aja, tapi semaleman nahan pipis karena nggak berani keluar dari selimut," jawab Felix yang kemudian meringis lucu hingga matanya menyipit.

"Jangan gemes-gemes, nanti hantunya suka sama kamu," ucap Changbin sembari meremat ujung kemejanya karena menahan gemas melihat gebetannya.

"Mas Abin jangan nakut-nakutin gitu ah!"

Changbin tertawa kemudian tangannya terangkat untuk merapikan rambut Felix yang masih berantakan. Hanya sebentar karena dia tidak ingin membuat orang lain salah paham dan Felix jadi tidak nyaman.

"Bercanda, ngomong-ngomong pulangnya nanti sama aku kan?"

"Nggak ngerepotin?"

"Kok nanya gitu lagi? Kan kemarin aku yang nawarin buat antar jemput kamu, jadi ya jelas nggak ngerepotin. Mau mampir juga sih kalau boleh."

Changbin tersenyum tipis agar kelihatan ganteng dan berwibawa, padahal dalam hatinya tertawa bahagia. Modusnya kali ini sangat mulus, jadi Felix tidak akan curiga kalau dia punya rasa. Semoga saja nanti dirinya bertemu orangtua Felix juga, kan lumayan kenalan dengan calon mertua. Hehe.

"Boleh kok mas, tapi mas Ino pulang agak sore katanya."

"Nggak butuh ketemu Minho!" Teriak Changbin dalam hati. Changbin lebih suka kalau Minho tidak ada di rumah, jadi kan dia bisa mengobrol bebas dengan Felix tanpa gangguan sahabatnya yang merangkap sebagai iblis itu.

I'm Into You [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang