- Sama-sama Terluka -

86 9 19
                                    

Dalam sebuah hubungan,
bukan hanya tentang bahagia bersama,
tapi luka pun kita bersama.

🥀-


Taehyung yakin hari ini langit akan mendung. Bagaimana tidak, seluruh cahaya matahari luruh dalam senyum Irene siang ini.

Dress hitam selutut dengan motif bunga Alamanda kecil tampak begitu kontras dengan kulit putih pucatnya.  Sebuah obi besar mengikat pinggangnya, menampilkan lekuk tubuh sempurna seorang Bae Irene. Tampilannya semakin sempurna dengan kitten heels membungkus kaki mungilnya.

Tatanan rambutnya cukup berbeda, ia menggulung tinggi-tinggi mahkota legamnya tersebut dengan beberapa anak rambut yang sengaja dibuat mencuat di kanan kiri.

"Rambut pinkmu?" Taehyung terheran. Rasanya baru kemarin Irene pamer rambut separuh pink-nya dan sekarang sudah berubah hitam semua.

"Aman," Irene menunjuk bagian bawah gulungan rambutnya. Lalu ia mengangkat jempol seraya mengedipkan sebelah matanya.

Ada saja memang kelakuan Irene ini. Ia menyelipkan ujung rambutnya yang berwarna pink ke dalam cepolan. Pantas saja dandanannya hari ini terlihat formal dengan tatanan hair bun seperti itu, padahal ini hanya lunch biasa.

Sepanjang perjalanan dari lantai 13 apartemen Wendy, ia tak henti memeriksa dandanannya pada dinding lift yang memantulkan bayangan cantiknya.

Taehyung terkekeh. Sebenarnya Taehyung ingin sekali mempertanyakan kenapa ia harus menjemput Irene di apartemen Wendy, bukan di rumahnya, tapi ia tidak ingin mengganggu keceriaan Irene hari ini. Jarang-jarang Irene seceria ini.

Pintu lift terbuka di lantai dasar, tepat di pintu Utara parkir kendaraan.

Dari belakang Irene, Taehyung memijit tombol yang tergantung pada kunci mobilnya, membuat bunyi menarik yang mengagetkan. Lebih kaget lagi ketika Irene melihat mobil mana yang menyala.

Bibir mungil Irene membentuk huruf o besar, terkagum melihat mobil yang terparkir di basemen.

"Jangan bilang itu mobilmu," Irene berhambur menuju mobil yang menyala.

Taehyung menggedikkan bahu dengan senyum miring kesombongan.

Irene sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Sebuah mobil klasik bergaya American Muscle. Seri Dodge Coronet yang cukup langka.

Taehyung menepuk atap mobil klasiknya dengan bangga.

Seperti biasa sepanjang perjalanan, Irene dan Taehyung bertukar lelucon dan ledekan. Namun bedanya kini mereka duduk nyaman di dalam mobil, bukan di atas motor Jimin.

Perjalanan satu setengah jam tidak terasa. American muscle itu sudah berhenti di basement sebuah mall besar. Mereka menautkan jemari satu sama lain, berjalan beriringan menuju tempat makan siang spesial kali ini.

Restoran yang sudah direservasi berada di lantai tiga. Casual dinning restaurant dengan menu yang cukup mewah. Bukan cafe bistro dengan menu makanan sehari-hari yang sering dikunjungi mereka.

Di depan pintu restoran, dua orang dengan pita kupu-kupu di leher membungkuk, menyambut kedatangan bakal tamu mereka.

Langkah pertama Taehyung ketika masuk ke dalam restoran dikagetkan dengan Irene yang tiba-tiba melepaskan genggaman tangannya.

Irene berlari ke meja paling ujung. Tepat di sebelah kaca besar yang langsung menampakkan pemandangan kesibukan kota di pertengahan hari.

"Kak, Yoona!" sapanya tanpa suara sambil melambai dan bergegas menujunya.

LET'S PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang