- inhalé exhale -

82 11 9
                                    

Bersamamu seperti  di ruang hampa udara,
aku melayang dengan udara yang semakin sedikit dan mencekik,

-Y

🥀


Gelas-gelas berisi ampas kopi tersimpan acak di bawah meja gambar miliknya. Taehyung dengan lingkar mata yang mulai menggelap meregangkan badannya. Semalaman ia tidak tidur untuk mengerjakan tugas demi memenuhi nilai minimum dari beberapa mata kuliah yang sering tidak didatanginya karena membolos.

Baru saja ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, suara bel terdengar dipijit tak sabaran. Taehyung melihat jam di ponselnya yang menunjukan pukul enam pagi. Terlalu pagi untuk orang bertamu. Dengan terpaksa ia bangkit kembali dari kasurnya dan melihat siapa yang bertamu sepagi ini ke rumah atapnya.

Sepagi ini perempuan dihadapan Taehyung sudah sibuk memutar-mutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri membuat rok selutut yang dikenakannya mengembang terkena angin.

Irene dengan sederet jepitan berjejer rapi menahan poni kanan dan kirinya, persis seperti anak TK yang baru selesai didandani ibunya untuk berangkat sekolah.

Wajah Irene tampak sumringah, menampakkan jejak-jejak kebahagiaan. Sungguh bahagia itu menular, meski mengantuk setengah mati, Taehyung tersenyum melihat sosok di depannya tersenyum bahagia.

"Hari ini kau libur kan? Antar aku ke salon ya!"

"Tidak bisa hari ini. aku harus mengerjakan tugas dulu. Besok ya," Taehyung mencoba menautkan kelingkingnya pada kelingking Irene, hendak memberikan janji.

Namun hanya dibalas hentakan kaki yang seolah mengatakan Aku maunya sekarang.

"Aku tunggu sampai kau selesai. Bagaimana?" Irene mencoba bernegosiasi.

Taehyung menghela napas panjang. "Ini akan lama, Bae. Aku bahkan belum membuat konsepnya." Tugas-tugasnya terbengkalai karena Irene juga. Dia keseringan membolos hanya untuk menemui dan memperbaiki mood Irene.

Tidak seperti biasanya jika kesal Irene akan pergi begitu saja, kali ini Irene malah terdiam dengan wajah merenggut manja. Bagaimana Taehyung bisa menolak keinginannya.

"Ya, sudah ayo masuk. Aku akan bersiap dulu. Kita ke mini market sebentar. Aku tak mau kau mati kelaparan karena menungguku menyelesaikan tugas," ujar Taehyung.

"Aku akan menunggumu di luar saja,"

"Di dalam atau tidak jadi kuantar ke salon?"

Irene kaget Taehyung bisa setegas itu, tapi Irene tersenyum untuk hal yang entah apa.

Tak sampai lima belas menit Taehyung sudah bersiap menuju mini market bersama Irene.

🥀

Dua tabung keripik kentang mini, manisan stroberi, satu cup mi instan dan susu pisang dalam kotak telah tandas.

Pelakunya tidak lain adalah perempuan yang sekarang tertidur pulas di atas sofa suede berwarna merah maroon di depan tv.

Setelah kekenyangan dan bosan memijit remote tv, akhirnya Irene tertidur juga.

Sementara itu, Taehyung masih berkutat dengan pensil, penggaris serta buku-buku panduan pengerjaan tugasnya. Rambutnya sudah mulai kusut. Perpaduan antara keringat dan tugas yang tak kunjung selesai. Ternyata ada korelasi nyata antara isi kepala yang kusut dengan rambut yang ikut-ikutan kusut.

Matahari sudah menggelinding ke ujung barat langit, Irene, singa Masai itu tertidur meringkuk cukup lama.

Di sela tugas yang tak kunjung selesai, Taehyung masih sempat menatap dalam wajah Irene. Si cantik yang senang berpura-pura itu mewujud wajah yang lain ketika tidur.

Taehyung meregangkan tubuhnya, namun ketika hendak meluruskan kaki, gelas-gelas sisa kopi semalam ditambah siang ini bertubrukan dan terjatuh dari posisinya semula, sehingga membuat suara bising dan membangunkan Irene.

"Apa aku ketiduran? Jam berapa sekarang?" Irene bangun terkaget dengan bibir cemberut.

"Jam 6 sore," Taehyung mengarahkan layar ponselnya. "Mau kuantar pulang sekarang?" tawarnya.

Irene hanya menggeleng masih dengan bibir yang cemberut dan mata yang digosok-gosokkan dengan telunjuk. Masih mengumpulkan jiwa yang mengembara berjam-jam lamanya dalam lautan mimpi.

Kepalanya terasa berat dan penglihatannya masih berkunang-kunang. Mungkin karena ikat rambut dan tiga buah Bobby pin yang disematkan untuk menahan poninya itu tidak ia lepas ketika hendak tidur.

Irene mengulurkan tangan, menggapai gelas tinggi berisi air putih yang disajikan Taehyung.

Irene menenggak habis air putih itu. "Thanks," ujarnya. "Boleh aku gunakan kamar mandimu? Aku butuh mandi untuk mengumpulkan kembali kesadaranku pada posisi penuh,"

Taehyung mengangguk. Ia menyiapkan handuk dan mengatur suhu air pada bathtub.

"Aku tidak punya shampo dan sabun wanita. Aku beli dulu ya," ujar Taehyung menyambar jaket hendak keluar.

"Aku pakai punyamu saja," ujar Irene sambil berlalu ke kamar mandi.

Taehyung segera membereskan semua kekacauan di rumah rooftop yang sudah dua tahun disewanya itu.

Taehyung melanjutkan season berbenahnya.

Tiga puluh menit sudah berlalu. Ruangan sederhana itu sudah lebih bersih. Sampah cemilan dan gelas-gelas bekas kopi sudah berpindah tempat.  Dan Irene baru saja keluar dengan pakaian lengkap dan handuk kelabu milik Taehyung membungkus rambutnya.

Taehyung menggeser kursi kerja miliknya kearah belakang sofa tempat Irene duduk. "Sini aku bantu!" Taehyung menyambar sisir dan hairdryer dari tangan Irene. "Anggap saja ini di salon, dan aku hairstylistmu," lanjutnya.

"Ah iya, harusnya aku ke salon hari ini," Irene teringat tujuan utamanya.

Air sisa bilasan keramas menetes perlahan pada sofa marun kesayangan Taehyung, untunglah tadi dia sempat menggelar sehelai handuk pada sandaran sofa itu.

Dengan hati-hati Taehyung menyisir rambut Irene. Aroma shamponya terasa berbeda ketika dipakai Irene. Taehyung tersenyum walau Irene belum bisa memberi rasa yang sama, tapi setidaknya mereka menggunakan shampo yang sama.

Irene masih tidak bersuara. Tatapan matanya kosong, seperti seseorang yang sedang melamun, mungkin masih menunggu jiwanya terkumpul. Taehyung mengambil inisiatif untuk membuat kepang pada rambut legam Irene.

Taehyung menggeleng, menyingkirkan pikiran busuk yang sekilas lewat di kepalanya untuk tidak membersihkan kamar mandinya yang telah dipakai Irene untuk mempertajam fantasinya tentang Irene.

Kepangan rambut itu sudah sampai di ujung. Namun tak ada respon berarti dari si pemilik rambut indah yang telah rampung ia kepang itu.

"Nona Bae, kau tidur?" ditariknya ujung rambut itu, sampai Irene mendongak.

Tatapan mereka beradu. Membuat letupan-letupan, serupa air yang bergejolak di hati keduanya.

Irene dengan tatapan polosnya mengerjap menyaksikan warna indah bola mata Taehyung. Sedangkan Taehyung sudah beralih pada bibir semerah Cherry milik Irene.

Detik selanjutnya, mereka tidak butuh apapun, selain napas.

LET'S PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang