"Aku minta maaf."Seungmin mendongakkan kepalanya yang sedari tadi sibuk membaca sebuah buku jurnal ilmiah yang Hyunjin katakan membosankan, diarahkan menuju seseorang yang barusan berbicara dengan suara pelan dan serak.
"Minta maaf untuk?"
Changbin sedikit melirik pada pergelangan tangan kirinya yang kini terbelit perban, helaan napas berat lolos dari delima merah muda kering tersebut. Hyunjin pun turut menaruh perhatian pada sosok Seo itu sejenak.
"Menyusahkan kalian. Gara-gara aku kalian tidak punya waktu berdua. Aku tidak masalah sendirian, sekarang aku sudah baik-baik."
Seungmin menutup buku ditangannya itu kemudian bersidekap, bibir tipisnya mengembang senyum ringan. "Jadi selama ini kamu benar-benar percaya ucapan Hyunjin? Gimana ya, masalahnya si kunyuk satu ini bukan tipeku. Dia cuma menggunakan aku supaya bebas dari kamu tapi tidak berhasil."
Changbin membulatkan bibirnya lantas menggulir perhatian pada sosok laki-laki lain di dalam ruang kamar inapnya. Yaitu Hyunjin, yang kini sibuk mengomeli teman serumahnya itu tanpa suara.
"Eeissh, orang ini memang gak bisa diandalkan. Minho bahkan lebih baik dariku," kesalnya pada di Kim.
Seungmin mengendikkan bahu, "Nope, he's better. You're the worst, Hyunjin." Ujarnya dengan seringai yang cukup untuk membuat Hyunjin mengumpat di dalam napasnya.
Laki-laki leo itu akhirnya dapat sedikit menaikkan sudut bibirnya kala melihat dua sahabatnya bertengkar. Meski pada akhirnya dapat dikacaukan oleh ingatan buruknya perkara Chan.
Drrrtt...
"Bin."
"Bin."
"Bin!"
Terlalu lama termenung agaknya membuat tingkat kesadaran Changbin lumayan rendah. Terkesiap saat Hyunjin kembali memanggil namanya dengan suara yang lebih keras.
"Eung?" Ponsel dengan casing berwarna biru neon miliknya terulur tepat dihadapan wajahnya. Hyunjin yang memberikan itu padanya.
"Hapemu bunyi."
Changbin segera menaruh perhatian pada benda pintar yang masih bergetar di tangan Hyunjin, ia akan segera mengambil alih ponselnya dari sang karib namun gerak tangannya terhenti kala nama seseorang yang begitu familiar tertera pada layar datar tersebut. Pupilnya membulat nanar dan Hyunjin sadari itu.
"Ya udah, jangan dijawab–"
Alih-alih mengikuti anjuran Hyunjin, si leo segera merampas dan menyambut panggilan yang ia yakini bukan berisi kalimat sayang penuh cinta tersebut. Ia mengigit bagian dalam pipinya sembari menunggu suara ringan dari seberang sana.
"Kamu di mana?"
Ataukah tindakan yang ia ambil itu adalah sebuah kesalahan? Sebab dari nada suara Chan, sama sekali tidak terselip kekhawatiran atau hanya dirinya saja yang terlalu melebih-lebihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
jamais vu - bangchan & changbin✓
FanfictionJamais vu : (n) From the French, meaning "never seen". The illusion that the familiar does not seem familiar. The opposite of the feeling of "dejà vu." Sebagaimana rasa sakit. Meskipun sering merasakannya namun tidak ada satupun yang akan merasa fam...