5.

18.3K 281 0
                                    

(41) Kalau dulu aku melakukannya tanpa rasa apa-apa, kini aku melakukannya dengan hasrat membara, dengan nafsu memuncak. Melihat Ayah bertelanjang dada saja aku sudah nafsu, apalagi melihat burungnya. Ini membuatku makin enjoy, makin bisa totalitas, tanpa tertekan sama sekali.

(42) Aku mensyukuri ini. Biar aku bisa 100% memuaskan Ayah. Tanpa tekanan batin dan rasa keterpaksaan. Ayah pun sangat puas ketika lidahku sangat piawai menari-nari di seluruh bagian burungnya. Dan sperma Ayah pun selalu kuminum atau kutelan. Aku tak ada jijik sedikit pun ke Ayah.

(43) Sudah 3 taun selama aku SMP, kami melakukan rutinitas ini. Ayah sangat bangga padaku. Dan tepat setelah 3 tahun begitu, Ayah meminta satu hal lagi padaku. Dan aku pun tanpa pikir panjang menurutinya. Ayah mau aku menjilati lobang anusnya. Katanya di situ salah satu kepuasannya.

(44) Lalu ketika ML, langsung saja aku angkat kedua paha Ayah, dan menjilati lobang anusnya itu. Lobang anus Ayah bersih, putih, dan dikelilingi bulu-bulu ygan panjang dan keriting. Setelah memperhatikan sejenak, tanpa ragu langsung kujilat. Satu jilatan pertama aku berhenti. Ohh....

(45) Aku menunggu respon Ayah ketika merasakan jilatan pertamaku.

"Enak sekali, Nak. Terusin!" titah Ayah. Lalu aku pun mengulang jilatanku pada lobang ekornya. Kujilat dengan sungguh-sungguh dan sesering mungkin. Ayah pun menggelinjang dan menggelepar akibat jilatanku. Benar-benar dia menikmati jilatan itu.

(46) Dan pada momen itu juga, Ayah juga melahap burungku pakai mulutnya. Spontan aku kaget, ketika itu aku tengah asik menjilati lobang pantatnya, aku merasakan sesuatu yg luar biasa melanda burungku. Bukan kocokan seperti yang sudah sering Ayah lakukan. Oh, ternyata Ayah membalasnya.

(47) Ayah ternyata mau mengimbangi rasa yang kuberikan. Dia mau menyenangkan aku juga. Aku sangat terharu, ketika menyadari bahwa burungku kini ada di dalam mulut Ayahku sendiri.

"Terimakasih, Ayah!" seruku sambil ngos-ngosan merasakan gelinya lidah basah Ayah menyapu batang dan telorku.

(48) Ternyata Ayah jago ngemut juga, pikirku. Soalnya tidak pernah kena gigi dibuatnya. Kumis Ayah terasa geli ketika menjilati burungku tersebut. Dan yang paling mengharukan lagi, ketika spermaku keluar, Ayah juga menelannya/meminumnya. Aku tatap wajah Ayah penuh kasih sayang.

(49) Aku merebahkan diri di pangkuan Ayah menghadap ke atas. Aku sangat terharu, ingin menangis. Mataku berkaca-kaca, perasaanku campur aduk. Terharu campur bahagia.

"Ayah,..." kataku dengan suara serak.

"Iya, Nak," sahut Ayah.

"Aku mencintaimu, Yah," ujarku.

Ayah cuma tersenyum haru, lalu dia mengecup kedua pipiku dan juga keningku.

(50) Setelah aku duduk di bangku SMA, rasa cinta kami pun makin kuat. Dan aku melihat Ayahku kini udah makin tua. Makin banyak kerut-kerut di wajahnya. Namun itu tidak menyurutkan rasa suka dan hasratku ke dia. Rambut di kepalanya juga sudah memutih, bahkan rambut kemaluannya juga sudah diwarnai dengan uban.

Ayah Dan Anak LelakinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang