1

36 3 0
                                    

Kenma menatap jejeran photo yang menghiasi dinding kamarnya.

Angin bertiup kencang, mengamuk bersama badai. Musim hujan telah datang. Pemuda berambut sebahu itu menatap kosong ke arah tirai yang basah terkena terjangan badai. Hawa dingin menusuk tak menggoyahkan pemuda itu dari tempatnya duduk.

Entah berapa kali ia bertengkar hebat dengan kekasihnya. Ia ingin menangis, hanya saja air matanya seolah membeku. Banyak hal menjadi pemicu pertengkaran mereka.

Ia sangat mencintai pemuda yang menjadi sahabat nya sedari kecil itu. Dialah, yang mendorongnya menjadi sesukses ini. Membantunya disetiap langkahnya. Sandaran hidupnya.

Kata-kata yang terlontar pada pertikaian mereka kali ini membuatnya seolah dunianya direngut dan dihempaskan hingga hancur berkeping-keping.

Jenuh, satu kata yang sarat akan makna. Ia tau dengan sangat penyebab kekasihnya itu sampai melontarkan kalimat itu. Kuroo, pria yang dicintainya itu menginginkan kepastian untuk hubungan mereka. Ia tau itu. Hanya saja, berjuta ketakutan menderanya.

"Kenma.. aku selalu mencintaimu. Aku ingin memilikimu seutuhnya. Untuk menemaniku disaat susah dan senang. Tidak bisakah kau menerimaku?"

"Pernikahan itu butuh komitmen besar.. dan aku takut jika langkah yang kita ambil ini akan salah untuk meneruskan langkah berikutnya hingga hanya kehancuran yang menunggu kita didepan.. mengertilah Kuro.."

"Kau tau, aku jenuh dengan semua ini. Semua alasan tak masuk akal mu itu seolah menegaskan bahwa dirimu tak pernah percaya padaku"

"Hentikan kuro--"

"Terserah kau saja, aku muak dengan alasanmu"

Dan dengan itu, Kuroo meninggalkan kastil milik Kenma.

Meninggalkan Kenma dengan sejuta pemikiran yang hanya disimpan dalam pikiran nya.

Hanya sebuah pesan singkat diterimanya setelah pertengkaran mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya sebuah pesan singkat diterimanya setelah pertengkaran mereka. Kenma berusaha tak memikirkan yang terjadi, memilih mengambil konsol game dan memainkannya. Mengalihkan pikirannya dari apapun yang hari ini terjadi.

.
.
.
.

Hampir sebulan Kuroo tak menghubungi atau menemuinya. Rasa khawatir mendera, bercampur dengan putus asa. Kantung mata pemuda bersurai coklat itu terlihat menghitam. Semenjak pertengkaran terakhir ia tak dapat menutup mata dengan nyaman. Hingga ia memilih memainkan konsol gamenya tanpa batas waktu.

Sebuah panggilan masuk merusak lamunannya. Ia melihat nama si pemanggil, sudut bibirnya terangkat. 'kuroo', bergegas ia menekan tombol hijau untuk menerima.

"Kur--" 'kenma.. bisakah kita bertemu?"

Kenma menaikkan alis, keningnya mengerut. Ada apa, pikirnya.

'ken..' "ah ya, tentu. Kau bisa kerumah, atau kau ingin bertemu diluar?"

Terdengar helaan nafas diseberang sana. Apa yang tengah terjadi, pikir kenma lagi. Pasalnya, kekasihnya seperti mengahadapi masalah besar.

"Aku akan kerumahmu.." final Kuroo

Panggilan diputus begitu saja, Kenma menatap layar ponselnya yang berlatarkan tokoh manhwa favoritnya. Memilih acuh, ia beranjak kekamar mandi. Sekedar mencuci muka dan membenahi tataan rambutnya. Memakai Hoodie coklatnya dan menuju dapur. Ia merasa perutnya butuh makanan layak. Bukan hanya roti tawar dan selai yang belakangan menjadi makanan sehari-hari nya.

'ding dong...'

Telinganya menangkap suara bel ditekan. Ia pun melepas pisau ditangannya dan berjalan menuju pintu depan. Membuka sedikit pintu itu.

Disana berdiri Kuroo Tetsurou, dengan pakaian yang terlihat kusut. Rambut tidurnya yang selalu naik bahkan terlihat turun.

"Kuro.." Kenma menubruk tubuh kekasihnya. Membenamkan wajahnya dalam dekapan sang kekasih. Kenma merasakan pelukan ditubuhnya mengerat. Puncak kepalanya beberapa kali dihujani kecupan. Ia mendongak, menatap wajah kusut kekasihnya.

"Aku merindukanmu kitten.." kenma mengangguk dan berbisik bahwa ia juga sangat merindukan pemuda ini.

Kuroo melepas pelukannya dan pasrah ditarik Kenma masuk. Rasa bersalah yang besar menghantuinya kala mengacuhkan pria manis didepannya.

"Apa kau lapar?" Celetuk Kenma menatap kekasihnya. Didapatinya anggukan Kuroo membuatnya menarik senyum.

"Aku sedang memasak. Mari makan bersama" ia melepas pegangan tangan nya dan melangkahkan kaki menuju dapur. Melanjutkan acara memasaknya.

Sementara Kuroo menatap punggung kekasihnya yang bergerak lihai memotong dan mengolah masakan disana.

"Kenma.. aku mencintaimu"

Kenma menoleh kearah Kuroo yang duduk di kursi pantry. Tak jauh dari tempatnya memasak. Menyodorkan senyuman dan mengangguk. Ribuan kupu-kupu beterbangan diperutnya.

Sweet Pea [Kuroo-ken] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang