6.

17.5K 264 0
                                    

(51) Ketika itu Ayah berumur 48 tahun. Namun untungnya burung Ayah masih tetap kuat dan keras. Cuma durasi Ayah menjadi sedikit berkurang, tetapi kualitas spermanya masih tetap prima. Kini ada satu permintaan Ayah lagi yang langsung aku sanggupi tanpa pikir panjang. Yaitu Ayah ingin menggagahiku.

(52) Ayah meminta dan memohon dengan sangat kepadaku, supaya aku sudi memberikan lobang pantatku untuk ditusuk Ayah. Aku pun langsung mempersilakan Ayahku untuk memasukkan batang kemaluannya.

"Ambil dan lakukanlah semua Ayah, jika itu yang bikin Ayah bahagia," kataku sambil memeluknya erat-erat.

(53) Lalu kami pun ML, kami awali dengan cipokan yang sangat lama. Lidah kami saling menggulung, bibir kami saling melumat. Aku meminta Ayah meneteskan air liurnya yang banyak beberapa kali ke dalam mulutku untuk kuminum. Enak sekali rasanya. Puas dahagaku oleh air liur Ayahku.

(54) Lalu Ayah mau membasahi area duburku dengan air ludahnya. Didekatkannya mulutnya ke duburku. Aku kira dia mau meludah d isana. Ternyata dijilatnya.

"Jangan Ayah!" seruku. "Aku merasa segan dan gak pantas diperlakukan seperti itu. Akulah yang pantas menggitukan Ayah," imbuhku menghindar.

(55) "Gapapa, Nak. Tenanglah, santai aja!" bujuk Ayah yang terus berusaha menjilat duburku.

"Aku segan, Ayah, gak usah dijilat ..." kataku lagi.

"Gapapa, Nak, sama aja itu. Kau jilat punya Ayah, Ayah juga boleh jilat punyamu," bujuk Ayah. Lalu aku pun pasrah, Ayah pun menjilat lobangku berkali-kali.

(56) Aku menggelepar ketika lidah Ayah menyapu lobangku yang masih sempit itu. Ayah terus memberiku rangsangan supaya lobangku terasa nikmat. Lalu Ayah mengarahkan kepala burungnya ke lobang duburku itu. Ditempelkannya kepala itu tepat di bibirnya dan perlahan didorongnya masuk. Sruup ... Jleb!

(57) Ouh... aku terkejut ketika merasakan kepala burung Ayah sudah menyusup masuk ke lobangku. Lalu Ayah menghentikannya. Perlahan didorongnya lagi biar lebih ke dalam. Pelan-pelan dan sangat hati-hati. Ayah tak mau menyakitiku. Ayah tahu aku masih perawan.

"Tahan ya, Nak!" ucapnya lembut.

(58) Kini sudah lebih separoh batang Ayah memasuki lobang duburku. Terasa sakit. Ayah mendorong sedikit demi sedikit biar aku tak kesakitan. Lalu setelah tinggal seperempat lagi, Ayah menggenjotnya.

"Ahh... sakit, Yah!" teriakku.

"Tahan ya, Nak. Pelan-pelan pun Ayah buat," ungkapnya.

(59) Lalu aku pun berusaha menahannya. Aku mengatupkan gigiku dan memejamkan mataku. Ayah pun menggoyang-goyang terus pinggulnya maju mundur. Terasa batang kemaluan Ayah menghantam goa pertahananku. Aku meringis, menahan rasa sakit, Aku bilang, "terus Ayah, goyang terus, Ayah!"

(60) Aku tidak mau Ayah terlalu menahan-nahan. Karena setiap aku meringis kesakitan, dia pasti menghentikan genjotannya. Aku pikir aku harus bisa menahan, supaya Ayah tak berhenti menggoyangnya. Aku mengerang, dan bilang, "lagi Ayah, masukin semua Ayah...!"

Dan Ayah pun memasukkan semuanya.

Ayah Dan Anak LelakinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang