2. Semua Butuh Proses

1.3K 281 173
                                    


"Sengaja nguping?" Tanya Changbin menantang sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Nggak tuh, cuma lagi nongkrong."

"Situ monyet nongkrongnya di pohon?" Ucap Changbin lagi masih dengan nada sombong membuat Felix menarik kemejanya pelan agar Changbin tidak menanggapi lagi.

Orang yang duduk di atas pohon tadi terkekeh pelan kemudian dalam satu kali lompatan kakinya sudah menapak di atas tanah dengan sangat mulus. Seorang pemuda seumuran mereka dengan dandanan ala mahasiswa pada umumnya. Wajahnya lumayan manis tapi kelihatan cuek dan judes. Nah, Changbin tidak suka yang seperti itu.

"Santai dong, aku beneran cuma nongkrong disana dan nggak ada niat buat ganggu kalian. Lagian aku udah nggak suka sama kamu, cewek jauh lebih menggoda," ucap orang itu yang kemudian melenggang pergi begitu saja karena tidak ingin semakin membuat suasana jadi runyam.

Changbin yang tadinya sudah bersiap menolak dengan sok keren hanya bisa melongo. Rasanya seperti dia yang dicampakkan kalau begini. Apa ini yang dinamakan karma karena sering menolak orang?

"Mas? Mas Changbin?"

Changbin tersadar dari lamunannya ketika Felix menggoyangkan bahunya. Pemuda ganteng itu menoleh kemudian berkedip bingung dengan tatapan bodohnya yang terlihat sangat tidak keren. Changbin sepertinya suka sekali ya mempermalukan diri di depan gebetan. Eh? Gebetan?

Tunggu. Changbin menatap Felix di sampingnya yang masih memegang daun kering kemudian pemuda ganteng itu tiba-tiba menangis dalam hati ketika dirinya sadar kalau kejadian kecup-kecup manja dan adegan jadian mereka itu hanya ada di dalam imanjinasinya. Hah? Imajinasi? Iya. Bahasa gampangnya Changbin baru saja melamun. Gagal sudah Changbin sayang-sayangan dengan Felix.

"Mas Changbin ngelamun lagi."

Changbin tersenyum sok ganteng kemudian pemuda itu berdehem pelan untuk menghilangkan rasa kecewa dalam hatinya karena Felix belum jadi pacarnya.

"Pulang yuk Lix."

Felix mengangguk dan setelahnya mereka masuk ke dalam mobil untuk pergi meninggalkan kampus sebelum Changbin berimajinasi yang iya-iya lagi.







Changbin sedang santai di dalam kamar kosnya dengan tangan yang sibuk bermain playstation. Layar televisi di hadapannya menampilkan lapangan hijau dengan orang-orang yang berlarian berebut bola. Wajah Changbin makin serius dan tangannya semakin gencar memainkan joysticknya sampai teriakan hebohnya terdengar ke seluruh penjuru kos.

"GOOLLLL!"

Changbin berjoget senang menggoyangkan pantat. Tangannya terangkat menampilkan ketiaknya yang belum dicukur karena hanya mengenakan kaos tanpa lengan. Di sisi lain seorang teman Changbin melempar joystick yang dipegangnya kemudian mendengus kesal karena dirinya kalah.

"Sial ah, tumben sih kamu jago main."

"Nggak usah kamu-kamuan ya, geli!" Ucap Changbin sambil melotot sok galak ke arah Chan, temannya.

"Ini di Jawa, aku nggak biasa pake bahasa gue-lo kayak yang biasa kamu pake. Kalau nggak suka balik aja sana ke neraka," ucap Chan dengan santai sambil menghabiskan cemilan milik Changbin yang ada di hadapannya.

"Dipikir gue setan apa."

"Mirip."

Hidung Changbin sudah kembang kempis ingin mengajak Chan bergulat di tengah ring, tapi tidak jadi ketika suara chat masuk mengalihkan perhatiannya, apalagi dengan nada notifikasi yang dikhususkan untuk Felix. Langsung tancap gas lah.

Dek Felix
Online

|Mas Changbin

Dalem dek?|

I'm Into You [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang