Aku masih terlelap dalam mimpi, saat dering handphone ku terdengar nyaring. Ogah-ogahan, ku raih benda berisik itu. Ternyata Sam nelpon.
".. Sara.. "
Oh plis! Jangan lagi. Ini kali kedua minggu ini Sam memanggil ku "Sara", seharusnya kan sayang.
"..Sara!"
"Apa sih mas, pagi-pagi loh nyari ribut. Ngapain manggil Sara? Sara ga ada. Ada nya sayang"
" oke, sayang. Denger. Aku mimpiin hal itu lagi "
Lagi? Astaga. Berarti sudah ke enam...
" sayang kamu dengerin aku kan? Ini aneh lho. Mimpi itu berulang sama persis, kayak pertanda... "
" pertanda, pertanda apa sih mas. Itu cuma mimpi, bunga tidur."
Aku masih coba menenangkan Sam. Ini jam 3 pagi. Dan semestinya kami belum bangun. Sam masih panik, mencoba meyakinkanku kalau itu pertanda.
Ah, entahlah.
Di sisa malam, aku mencoba menenangkan Sam. Dengan mata separuh menyala, aku mulai menyanyikan lagu kesukaan Sam. Suaraku terdengar serak, tapi Sam menyukainya. Perlahan, ku dengar dengkuran pacarku di ujung sana.
Setelah aku merasa Sam terlelap, telepon ku matikan.
Aku mencoba untuk tidur lagi, tapi pikiran tentang mimpi Sam berkerumun dalam benakku. Lebih tepatnya, itu adalah mimpiku juga. Aku tak berani menceritakan pada Sam kalo aku juga mimpiin hal yang sama. Mimpi tentang kehidupanku di masa lalu.
Sepotong-sepotong, aku berusaha mengingatnya.
*
Havana, 1777
Sepasang kekasih berencana untuk kabur. Pergi ke daerah lain. Tempat lain. Port Royal, sepertinya buruk. Barbados terdengar bagus. Mereka berencana membuat identitas baru.
Ysabel dan Juan.
Ya, Aku lah Ysabel. Dan Juan adalah kekasihku saat itu. Kami berdua berencana kabur saja. Kau taulah, seorang keturunan prajurit seperti Juan gak akan boleh bersanding dengan wanita rumah bordil sepertiku.
Kata orang, memalukan.
Padahal kami saling cinta.Kemudian semuanya menjadi samar. Yang ku ingat terakhir kali, aku berada di bibir tebing. Menatap laut dari ketinggian, hanya diterangkan cahaya bulan. Lalu, seorang wanita berbisik...
"pergilah ke neraka, jalang!"
Lalu angin berusaha menangkap tubuhku, dibawah sana banyak karang besar. Mencuat tajam. Siap menerima raga yang sebentar lagi kutinggalkan.
Aku terbangun. Tersentak. Badan rasanya sakit semua. Ku ambil segelas air untuk menenangkan diri.
Mungkinkah jawabannya ada pada potongan mimpi yang hilang?
Tapi, apa? Bagaimana aku bisa mengingatnya?
*****
Thanks for reading my story~
Jangan lupa vote. ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
sam | sara
General FictionAku bosan. Entah sudah berapa kali aku hidup-mati-hidup-mati dan sekarang hidup lagi. Selalu saja mati dalam keadaan berdosa. Lahir lagi, dan mati berdosa, sekali lagi. Aku ingin terlepas dari lingkaran hidup dan mati, mencapai moksa. Dan aku bertek...