07| Support Team

178 29 0
                                    

Hari pertama masuk sekolah setelah liburan semester ganjil adalah waktu yang menyenangkan bagi Shuhua. Tentu saja bukan berlangsungnya kembali kegiatan belajar-mengajar yang dinanti-nantikannya, hal itu sangat mustahil bagi Shuhua. Jujur, ia bukan murid yang senang belajar dan tak berambisi menduduki peringkat atas. Belajar seperlunya saat ada tugas atau ulangan, serta seringkali mengandalkan sistem kebut semalam yang baginya cukup ampuh menstimulasi otaknya yang lancar diajak bekerja sama di saat-saat kepepet. Ia cukup puas dengan kemampuan akademiknya yang berada dalam kategori menengah, tak perlu terbebani ekspekstasi berlebihan dari guru-guru, tetapi masih mampu bersaing dengan teman-teman seangkatannya.

Bisa bertemu kembali dan bercengkrama dengan teman-temannya di sekolah adalah alasan utama yang membuat Shuhua bersemangat masuk sekolah. Walaupun waktu libur juga sangat berharga karena ia bisa tidur hingga larut malam tanpa memikirkan esok hari harus bangun pagi, tak perlu memusingkan PR, ulangan harian, serta tugas lain-lain dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswa. Shuhua menyukai keduanya, masuk sekolah untuk bertemu teman-temannya meski harus tenggelam dalam kesibukan belajar, maupun menghabiskan waktu libur dengan bermalas-malasan di rumah meski dilanda kesepian.

Seperti biasanya, kegiatan belajar mengajar pada hari pertama belum berlangsung normal. Sebagian besar guru hanya masuk sebentar untuk mengabsen, lalu berbasa-basi memberikan gambaran umum mengenai topik apa saja yang akan mereka pelajari sepanjang semester ini. Cuma segelintir guru yang benar-benar mengajar penuh selama jam pelajarannya. Beruntung untuk kelas 11 IPA 1, tiga mata pelajaran di kelas mereka hari ini diajar oleh guru-guru yang cenderung santai. Rata-rata guru mereka masuk selama tiga puluh menit sampai satu jam dan sisanya mereka dibebaskan belajar sendiri―yang jelas saja tak dilakukan oleh para murid kelas 11 IPA 1.

Jam pelajaran pertama berakhir ditandai dengan bel panjang yang bergaung ke seluruh penjuru sekolah, sekaligus sebagai pertanda dimulainya waktu istirahat. Guru mereka yang meninggalkan kelas empat puluh lima menit lebih awal membuat Shuhua dan Yeji tak merasakan pengaruh bunyi bel tersebut untuk mereka. Sebagian dari penghuni kelas mereka telah meninggalkan kelas sejak tadi, berpencar ke kantin atau mengganggu ketenangan kelas lain. Shuhua dan Yeji memilih mengeram dalam kelas karena berkeliling di luar kelas tanpa tujuan yang jelas terdengar sebagai pekerjaan yang menguras tenaga. Kantin juga bukan pilihan, mereka sudah menyisihkannya untuk tujuan istirahat kedua nanti.

Selama libur Shuhua dan Yeji bahkan tak berpisah selama seminggu penuh, mereka bertemu saat LDKS tempo hari yang lalu, tetapi topik pembahasan mereka pun tak pernah ada habisnya. Mulai dari bahasan penting mengenai sekolah dan tetek bengeknya sampai cerita tak penting tentang makanan pedas yang semalam dikonsumsi Yeji membuatnya sakit perut dan mendekam lama di kamar mandi sebelum berangkat ke sekolah. Celotehan Shuhua yang kemudian berlanjut tentang film yang kemarin ditontonnya sontak terhenti ketika tangan seseorang tiba-tiba muncul di depan matanya. Tangan itu memberikannya sesuatu yang dikenalinya, namun tak dimengerti olehnya mengapa benda itu disodorkan padanya. Ia dan Yeji kompak menengadah untuk mendapati sosok pemilik jemari lentik tersebut adalah Renjun.

"Sha, ini―"

"Eh, Ren!"

Shuhua lantas momotong ucapan Renjun dengan mata yang membelalak. Sebelum Renjun menyelesaikan ucapannya, ia langsung tahu maksud Renjun mendatanginya. Tangan Renjun cepat-cepat ditepisnya dari depan wajahnya sebelum Yeji menyadari benda apa yang sedang disodorkan oleh Renjun untuknya. Shuhua tak bermaksud kasar dengan menyentak tangan Renjun, hanya saja refleks fisiknya bekerja lebih cepat dibandingkan akalnya untuk menghentikan Renjun.

Shuhua menandai benda yang dipegang oleh Renjun adalah ID Card miliknya yang ia pinjamkan pada Renjun saat LDKS. Sampai sekarang tak ada yang mengetahui fakta tentang ID Card tersebut, termasuk Jaemin yang pernah ia janjikan akan menceritakannya tapi pada akhirnya ia bersyukur Jaemin lupa menagihnya. Renjun pun sepertinya tak mengumbarnya kepada siapapun dan menyimpan rahasia kecil tersebut hanya untuk mereka sendiri. Tak bisa Shuhua bayangkan bagaimana kalau Yeji sampai tahu, entahlah adegan roman picisan apalagi yang akan terbayang dalam otak imajinatifnya yang liar sebagai bahannya menggoda Shuhua. Diperparah lagi Yeji yang pasti akan berbagi cerita dengan Lia, maka perpaduan keduanya adalah sebuah mimpi buruk.

Niggle ❝Renjun Shuhua❞ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang