05| ID Card

411 63 4
                                    

Shuhua menghela napasnya dengan kasar setelah mengempaskan diri ke bangkunya. Perasaan dan pikirannya tiba-tiba dilanda kegelisahan. Sungguh efek samping yang datangnya sangat terlambat. Ia tidak sedang menyesali, hanya saja ada perasaan mengganjal akan kebaikan yang seharusnya tidak ia lakukan. Entah apa yang dipikirkannya tadi hingga ia dengan entengnya menolong Renjun. Ia membenci implusifnya yang selalu ingin sok pahlawan melakukan yang terbaik untuk orang lain. Lihatlah sekarang akibatnya, ia menolong Renjun tanpa berpikir akan reaksi dan tanggapan Renjun yang bisa saja menilainya dari sisi negatif. Baru kali ini ada seseorang yang merutuki perbuatan baik yang dilakukannya dan ia adalah oknum bernama si overthinking Shuhua.

Shuhua tidak ingin terlihat seperti serigala licik yang sengaja kembali untuk mencuri hati Renjun lagi ketika ada sedikit saja kesempatan. Ia sadar selama ini Renjun berhasil membangun tembok pertahanan yang menutup segala celah baginya untuk masuk. Shuhua pun begitu, ia sepakat untuk tidak mengusik dan menjauh dengan memberi jurang pembatas yang tidak pernah nekat untuk dilewatinya lagi. Ia adalah orang jahat yang pernah menyakiti, ia sang pemilik hati tidak berperasaan yang berlindung di balik rupa indah yang menyejukan hati. Ia tidak pantas menunjukan kebaikan ataupun perhatian lagi kepada Renjun. Kalimat itu sampai sekarang masih membekas dengan jelas dalam pikiran Shuhua. Peringatan yang selama ini cukup bisa membuatnya menahan diri, membuat ia mengadopsi perilaku tidak acuh kepada sosok Renjun. Harusnya ia tidak boleh peduli, harusnya ia menutup mata, harusnya ia bersikap dingin, seperti dulu ketika ia memutuskan tak ingin peduli dan tak mau terikat pada perubahan hubungan yang Renjun inginkan.

Shuhua takut, OSIS akan menjadi jembatan penghubung tak kasat mata yang membuat jurang yang telah dibangunnya dengan susah payah tidak lagi berarti. Shuhua terlalu lemah untuk menghindar ataupun menghalaunya terjadi. Ia takut jika sebenarnya perasaannya untuk Renjun masih selalu ada di sana, namun hanya sedang tertidur di suatu sudut hatinya dan menunggu sebuah pemicu untuk membangunkannya. Ia bisa saja meredam ataupun menyembunyikan perasaannya tapi ia tidak punya kuasa untuk mengendalikannya. Shuhua benci karena rasanya sangat sesak dan menyiksa. Ia tidak ingin perasaan itu bangkit kembali. Jika saja jembatan itu memang telah terbentuk dan menghubungkan jurang pemisah di antara mereka, ia harap Renjun masih mempertahankan tembok pertahanan di sekitarnya agar Shuhua tidak bisa menerobos masuk dan menemukan pemicu dari perasaannya.

"Heh!"

Shuhua mengerjapkan matanya beberapa kali akibat terkejut pada satu tepukan tangan yang tepat disasarkan di depan wajahnya. Ia meringis kesal karena acara melamunnya diusik dengan sangat tidak sopan. Ia menoleh ke samping untuk bertemu pandang dengan sang pelaku yang menghancurkan momen overthinking-nya.

"Apaan sih!" seru Shuhua menyolot namun dengan suara nyaris berbisik. Ia masih sadar diri untuk tidak berbicara dengan volume tinggi karena di depan sana materi baru saja dibuka oleh seorang guru yang tersohor akan kegalakannya seantero sekolah.

"Ngelamun lo. Gue ngecek aja takutnya lo abis disamber kunti penghuni toilet." Jaemin yang duduk di sampingnya menjawab dengan cengiran lebar. Jaemin adalah anggota kelompok tiga yang posisi duduknya tepat di sebelah kelompok Shuhua, tidak heran Jaemin bisa mendadak muncul di samping Shuhua bagai makhluk halus yang tidak diundang kehadirannya. Padahal sejak awal Jaemin memang duduk di sana, Shuhua saja yang tidak menyadari karena pikirannya sedang rusuh berperang dengan perasaannya sampai ia tidak memperhatikan sekelilingnya lagi.

"Ganggu aja lo. Ngapain duduk di belakang, biasanya juga caper duduk depan mulu," cibir Shuhua yang menggeser kursinya agar agak menjauh dari Jaemin. Biasanya Jaemin yang sudah mulai melengket padanya begini pertanda untuk Shuhua agar menjaga jarak aman karena Jaemin sedang dalam mode menyebalkan.

"Bosen. Gue ke sini pengen main sama lo aja," goda Jaemin dengan tangan yang sekehendaknya terjulur mencolek dagu Shuhua. Gatal sekali rasanya tangan Jaemin ingin merecoki Shuhua yang sedang bermuka masam.

Niggle ❝Renjun Shuhua❞ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang