02| Gathering

345 57 1
                                    

Untuk yang kesekian kalinya Shuhua melirik benda pipih yang tergeletak di atas meja tersebut. Ponselnya terus mengeluarkan bunyi dan getaran tanpa jeda tanda beberapa pesan masuk sedang membombardir ponselnya, seakan meminta perhatian Shuhua untuk segera membalasnya. Namun Shuhua dengan segala niat jahatnya mengabaikan puluhan chat tersebut dan dengan santai melanjutkan kegiatannya merapikan rambut sekaligus mengagumi indahnya ciptaan Tuhan yang terlihat dalam pantulan cermin.

Tanpa memeriksa ponselnya, Shuhua sudah tahu siapa seorang pelaku kurang kerjaan yang sedang melancarkan aksi menyampah garis miring protes padanya melalui chat personal itu. Intinya orang itu tidak perlu digubris, biarkan saja nanti juga semaput sendiri. Lagipula mereka akan bertatap muka dalam beberapa menit ke depan, Shuhua tidak melihat asas dan manfaat yang akan didapatkannya dari meladeni isi chat sampah tersebut.

Setelah merasa sangat puas dengan penampilannya dan sudah cukup lama waktu yang sengaja dihabiskannya di depan cermin, Shuhua akhirnya menghentikan kegiatan tidak berfaedah tersebut. Ia kemudian meraih ponsel yang sejak tadi tidak dipedulikannya, namun bukan untuk membalas chat yang kini sudah menimbun sampai dalam jumlah ratusan itu. Ia sekadar ingin mengecek sudah pukul berapa sekarang dan sudah berapa lama waktu yang sengaja ia ulur untuk memberikan pelajaran pada manusia tidak tahu adab bernama Giselle.

Shuhua memang sengaja memperlambat segala gerakannya karena ia ingin membuat Giselle menunggu lebih lama. Ia ingin memberi pelajaran pada gadis itu karena datang menjemput ke rumahnya dua jam lebih cepat dari waktu perjanjian mereka. Alhasil Shuhua terpaksa memangkas waktu tidur siangnya dan bersiap-siap lebih awal. Padahal Giselle sudah berkorban dengan datang menjemputnya, tapi Shuhua tetaplah manusia dengan rasa tidak tahu diri yang mengakar teguh saat berhadapan dengan Giselle. Mereka adalah teman sekelas yang juga sekarang bertemu dalam satu kelompok LDKS, jadi tidak ada lagi namanya rasa tidak enak hati.

Tepat satu jam Shuhua bersiap-siap, tandanya juga selama itu pula ia membuat Giselle menunggu dan mengabaikan segala bentuk protes dan sumpah serapah yang dilontarkan oleh Giselle melalui chat pribadi. Tanpa membuka aplikasi chat-nya, Shuhua meraih tas selempangnya yang tergeletak di atas ranjang dan memasukan ponselnya ke dalam tas tersebut untuk menemani dompetnya yang sudah lebih dulu dimasukan ke sana. Dalam tasnya juga ada beberapa barang lainnya, namun ponsel dan dompet adalah dua item paling penting yang tidak boleh ketinggalan saat ia meninggalkan rumah. Merasa sudah siap dan tidak ada yang tertinggal, Shuhua pun melangkah keluar dari kamarnya.

"Ya ampun anak bunda siap-siapnya lama banget, kan kasian temennya jadi lama nungguin."

Belum genap langkah kaki Shuhua menuruni tangga sampai ke lantai dasar, suara lembut sang bunda menyambut pendengarannya. Shuhua dapat melihat bundanya sedang duduk santai di ruang tengah dengan televisi menyala yang menayangkan acara gosip. Suara bundanya selalu lembut, entah saat ditegur ataupun dimarahi Shuhua tidak pernah mendengar sang bunda menaikan volume dan intonasi suaranya. Bisa dibilang bundanya Shuhua itu seperti cerminan asli seorang putri kerajaan, suaranya lembut selaras dengan wajahnya yang kalem dan juga manis. Sungguh membawa kesejukan dalam hati siapapun yang berhadapan dengan sang bunda.

Sampai sekarang, Shuhua masih takjub bagaimana bisa ayahnya mendapatkan istri seperti bundanya. Pertanyaannya adalah mengapa bundanya yang lemah lembut sampai mau menikah dan hidup dengan ayahnya yang tingkahnya rusuh dan penuh bacot itu? Mungkin benar kata orang-orang bila pasangan itu akan saling memahami dan melengkapi. Walaupun ayahnya banyak tingkah, ayahnya adalah tipe penyayang dan humoris tingkat tinggi, ditambah ayahnya adalah seorang penggombal ulung tentu saja mudah bagi ayahnya menaklukan bundanya yang memiliki sikap dan selera humor bak kanebo kering.

Alhasil begitulah juga sebabnya banyak orang sering kali tertipu oleh Shuhua kala pertama kali mengenalnya. Jika dilihat dari wajahnya yang kalem dan manis hasil turunan yang ia dapatkan sepenuhnya dari bundanya, akan banyak yang menduga Shuhua adalah anak yang pemalu, manis dan lembut. Tidak akan ada yang menyangka untuk urusan bacot dan tingkahnya, Shuhua menyalin maksimal dari ayahnya. Hanya ada satu sifat bundanya yang menurun pada Shuhua; ia boleh saja punya mulut yang rusuh, tapi dia tidak punya selera humor yang bagus. Shuhua itu no fun seperti bundanya, kadang canggung dan candaannya tanggung. Tidak heran Shuhua memiliki wajah dan kelakuan yang tidak sinkron, sebagai anak tunggal ia benar-benar mendapatkan secara adil warisan genetik dari ayah dan bundanya.

Niggle ❝Renjun Shuhua❞ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang