Sam - Mimpi dan masa lalu (2)

24 0 0
                                    

Sudah beberapa jam sejak Sara tak sadar. Mbak Desi bilang, Sara cuma butuh istirahat. Seperti tertidur, tapi tidurnya pasti tak nyenyak. Sesekali, kekasihku ini gelisah dalam tidurnya. Aku sudah membuatkan sup untuk Sara, jadi saat bangun nanti dia bisa langsung makan.

Pak Jo sesekali datang untuk memeriksa keadaan Sara. Tapi tetap saja, Sara seolah masih terbuai mimpinya.

Mimpi.

Memangnya, Sara mimpi apa? Kenapa Sara sampai kurang tidur?

Banyak pertanyaan menggelayuti pikiranku, sampai....

"Mas.." Suara pacarku terdengar lirih. Aku menatapnya, menggenggam erat tangannya.

"Mas disini, sayang."

"Mas, aku mesti bimbingan. Sekarang jam berapa?" Suaranya bergetar. Aku semakin khawatir. Tapi, kenapa saat terbangun Sara malah nanya bimbingan?

Astaga cewek ini, bandel! Masih saja memikirkan masalah bimbingan disaat badannya menghangat.
Semakin erat, kugenggam tangan Sara. Sara hanya menatapku, menanti jawaban. Tangannya hangat, lebih hangat dari biasanya.

"Sayang, hari ini istirahat dulu ya? Besok, kalau kamu udah mendingan. Kita bimbingan. Ya?" Aku mencoba tersenyum, tapi aku yakin Sara menyadarinya. Ditariknya pelan tangan lembutnya.

"Aku ga sakit, mas. Aku cuma ... Cuma... Ah nevermind. Aku gapapa mas" Sara memalingkan wajahnya, tak berani menatapku. Aku tau kamu menyembunyikan sesuatu, sayang. Tapi apa? Apa kaitannya dengan kurang tidur?

Aku menghabiskan sisa hari menemani Sara. Cerita ngalor ngidul tentang banyak hal, tapi tak sedikitpun pertanyaanku tentang kegelisahannya terjawab. Sampai mbak Desi pulang dan menyatakan Sara mulai mendingan, dan aku pamit. Satu pertanyaan tak kunjung terjawab.

Sebenarnya, apa yang dipikirkan Sara?

*

Kamar Sam, 23.15

Aku mencoba tidur setelah memastikan Sara tidur satu jam lalu. Tetap saja mataku ngeyel, susah memejam agak sejam tiga jam. Bayangan lelaki dingin dan kekasihnya itu, membuat timbul banyak tanda tanya di kepalaku. Wanita itu pun, mirip seseorang yang tak asing.

Sial!

Daripada melamun, aku memutuskan membaca buku yang dihadiahkan Sara. Buku tentang wanita mesir periode dinasti ke delapan belas. Tentang kecemburuan dan kelicikan untuk mendapat kekuasaan. Wajar sebenarnya. Jadi, kumulai saja dari cerita tentang Nefertiti dan adiknya, wanita manis bernama Mutnedjmet.

Aku rasa, seluruh dunia tau siapa Nefertiti. Dialah ibu mertua Tutankhamun yang sangat terkenal itu. Nefertiti juga wanita dibalik pemindahan ibukota Mesir saat itu, sekaligus menjadi Firaun wanita mendampingi suaminya yang juga Firaun. Punya enam orang anak perempuan, dan mengubah aturan firaun tak harus lelaki agar anaknya bisa jadi Firaun juga. Cerdik, cantik dan manja, tetapi licik. Tapi, aku lebih tertarik pada kisah adiknya, Mutnedjmet.

Dialah wanita manis yang garis kelopak matanya mirip dengan garis mata kucing. Ahli obat-obatan. Sabar dan tabah menghadapi kakaknya. Serta, karena informasi darinya lah selir Firaun keguguran dan butuh waktu lama sampai mendapatkan Tutankhamun.

Aku baru saja mengagumi dia, sampai handphone ku bergetar.

Chat masuk!

Dan bukan dari Sara, tapi dia.  Mantanku.

"Sam. Aku rindu. Ayo ketemu."

Sial! Mau apa sih dia. Dua tahun dan masih saja mengganggu. Seketika mood-ku untuk membaca, sirna. Daripada kubalas, langsung ku hapus saja. Meresahkan.

Ya memang akhir-akhir ini Sara agak mengabaikanku meskipun sedang berdua. Jujur aku kangen Sara-ku yang gak bawel tapi hangat. Tapi kadang, Sara seperti sibuk dengan pikirannya sendiri. Seringkali hanya menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong, bahkan masih memasang earphone padahal lagu di playlist nya sudah berhenti sejak tadi.

Menghempaskan tubuh ke kasur, dan menatap langit-langit kamarku. yang terdengar hanya suara nafasku sendiri.

Kembali lagi ke pertanyanku siang tadi.
Apa yang Sara pikirkan?

*

Havana, 1777

Di gelap malam, aku menyelinap ke rumah bordil paling gemerlap disini. Niatku menemui kekasihku, mendadak terhenti saat ku dengar suara lain dari kamarnya.

'Ysabel, kau tak pantas dengan prajurit itu. Baginya, kau hanyalah pelacur'

'Satu malam saja dan kau merasa dia mencintaimu? Dia akan datang setiap malam dan memilih gadis yang berbeda. Jangan naif, Ysabel'

'Kau tau? Juan adalah kekasih anaknya Tuan Lucas. Kau memang lebih cantik, tapi gadis itu bermartabat'

Ysabel terpojok, menunduk dan menahan agar air matanya tak berderai. Ketiga pelacur senior itu kemudian meninggalkannya sendiri, di kamar para pelacur. Aku yang sejak tadi mengintip, merasa kasihan pada Ysabel. Bagaimanapun, orang yang ku cinta tetaplah dia. Perlahan, ku ketuk jendela kamarnya, dan Ysabel tampak menghapus air matanya.

Sedetik kemudian, Ysabel ada dalam pelukanku. Tak berbicara apapun. Hanya menangis.

******
Wah udah lama ini kesimpan di draft ><
Jangan lupa,
Tinggalkan jejak yaa

sam | saraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang