-Pantai Menuju Senja-

126 15 24
                                    

Tak ada waktu yang paling sempurna
selain waktu yang aku habiskan  bersamamu

🥀

Leher Taehyung rasanya mau patah. Sudah hampir dua jam ia melihat ponsel di tangannya dan menunggu pintu bertuliskan exit didepannya menyala dan terbuka.

Ketika pintu terbuka matanya langsung menyisir setiap orang yang keluar dari pintu tersebut. Ia menemui rupa-rupa ekspresi wajah. Namun ia hanya menunggu satu wajah.

Wajah Bae Irene.

Seusai lunch bersama, Irene dan Minho memutuskan untuk pergi ke bioskop terlebih dahulu. Sedangkan Taehyung dan Yoona pulang bersama.

Namun baru separuh perjalanan pulang, Yoona mendapat telepon dari rumah sakit. Terjadi sebuah kecelakaan bus anak sekolah dan rumah sakit perlu tenaga tambahan, maka semua tenaga medis termasuk dokter residen yang tengah mendapat waktu istirahat pun diperintahkan untuk segera kembali ke rumah sakit.

Jika Yoona saja harus segera ke rumah sakit, pasti Minho juga. Lalu bagaimana dengan Irene?

Taehyung memutar kemudi kembali ke mall. Ia berkendara dengan risiko besar, tangannya gemetar karena mengkhawatirkan kondisi Irene.

Sudah separuh pengunjung bioskop yang keluar, tapi Irene belum juga tampak. Taehyung menerobos masuk, melawan arah orang-orang yang baru selesai menonton film.

Taehyung menemukan Irene di deret kursi paling atas. Masih dengan tatapan kosong menuju layar yang menampilkan kredit tittle film yang baru saja diputar.

Taehyung menarik Irene segera keluar.

Sesampainya di lorong bioskop, Irene mendorong Taehyung hingga punggungnya bertubrukan dengan tembok. Irene membenamkan wajah di dada Taehyung sambil meremas kaos putih yang digunakannya.

Irene yang sedari tadi menahan diri, akhirnya mengeluarkan semua rasa sakitnya melalui air mata. Dan dada bidang Taehyung dijadikannya alas untuk air matanya itu.

Taehyung tak berupaya untuk menghentikan tangisan Irene. Perempuan itu perlu sesekali meluapkan emosinya. Menangis bisa meluruhkan sedikit rasa sakitnya.

Taehyung memberikan usapan-usapan lembut pada punggung Irene, menenangkannya. Meskipun ada sisi hatinya yang merasa begitu miris. Kekasihnya menangisi laki-laki lain.

Setelah dirasa kuyup dadanya karena airmata, Taehyung mulai memegang bahu Irene, mengangkat wajahnya hingga sejajar dengan tatapannya.

Tenang, Taehyung berkata "Sudah selesai nangisnya?"

"Belum,"

" Tapi eyelinermu sudah luber, sayang dan kita jadi perhatian banyak orang."

Irene yang malu lantas menarik tangan Taehyung mengajaknya segera keluar dari sana.

Irene menemukan mobil Taehyung secepat kilat, seolah itu adalah mobilnya sendiri. Dengan tangan yang bersilang di depan dada disertai tatapan jengah dia mengetuk-ngetukan kakinya ke lantai basement.

"Sabar, Nyonya Bae,"

Ini pertama kalinya Taehyung memanggilnya dengan sebutan itu. "Sehabis menangis apa wajahku terlihat menua?"

Taehyung hanya terkekeh geli setelah sebelumnya membukakan pintu mobil untuk Irene si gadis mata sembab. Dan selanjutnya berlari kecil menuju kursi belakang kemudi.

Ketika tangan Taehyung sudah bersiap memutar kunci starter mobil, Irene menginterupsinya "Bawa aku ke tempat yang menenangkan."

"Pelukanku?" Refleks Taehyung menjawab. "Bukankah pelukanku adalah hal paling menenangkan untukmu?"

Irene menyerah dengan sifat Taehyung yang satu ini. Matanya mendelik, membuat Taehyung segera merapatkan bibirnya. Sadar kalau perempuan disebelahnya ini sedang tak ingin bercanda.

Sebelum mobil klasik itu benar-benar meninggalkan tempat parkir, Irene terlebih dahulu membersihkan lelehan eyelinernya dengan tisu basah yang dibawanya.

🥀

"Sudah sampai? Dimana ini?" Irene menggeliat, meregangkan tubuhnya yang tidur terduduk setelah tadi lelah menangis.

"Ditempat yang menenangkan!" Jawab Tehyung.  "Setidaknya buatku," lanjutnya.

Irene mengejar langkah Taehyung menuju tempat yang taehyung tuju.  Sebuah pantai kecil di pinggir ibukota.

"Ini tempat pelarianku jika sedang ada masalah". Taehyung menunjuk satu bangunan dua tingkat di sebelah kiri. "Itu cafe pertama yang aku buatkan sketsanya sebagai arsitek abal-abal, tapi lumayan kan buat pemula? Jika suatu hari aku menghilang, cari aku di sini atau di sana".

Taehyung duduk berselonjor di atas pasir. Ia mulai memejamkan mata dan menikmati angin laut yang menyapu wajahnya.

Irene memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas pasir pantai yang masih hangat dengan paha Taehyung sebagai alas kepalanya. Dia membiarkan dress keluaran terbaru dari brand Louis Voitton miliknya beradu dengan pasir pantai yang lengket.

Irene memandang kosong pada air laut dengan debur kecilnya. Pikirannya melanglang buana entah kemana.

Laut di ujung pantai itu sepi. Hanya ada satu perahu terombang ambing di ujung sana. Sama seperti hidup Irene hanya Taehyung satu satunya yang selalu ada. Namun gelombang membuatnya tidak teguh berada di satu tempat. Gelombang itu ayah, Minho dan segala peraturannya.

Taehyung membenahi anak rambut Irene yang terbang tak karuan tertiup angin pantai. Ia mengamati ciptaan tuhan yang paling difavoritkannya ini. Hidung lurus yang mungil, bibir tipis yang menggemaskan dan bulu mata indah yang hampir bertemu alis setiap habis berkedip. Irene, definisi keindahan yang sesungguhnya di mata Taehyung.

"Jika saja Tuhan mempertemukan kita lebih awal–"

"Tidak akan mengubah apapun" Taehyung menyela kalimat pengandaian Irene.

"Kau benar, Tae," Irene berbalik menengadah menghadap Taehyung. "keadaan ini tidak akan pernah berubah selama aku adalah anak orang tuaku", lanjutnya

"Dan selama aku bukan calon doker idaman orang tuamu," tambah Taehyung sembari membelai rambut kekasih hatinya tersebut.

Tatapan mereka bertemu. Dua bola mata madu itu bertukar asa yang sama.

Irene menarik leher Taehyung mendekat kepadanya.

Jemari Taehyung yang semula mengusap lembut rambut Irene bergerak, beralih pada pipi pualam Irene dan berhenti di bibir bawahnya.

Taehyung semakin menurunkan wajah ketika Irene memjamkan mata.

Helaan napas panjang mengawali pertemuan dua rasa. Mengubah segala gelisah menjadi gairah.

Pantai menuju senja, debur ombak dibawa angin laut menuju pantai, mendekati tempat dua insan itu menunjukan cinta.

Kaki Irene mulai basah. Sedang Taehyung masih belum puas menjadi penjelajah.

Irene mendorong kepala Taehyung "Kita lanjutkan di rumah atapmu". Ia pun berlari sambil menjinjing sepatunya.

Taehyung segera berdiri dan mengejar Irene yang berlari sembari membersihkan bulir-bulir pasir yang menempel di celananya.

Sungguh raut wajah dan kalimat yang keluar dari mulut Irene itu semakin membangkitkan hasrat Taehyung menjelajah Irene dengan gairah.





Nb : Jangan ke rumah atap! Yang udah-udah juga kebablasan.
Huft

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LET'S PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang