Chapter 2 : 22 y.o, Tetangga baru, Pacar Lan Xichen.

361 54 5
                                    

Xie Lian sudah hidup lama.

Kalau 22 tahun itu lama. Ya, dia sudah hidup kurang lebih selama itu.

10 tahun pertama sangat bahagia. 7 tahun berikutnya biasa saja. Sisanya sangat mencekik.

Oh 10 tahun Xie Lian, yang suka berteriak akan menyelamatkan banyak orang. 22 tahun Xie Lian punya pesan, untuk tidak bicara hal yang aneh seperti itu.

Oh 15 tahun Xie Lian yang bercita-cita menjadi dokter untuk mengikuti jejak sang Ayah. 22 tahun Xie Lian punya kabar baik, 22 tahun Xie Lian sedang belajar jadi dokter sekarang. Tapi dia jadi pasien setiap dua minggu sekali.

Oh para Xie Lian muda. Kalau punya mimpi, setidaknya diiringi dengan usaha dan bekal sedari kecil. Kalian kerjaannya hanya main, tidur, dan buang air. Belajar semaunya, main semaunya. Xie Lian yang berumur 19 tahun menggunakan seluruh keburuntungannya untuk masuk jurusan medis. Dan sekarang keburuntungannya lebih tipis dari sehelai rambut.

Rasanya ingin menikah saja. Kalau kata kebanyakan gadis nelangsa yang muak dengan belajar. Tapi Xie Lian bukan gadis, dan dia tidak ingin menikah. Punya calon saja tidak, mau nikah dengan siapa? Xie Lian jomblo dari lahir. Tidak pernah ditembak atau menembak. Kehidupan romansanya mendekati nol. Karena jika ada waktu luang, dia tidak mencari pasangan ataupun bersosialisasi, tapi menghabiskan waktu luangnya dengan tidur dan main game online bersama Mu Qing dan Feng Xin.

Sudahpun kehidupan romansanya nol. Tubuhnya lemah dan suka sakit. Saat sedang sakit tidak ada yang mengurusnya kecuali sepupu-sepupunya yaitu Fengxin dan Muqing. Dan daripada mengurus Xie Lian yang sakit, mereka lebih sering mengomel kepada Xie Lian. Bayangkan kepala sudah pusing, tapi masih harus mendengarkan mereka mengomel dan berteriak ke satu sama lain. Xie Lian rasanya ingin buka tinder dan cari pasangan yang bisa dapat mengayomi penuh kasih sayang.

Karena Xie Lian sakit pusing melulu. Mu Qing membawanya ke orang pintar. Entah maksudnya apa, mungkin ia mengira sakit pusing Xie Lian hasil guna-guna seseorang. Dan Feng Xin berteriak padanya,

"Guna-guna apaan! Ngaco! Udah yuk pulang!"

"Dia pusing setiap malam Jum'at! Malam Jum'at! Abis itu bau bunga! Kalau gak di guna-guna, diapain lagi coba!"

"Bau bunga hidungmu bau bunga! Itu Cuma kau yang nyium! Emang Xie Lian ngapain sampai di guna-guna?!"

"Dipelet kali!"

"Hussh, kalau ngomong!"

"Shh, jangan berantem." Ucap sang orang pinter. "Gak ada yang diguna-guna."

"Tuh Kan!"

"Tapi rumah kalian ada penunggunya, mungkin itu penyebab adek satu ini suka pusing."

Lalu mereka pindah rumah.

Omong-omong mereka bertiga sudah tinggal bersama semenjak SMA karena mereka kebetulan bersaudara dan sekolah mereka jauh dari rumah sehingga Ibu Xie Lian yang baik menyewakan mereka rumah untuk ditinggali bersama. Dan semenjak kuliah, mereka pindah ke apartemen yang lebih dekat ke kampus juga.

Namun tiba-tiba Mu Qing membawa mereka ke orang pintar. Dan orang pintar itu bilang di rumah itu ada penunggunya.

"Pantesan semenjak masuk kuliah aku suka pusing."

"Itu mah kamu aja yang musingin tugas."

"Oh iya ya... ah enggak! Aku pernah liat putih-putih di kaca!"

Lalu Xie Lian menelpon sang Ibu jika rumahnya ada hantu putih-putih. Lalu karena Ibu Xie Lian adalah ibu yang baik. Dia bilang untuk tinggal di apartemen lama ayahnya yang ada di daerah itu, walaupun itu sedikit lebih jauh dari kampus dan sedikit lebih besar, jika Xie Lian mau menggunakannya, gunakan saja.

Daily life of Rainbow [MXTX Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang