- Sebuah Pelarian-

145 11 4
                                    

Aroma melati mengepul dari teh yang tengah dituang seorang perempuan paruh baya pada cangkir dengan ukiran berwarna emas di sekelilingnya.

Dengan senyum merekah dia mendekati suaminya yang masih berkutat dengan berbagai dokumen yang terlihat seperti hendak memakannya. Mengambil sebagian waktu istirahatnya.

"Minumlah dulu, Dr. Bae." ujar sang istri menggoda.

Pria itu tersenyum menyambut teh hangat dari tangan istrinya, mengalihkan sejenak perhatiannya dari pekerjaan yang ia bawa ke rumah.

Bae Yong Joon menatap sendu istrinya, "Maaf, Jung-aah. Akhir pekanpun aku tidak bisa memberikan waktuku untuk keluarga."

Go Hyun Jung berpindah pada sandaran tangan kursi yang sedang diduduki oleh suaminya, menyampirkan lengan pada bahu lebar suaminya yang semakin lama semakin terlihat ringkih karena usia.

Go Hyun Jung yang telah lebih dari seperempat abad mengganti marganya menjadi Bae itu menempelkan keningnya pada kening suaminya.

"Aku mencintaimu dengan segala kesibukanmu," ujarnya. "Sudah resiko mempunyai seorang suami yang berprofesi sebagai kepala rumah sakit sekaligus angota peneliti obat-obatan di Korea."

"Tapi tidak dengan Irene," Bae Yong Joon menyimpan cangkir ukiran emasnya itu pada meja.

Ia beranjak dari kursi dan memandang kosong pada sebuah figura di sebelah rak berisi ribuan file tentang laporan rumah sakit.

Figura itu menampakan potret keluarga bahagia dengan foto senyum anak gadisnya yang begitu hangat, seolah matahari berpindah pada senyumnya.

"Anak kita semakin menjauh, sejak aku berada diposisiku sekarang ini," Bae Yong Joon menghembuskan nafas berat.

Hyun Jung yang tahu bukan itu penyebab Irene memilih berjarak dengan suaminya, menggeleng.  Mencoba menenangkan suaminya dengan usapan lembut pada bahu.

Menatap pada foto yang sama, Hyun Jung mengaitkan lengannya pada lengan sang suami. Menyandarkan kepalanya yang hanya sampai pada bahu suaminya itu.

"Dia akan selalu jadi Irene kita."

Sayup-sayup terdengar suara musik klasik yang diputar. 

"Dia masih bayi kita," Hyun Jung menenangkan."Tidak bisa tidur tanpa musik klasik."

"Bedanya sekarang dia tidak pernah ingin tidurnya diganggu, meskipun hanya sekedar kecupan pengantar tidur," Lanjut Bae Yong Joon.

❣️❣️❣️


Lebih dari setengah jam, Kim Taehyung jongkok bersembunyi di balik pohon hias di taman keluarga Bae. Di seberangnya, siluet seorang perempuan mondar mandir tak karuan mengunci pandangannya.

Siluet itu berhenti sejenak, menggulung rambutnya menjadi gelungan acak di atas kepala. Taehyung semakin dibuat terpaku. ingatannya berhenti disetiap lekuk tubuh yang ditampilkan siluet itu. Mengantarkannya pada imajinasi liar tentang Bae Irene, sang pemilik siluet.

Taehyung hampir saja tenggelam terlalu dalam pada imajinasinya, jika saja sebuah crayon tidak mendarat tepat di kepalanya. Membawanya kembali ke dunia nyata.

Crayon patah itu berasal dari lantai dua rumah yang ia lihat, tempat si siluet indah berada.

Irene berkacak pinggang. Memelototi Taehyung yang melupakan alasan utamanya berada di taman milik keluarga Bae itu. Menjemput dan membantunya melarikan diri sejenak dari rumah.

Irene mulai mengaitkan karabiner pada salah satu tiang balkon, beruntunglah pagar balkonnya terbuat dari besi kokoh yang kuat menopang berat tubuhnya.

Sebelum turun dengan meniti tali yang sudah diikat mati dengan cincin pengait khusus tadi, Irene melemparkan ransel abu miliknya pada Taehyung. Dengan sigap, Taehyung berhasil menangkap ransel tersebut.

Ini bukan pelarian Irene yang pertama, hampir setiap Sabtu malam selama setahun belakangan ini, ia selalu dibantu Taehyung melarikan diri dari rumahnya hanya untuk mengikuti acara street music yang jelas akan sangat tidak disetujui oleh orang tuanya. Terutama ayahnya.

Irene lahir dan dibesarkan di keluarga yang didominasi orang-orang yang bekerja di bidang kedokteran. Dan pekerjaan yang menyangkut seni, apalagi bermusik di jalanan, sangat bertolak belakang dengan profesi keluarga dan profesi Irene nantinya.

Irene adalah mahasiswi tingkat akhir jurusan kedokteran di universitas Yonsei yang didirikan oleh mendiang kakek dan rekan-rekannya. Namun ada sebagian dari dirinya yang tidak ingin memiliki profesi yang sama dengan keluarganya.

Passionnya sebenarnya ada di dunia musik. Sejak sekolah dasar, Irene adalah pemain biola yang cukup hebat. Dan pelariannya pada musik yang digelutinya setahun belakangan ini hanya merupakan salah satu dari pemberontakan terencana yang dilakukan pada ayahnya.

Tidak sampai lima menit, Irene sudah menapakkan kakinya pada rerumputan. Lalu menyeret Hoodie yang dikenakan Taehyung, menjauh dari rumah, meminta bantuan untuk mengangkatnya agar bisa melompati pagar rumahnya.

Taehyung bisa apa? Taehyung hanyalah lelaki yang akan melakukan apapun keinginan Irene. Asal ia bisa tetap dekat dengan Irene. Itu saja cukup.


Gaes, ini sebuah prolog. Anggaplah begitu.

LET'S PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang