Dengan segenap Hati

31 18 1
                                    

Note : Play this vidio to get best experience

Semua terjadi begitu cepat, jika Mayang tak lebih dulu memeluk Anna, mungkin anaknya akan mati terkena tembakan dari Raditya sang iblis. Anna menjerit memanggil nama Mayang berkali kali. Ia sudah kehilangan Ayahnya di depan matanya. Kini Ibundanya tercinta mati di dalam pelukannya. Hati Anna begitu terpukul kehilangan orang yang paling ia cintai di dunia. Galih dan Mayang terlelap dengan damai tanpa merasa kesakitan lagi.

"Benar-benar dramatis." Rendy bertepuk tangan gembira. Begitu pula dengan Raditya yang tertawa penuh kemenangan.

"Saya sangat tersentuh melihat keluargamu yang harmonis, Anna.. Apakah kau ingin menyusul mereka?" Ucap Raditya dengan santai. Pria itu kembali mengangkat pistolnya dan mengarahkannya pada Anna.

"BAJINGAN!!! ISTRI DAN ANAKMU AKAN MENANGIS DI ATAS SANA MELIHAT TINGKAHMU YANG MENYEDIHKAN RADITYA!!!"

"TUTUP MULUTMU, JALANG!!" Rendy Menjambak rambut Anna dengan kasar.

"Ada kata-kata terakhir Anna?" Raditya berucap dengan tersenyum bangga.

"KELUARGAMU AKAN KEKAL DI NERAKA RADITYA SETYO NUGROHO!!!!"











DUAAAARRRR!!!!!
















Anna menutup matanya. Merapalkan doa untuk tuhan, berharap kematiannya tidak terasa begitu menyakitkan. Rasanya sunyi senyap. Apakah dia sudah di alam baka sekarang? Tapi ia masih bisa merasa degupan jantungnya yang berpacu. Helaian nafasnya yang tersengal masih dapat ia rasakan. Ia mencoba membuka matanya.

Seorang pria jatuh tersungkur di hadapannya.

"Raditya Setyo Nugroho. Anda kami tahan atas kasus pembunuhan berencana dan juga pembunuhan berantai. Mari ikut saya ke kantor polisi."

Para polisi itu menggiring Raditya dengan betis yang mengucurkan banyak darah. Ternyata suara letupan pistol itu berasal dari para polisi yang mencoba menghentikan aksi Raditya.

"Anna, sayang!!" Seseorang berlari memeluk Anna. Gadis itu bergetar dan melihat wajah sang penyelamatnya. Iffanka. Ini adalah waktu yang lama setelah ia memutuskan silaturahmi dengan keluarga Prananta.

"Tante.. Tolong selamatkan Bunda dan Ayah.." Wajah Anna memelas. Iffanka merasa prihatin dengan kondisi gadis itu. Ia memilih bungkam agar tak semakin melukai hatinya. Karna, memang taka da harapan bahwa Mayang dan Galih akan tertolong.

Petugas medis bergegas mengangkat tubuh Mayang dan Galih ke atas tandu. Salah satu petugas medis memeriksa denyut nadi Mayang dan Galih.
"Denyut nadinya tak di temukan."

"Apa kau bilang?" Ucap Anna, membuat semua orang berbalik menatapnya.

"CEPAT TEMUKAN DENYUT NADINYA!!! LIHATLAH WAJAH BUNDA KU YANG MASIH CANTIK! BAHKAN TUBUHNYA PUN MASIH HANGAT!!! DIA MASIH HIDUP!" Jerit Anna kalap. Iffanka menyeka airmatanya yang lagi-lagi jatuh melintasi pipinya. Anna memiliki cobaan yang sangat berat.

Gadis itu berdiri walau tertatih-tatih. Menghampiri salah satu petugas kepolisian.
"KENAPA KALIAN BARU DATANG SEKARANG?!! JIKA KALIAN DATANG LEBIH AWAL DAN MENANGKAP PRIA BAJINGAN INI, AYAH SAYA TAK AKAN MATII!!—"

Anna menggeleng. "Tidak. Mereka belum Mati. Ayah dan Bunda tak boleh Mati. KALIAN HARUS MEMBUAT MEREKA TETAP HIDUP!!" Gadisi itu mengguncang tubuh petugas kepolisian itu dengan menangis tersedu sedu.

"MENGAPA KALIAN SEMUA TERLAMBAT DATANG!! SEKARANG AKU TAK MEMILIKI KELUARGA GARA-GARA KALIAN!!"

Iffanka tak kuat lagi, wanita itu menagis dalam dekapan Albarak. Pria itu juga terpukul atas peristiwa yang menewaskan kawan lama nya. Albarak mengelus puncak kepala Iffanka, berusaha membuat istrinya tegar walau ia sendiri terluka.

DELUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang