Dua hari berlalu sejak aku terkapar dan melewatkan jadwal bimbingan proposal skripsi dengan dosenku. Bagus. Semoga saja dua belas hari lagi dosenku masih mau menerima draft proposal ku, dan tak menatapku dengan sinis.
Sayup terdengar suara Azan ketika kekasihku pamit dan beranjak pulang. Aku sudah lebih nyambung diajak bicara, meski sempat tak sadarkan diri.
tak sadarkan diri?
Bukan, lebih tepatnya jatuh dalam tidur panjang. Dengan mimpi yang tak bertepi. Mimpi tentang seorang gadis pelacur yang percaya cinta akan membawanya pergi. Memiliki kehidupan baru, terlepas dari kehidupan lama yang bergumul nafsu.
Kemarin, sepertinya kekasihku sedikit menghindariku. Pasti ada yang salah, atau aku menggumamkan sesuatu yang salah ketika tertidur?
Aku mencoba mencari jawaban ketika Sam menjemputku di kosan. Ia hanya menyerahkan helm yang biasa kupakai, tanpa memakainnya seperti biasa. Saat diperjalanan pun, Sam hanya diam dan tidak berusaha membuka percakapan denganku, tak seperti biasanya. Pun ketika akhirnya kami sampai di parkiran fakultas peternakan. Sam tidak menjawabnya, hanya mengedikkan bahu dan mengacak rambutku, lantas berlalu. Tak berbicara apapun.
Kalau ia terburu-buru menemui dosen pembimbingnya, mengapa tak ia katakan padaku?
Aku hanya terdiam dan menuju perpustakaan kampus, tempat aku dan Sam biasanya duduk dan membahas apa saja.
***
Kamar Sara, 22.34
Sam aneh! Setelah kemarin seharian tanpa satu kata pun, hari ini bahkan tak ada kabarnya sama sekali.
Chat ku cuma dibaca, dan sejak tiga jam lalu ceklis satu. Panggilan telepon dariku selalu ditolak, bahkan sekarang nomornya tak bisa kuhubungi. Kemana dia?
Benar-benar diluar kebiasaan Sam.
Masih dengan tanda tanya besar dikepalaku saat aku mendengar suara keras. Pintu kamarku diketuk. Bukan, lebih tepatnya dipukul paksa.
Duh! Siapa pula yang datang ke kosanku semalam ini buat cari masalah?
Begitu kubuka pintu, ia segera masuk dan membingkai wajahku dengan tangannya, lalu memelukku erat. Aku bisa menghirup aroma parfumnya, yang telah bercampur dengan keringatnya. Aku bisa merasakan gelisah dalam setiap desah kasar nafasnya. Nafas itu mulai tenang saat aku membalas pelukannya dan mengelus punggungnya.
"Sara! Cepat tutup pintunya!" Pinta Sam. Dan aku menurut saja. Pelukan tadi hanya beberapa detik sebelum Sam memintaku menutup dan mengunci pintu.
Sam duduk di kursi malasku, sementara aku membuatkannya secangkir kopi. Tambahan sedikit kayu manis akan membuatnya rileks, kurasa. Sam menerima kopi itu, dan menyesapnya pelan. Seulas senyum lalu melengkung dibibirnya.
Kekasihku mulai merasa tenang.
"Ada apa sih mas? Bener-bener diluar kebiasaan kamu datang malam-malam dan pintu harus dikunci."
"Maaf sayang, mas panik. Bayang-bayang perempuan itu mengejar mas dan rasanya nyata!"
"Perempuan? Siapa mas?" Aku bertanya hati-hati. Siapa? Dan kenapa mengejar kekasihku? Apakah Sam melakukan hal yang tidak-tidak..
"Ysabel. Namanya Ysabel!"
Aku terkesiap. Sam masih memimpikannya! Dan aku tak tau berapa kali sudah Sam menceritakan mimpinya tentang Ysabel -tentang aku dimasa lalu- dan semuanya berkelindanan dengan mimpiku.
Agaknya, aku harus menceritakan mimpiku juga pada Sam. Tetapi, aku akan mendengarkan mimpinya terlebih dahulu.
Sebab ternyata, ada beberapa sudut cerita yang tak kupahami, bahkan tak bisa kuingat.
***
"Ysabel itu licik, Sara. Ia menjebak lelaki dalam mimpiku untuk menikahinya. Merayu dalam sendu matanya, juga mempengaruhi lelaki dalam mimpiku dengan desah dan nafsunya"
Kalimat awal Sam mengenai Ysabel, sungguh membuatku luka. Bukankah Sam si lelaki yang menjadi kekasih Ysabel? Lalu, mengapa sudut pandangnya menjadi lain? Bukankah Juan mencintai Ysabel?
"Cinta? Ku kira gila ketika Juan bilang ia juga mencintai Ysabel. Aku bisa melihat dengan jelas kalau itu tak pantas, Sara." Jelas Sam lagi.
Dibalik getaran suaranya, aku meyakini satu hal. Sam tidak menceritakan sudut pandang Juan.
"Lalu, mas. Kenapa Ysabel menghantui mas? Bukannya dia cuma wanita dalam mimpi, mas?" Tanyaku, berusaha menyelidiki.
"Karena, aku menyuruh Esmé membunuhnya. Kau tau, sayang. Terlalu pelik bagiku mimpi ini. Juan seharusnya bersama Esmé, bukan Ysabel."
Aku terdiam. Kepalaku tiba-tiba serasa dihunjam paku dari segala sisi. Potongan mimpi-ku berkelebat dan aku menemukan fakta bahwa pembunuh Ysabel (aku) adalah gadis bernama Esmé. Dan Sam, bukanlah Juan. Dia justru adalah lelaki yang tak menyukaiku di beberapa kehidupan lalu.
Ah! Mengapa aku harus bertemu dan menjadi kekasihnya saat ini?
Kupikir, takdir kami di kehidupan kali ini akan berkaitan lagi. Semakin rumit. Sekusut benang yang tak mungkin diuraikan lagi.
Kudengar Sam menguap, pertanda ia mengantuk. Kopi benar-benar tak mempan membuatnya terjaga.
Dalam satu helaan nafas, Sam akhirnya tertidur. Bersandar di kursi malasku. Ia lebih tenang dari sebelumnya.
Satu helai selimut untuk Sam, satu kecupan dipipinya, dan aku merebahkan kepalaku dipangkuannya. Sambil mencoba memejamkan mata.
Sam, aku mencintaimu. Kuharap di kehidupan kali ini, kita akan terus saling mencintai
***
KAMU SEDANG MEMBACA
sam | sara
General FictionAku bosan. Entah sudah berapa kali aku hidup-mati-hidup-mati dan sekarang hidup lagi. Selalu saja mati dalam keadaan berdosa. Lahir lagi, dan mati berdosa, sekali lagi. Aku ingin terlepas dari lingkaran hidup dan mati, mencapai moksa. Dan aku bertek...