Sam - Mimpi dan masa lalu (1)

8 1 0
                                    

Entah sudah berapa kali aku mimpi tentang perempuan cantik dan kekasih nya yang keras. Tak pernah mengucap kata cinta, tapi perasaannya lebih kuat dari sekedar kata cinta. Kenapa aku tau? Semua karena akulah lelaki dalam mimpiku.

Aku menikmati ketakutan lelaki ini, seolah aku sendiri yang merasakannya. Padahal, entahlah. Aku hanya kawan bicaranya saja.

Sebenarnya, siapa lelaki ini? Mengapa banyak orang ingin membunuh kekasihnya? Dan mengapa aku begitu tak menyukai rencananya?

Pagi ini aku terbangun dan merasakan badanku capek. Semua karena semalam aku mimpi hal itu lagi. Terbangun entah jam berapa untuk menelepon kekasihku, Sara. Tapi Sara bilang semua itu cuma mimpi. Sara menyanyikan lagu kesukaanku, hingga aku merasa nyaman dan kembali tidur.

Seusai bersiap, aku cek jadwal. Hari ini aku gak ada jadwal bimbingan skripshit. Syukurlah. Jadi aku bisa menemani Sara-ku. Aku tahu persis hari ini jadwalnya bimbingan skripsi, jam 9.15 di ruangan kepala labor bahasa.

Belum jam 9, aku sampai di kosan Sara. Penjaga kosan sudah paham mengenai lelaki keluar masuk di kosan putri ini. Kulihat pak Jo sedang duduk di teras, menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok. Setelah parkir, aku berjalan menghampiri pak Jo.

"Wah, sepagi ini mampir, Mas! Sampeyan pasti mau jemput non Sara?" Pak Jo tersenyum menyapaku.

"Iya Pak, tau aja hehe. Jam segini udah ngopi lagi, udah kelar ya pak beberes nya?"

"Lhaaiya sudah Mas! Cuma cek sampah sama nyapu thok. Ayok sini ikut ngopi dulu mas"

"Ga usah Pak, lain kali saja. Saya langsung ke Sara yah pak. Bentar lagi Sara mesti bimbingan." Aku mengakhiri percakapan dengan Pak Jo. Beliau tidak menjawab, hanya mengangguk sambil menghisap dalam-dalam kretek nya.

"Iya mas, mari" akhirnya pak Jo menjawab. Aku pun segera menuju lantai dua. Kamar paling ujung, dengan beberapa pot mawar putih didepannya adalah tujuanku.

Aku mengetuk pintu, dua kali.

Saat pintu terbuka, tubuh Sara terhempas ke pelukanku, lalu terkulai. Badannya agak panas.

Kaget. aku segera memeluknya erat, takut kekasihku terjatuh.

"Sayang! Astaga.."

Tanpa melepas sepatu, aku menggendong Sara dan membaringkannya di ranjang.

Panik!

Aku mencari minyak kayu putih untuk membangunkan Sara, tapi Sara tak bergeming. Astaga.. Jangan sampai Sara-ku...

"Eh Sara kenapa, Sam?" Tiba-tiba saja mbak Desi sudah ada di belakangku. Sepertinya mbak Desi akan berangkat kerja dan mampir untuk mengabari Sara seperti biasanya. Aku sedikit lega, sebab mbak Desi adalah perawat.

"Ga tau ini mbak, pas buka pintu dia langsung ga sadar.

"Sini coba mbak cek" lalu akupun mundur,memberi ruang agar mbak Desi leluasa memeriksa kondisi kekasihku.

"Gapapa, Sara cuma kurang istirahat. Sebentar lagi juga pulih. Sebaiknya kamu temenin dia dulu, dek. Nanti mbak turun sekalian lapor pak Jo," ujar mbak Desi, dan akupun lega.

"Makasih mbak, ini mbak mau berangkat kerja?"

" iya Sam. Mbak berangkat dulu ya." Mbak Desi pamit dan berlalu. Ada jeda sebelum akhirnya suara motor dihidupkan, aku yakin mbak Desi sudah bilang sama pak Jo kalau aku akan sedikit lebih lama di ruangan Sara.

Pintu kamar Sara sengaja ku buka. Jendela nya ku buka lebar-lebar, membiarkan udara berganti. Setelah membuka sepatu, aku menghubungi teman Sara untuk mengabari Sara tak bisa bimbingan hari ini.

Sara, sayangku. Bangun...

*****

sam | saraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang