Halusinasi

33 13 0
                                    

Pagi ini adalah akhir pekan dan cocok untuk berlibur. Seorang lelaki baru saja keluar dari walk in closet sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Ia segera berpakaian dan turun ke lantai dasar untuk sarapan. Saat di ambang tangga, ia melihat sosok yang ia rindukan selama tiga tahun terakhir. Sosok yang tak pernah lelah menyiapkannya sarapan pagi.

Lelaki itu berjinjit perlahan kearah seorang wanita yang tegah asik memasak. Dia pun merengkuh tubuh itu dari belakang dengan senyum yang merekah.
"Good Morning, Bunda ku tercintaaaa... Selama tiga tahun aku kangen meluk bunda." Lelaki itu mengerucutkan bibirnya, seperti seorang anak kecil yang merajuk ketika tak di belikan balon.

"Dave, kamu ngapain??"

Seseorang dengan suara yang sangat familiar membuatnya berbalik ke arah berlawanan. Ternyata Iffanka baru saja pulang dari swalayan membeli beberapa sayuran dan buah-buahan di kantong belanjaan yang ia genggam. Dave mengernyit. Lalu, siapa yang ia peluk saat ini?

Lelaki itu menengok, dan betapa terkejutnya ia melihat wajah Anna yang memerah dengan jarak yang sangat dekat. Pipi Dave seketika memanas. Dengan cepat mereka menjauhkan diri masing-masing.

"Lu ngapain sih disini pagi-pagi!?" Ujar Dave Kesal, tak menatap Anna.

"Gue emang sekarang tinggal disini!! Lah, elu ngapain meluk-meluk gua?!" Sama seperti Dave, Anna pun enggan menatap lelaki itu.

"Siapa suruh lu make baju Bunda??! Ya, mana gue tau!"

Mendadak suasana jadi canggung. Iffanka yang menyadari hal itu, langsung berdeham untuk mencairkan suasana.

"Yaudah Dave.. Kamu duduk aja sana. Bunda masakin untuk kalian dan yang lain. Anna, kamu juga bisa istirahat, nanti kalau makanannya udah jadi, Bunda panggil."

Anna menggeleng dan tersenyum pada Iffanka.
"Engga, Tante.. Biar Anna aja yang masak. Selama ini, Tante Ifa pasti capek ngurusin kami." Anna menggiring lembut Iffanka untuk duduk dan bersantai di sofa.

"Lagian, kalau aku banyak gerak dan rajin olahraga, itu akan mempermudah persalinanku nanti" Ujar Anna sambil tersenyum kemudian kembali memasak sup macaroni yang ia buat.

Tak ada yang bersuara setelah itu. Ruangan mendadak menjadi hening kembali. Semua sibuk dengan fikirannya masing-masing. Sampai beberapa menit terlewati, masakan Anna sudah disiapkan dimeja dan siap untuk disantap.

Kini, semua berkumpul mengelilingi meja makan termasuk Davin dan Dellia, terkecuali Albarak yang sedang mengadakan pertemuan di luar kota. Sejak kemarin, bahkan Albarak hanya bisa bertemu dengan Dave selama beberapa jam saja di Bandara, setelah itu ia kembali menghadiri pertemuan mendesak itu.

Dellia yang berumur 5 tahun hampir saja menjatuhkan gelasnya jika Anna tidak segera menangkapnya.

"Maaf, Tante Anna." Ucap Dellia yang masih kecil, ketika melihat lengan baju Anna basah karna tumpahan air di gelasnya yang hampir pecah tadi.

"Gak apa-apa, Delia. Kamu tau, kamu sangat cantik..! Tante berharap bayi tante akan lahir dengan wajah seperti Delia yang cantik."

"Tapi, kalau bayi nya laki-laki?" Davin ikut bicara.

Anna tersenyum manis sambil mengelus kepala Davin. "Kalau bayi tante yang lahir laki-laki, tentu saja tante akan selalu berdo'a semoga anak tante gantengnya seperti Davin"

Pria kecil itu tersenyum malu. Dave tersenyum samar melihat Anna yang berlaku lemah lembut dengan sosok ke ibuan.

"Tante Anna pernah bilang kalau tante akan segera melahirkan, kan?" Tanya Davin memastikan.

Anna mengangguk mantap dengan senyum yang tercetak di wajahnya. Gadis itu terlihat sangat bahagia.

"Tapi... Kenapa perut tante—"

DELUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang